BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2012: 27). Sedangkan menurut Arikunto (2012: 56) mengatakan

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PAUD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani.

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR KONGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK B TK ANATA PURA PETIMBE

Artikel Penelitian. Disusun oleh MAHMUDAH NPM:

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL IV PALU. Siti Gamar H.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI KEGIATAN GERAK DAN LAGU KELOMPOK B DI TK PERTIWI CEPORAN I GANTIWARNO KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGISI POLA GAMBAR DENGAN DAUN KERING DI TK ANDESSA PARIAMAN

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. TK Kusuma 1 merupakan TK PKK yang beralamat di Jalan Kapulogo, dusun

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini SIWI ENDAH TISNOWATI A53B090202

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan indvidu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGANYAM PADA ANAK MELALUI MEDIA DAUN-DAUNAN PADA KELOMPOK B RA NUR-SALAM JURON NGUTER SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI KARYA WISATA PADA KELOMPOK B TK KARYA THAIYYIBAH BALE

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PG PAUD UNP Kediri.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN DADU ANGKA DI TK DHARMAWANITA PERSATUAN AGAM N U R M A I N I ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nilai Frekuensi % Keterangan Nilai Rata-rata < ,36 Belum Tuntas 59, ,64 Tuntas Jumlah

MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK A TK PUTRA BANGSA BERDIKARI KECAMATAN PALOLO

Pembelajaran Sistem Area Dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak Di TK Purwo Kencono Desa Purworejo

ELMI SUSRIANTI NIM / 10127

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Zaenudin As, 2016 UPI Kampus Serang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

Pengertian. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

PENERAPAN AKTIVITAS RITMIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK ANAK KELOMPOK A TK IT AISYIYAH LABAN KEC. MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penerapan kegiatan keterampilan motorik halus bertujuan untuk meningkatkan kemandirian. 4.1.1 Deskripsi Kondisi awal Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu melakukan pengamatan awal berupa kegiatan pra tindakan untuk mengetahui keadaan awal kemandirian anak terutama pada kegiatan keterampilan motorik halus dengan menggunakan lembar observasi anak. Peneliti akan meningkatkan kemandirian melalui kegiatan menggunting kertas menjadi dua bagian, agar keberhasilan peneliti dapat terlihat dengan jelas maka dilakukan pra observasi sebagai perbandingan sebelum dilakukan tindakan kelas dan sesudah tindakan kelas. Untuk lebih jelas mengenai pemahaman kemandirian sebelum tindakan, peneliti menghitung prosentase dari setiap aspek kemandirian yang dinilai. Tabel 2. Rekapitulasi Kemandirian Kondisi Awal Kondisi Awal Pra Tindakan No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas - - 5 21,74 6 26,09 12 52,17 2 Percaya diri - - 5 21,74 5 21,74 13 56,52 3 Mengarah kesempurnaan - - 4 17,39 6 26,09 13 56,52 Rata-rata 20,29 24,64 55,07 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase 1

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemandirian pada kondisi awal sebelum tindakan kelas pada aspek mampu mengerjakan tugas melalui kegiatan menggunting kertas menjadi dua bagian diperoleh data pada kriteria kurang sebanyak 12 anak dengan prosentase 52,17%. Sedangkan pada pada kriteria sangat baik belum terlihat kemampuan anak pada kondisi awal. Maka kemampuan mengerjakan tugas sebelum tindakan diklasifikasikan kurang baik. Hal tersebut diperoleh karena sebagian besar anak belum dapat mengerjakan tugas menggunting kertas tanpa bantuan dengan benar. Pada aspek percaya diri melalui kegiatan menggunting kertas menjadi dua bagian diperoleh data kriteria kurang sebanyak 13 anak dengan prosentase 56,52%. Sedangkan pada kriteria sangat baik belum terlihat kemampuan anak pada kondisi awal. Maka kemampuan percaya diri sebelum tindakan diklasifikasikan kurang. Hal tersebut diperoleh karena sebagian besar anak belum mempunyai kepercayaan diri dalam menggunting kertas. Pada aspek mengarah kesempurnaan dalam menggunting kertas diperoleh data pada kriteria kurang sebanyak 13 anak dengan prosentase 56,52%. Sedangkan pada kriteria sangat baik belum terlihat kemampuan anak pada kondisi awal. Maka kemampuan mengarah kesempurnaan dalam kegiatan menggunting kertas menjadi dua bagian diklasifikasikan kurang baik. Hal tersebut diperoleh karena sebagian besar anak belum dapat 2

menggunting kertas menjadi dua bagian dengan baik karena anak masih mengalami kebingungan ketika menggunting kertas. Dari tabel 2 diperoleh data mengenai kemandirian sebelum pelaksanaan tindakan kelas dari tiap aspek. Hasil observasi awal sejauh mana tingkat kemandirian dapat dilihat dari data kemandirian kondisi awal pada tabel 3. Tabel 3. Kemandirian Kondisi Awal No Kriteria Persentase (%) 1. Sangat Baik - 2. Baik 20,29 3. Cukup 24,64 4. Kurang 55,07 Dari data pada tabel 3, dapat diketahui sejauh mana tingkat kemandirian anak pada kondisi awal sebelum tindakan kelas. Pada kriteria sangat baik pada kondisi awal belum terlihat kemampuan anak, pada kriteria baik kondisi awal sebesar 20,29, pada kriteria cukup kondisi awal sebesar 24,64%, kemudian pada kriteria kurang kondisi awal sebesar 55,07%. 4.1.2 Deskripsi Tindakan Siklus 1 Tindakan yang dilakukan mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus 1 mengenai keterampilan motorik halus. Siklus ini dilaksanakan dengan 4 kali pertemuan, pertemuan pertama pada Rabu, 10 September 2014, pertemuan kedua pada Jumat, 12 3

September 2014, pertemuan ketiga pada Senin, 15 September 2014 dan pertemuan keempat pada Rabu, 17 September 2014. 1. Perencanaan Siklus 1 Perencanaan dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan. Pada tahap perencanaan tindakan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Membuat rencana kegiatan pembelajaran dan RKH yang akan dilakukan dalam empat kali pertemuan. b. Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian. c. Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. d. Menyiapkan ruang kelas dengan penataan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Siklus 1 Dalam pelaksanaan penelitian siklus 1 peneliti memiliki tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RKH yang disusun. Berikut ini deskripsi proses pelaksanaan tindakan siklus 1: a. Pertemuan Pertama Siklus 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 10 September 2014 dengan tema kemandirian mengikat tali sepatu. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus 1 pertemuan I sebanyak 23 anak. Peneliti mengkondisikan anak untuk belajar di kelas dengan kegiatan mengikat tali sepatu. Setiap anak diberikan tali sepatu untuk 4

diperagakan, sehingga tiap anak harus mengikat menggunakan tali sepatu. Sebelum anak memulai mengikat, peneliti memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana cara mengikat tali sepatu. Pada saat kegiatan berlangsung, peneliti mendampingi anakanak agar dapat mengikat dengan benar sambil melakukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan anak. Setelah selesai mengikat tali sepatu anak diminta untuk menunjukkan hasil simpul tali sepatu yang telah dibuat. Setelah proses selesai, anak dikondisikan kembali ke ruang kelas. b. Pertemuan Kedua Siklus 1 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 12 September 2014 dengan tema menggosok gigi tanpa membasahi baju. Peneliti mengkondisikan anak di luar kelas dan mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini adalah menggosok gigi tanpa membasahi baju. Pada kegiatan ini, setiap anak diberi sikap gigi yang telah diberi pasta gigi. Setiap anak diminta untuk mengambil air secukupnya untuk kumur-kumur setelah itu anak mulai menggosok giginya, dilanjutkan membersihkan gigi dengan berkumur-kumur dan membuang airnya. Hal itu dilakukan berkali-kali hingga mulut dan gigi benar-benar bersih. c. Pertemuan Ketiga Siklus 1 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014 dengan tema mencuci dan mengelap tangan sendiri. Peneliti 5

mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Pada kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri sebelum dilakukan kegiatan peneliti member contoh terlebih dahulu. Setelah itu tangan anak dibasahi dengan air kemudian anak mengambil sabun secukupnya setelah itu kedua tangan digesekkan kedepan dan kebelakang hingga berbusa, setelah itu tangan dibasuh air hingga bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan handuk. d. Pertemuan Keempat Siklus I Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari 17 September 2014 dengan tema membuka kancing dan melepas ikat pinggang. Peneliti mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Pada kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang sebelum dilakukan kegiatan peneliti memberi contoh terlebih dahulu. Setelah itu anak diminta untuk membuka kancing dengan tangan. Tangan kanan membuka kancing dan tangan kiri memegang kancing yang akan dibuka. 3. Pengamatan Siklus 1 Selama penerapan tindakan yang menjadi observer adalah peneliti sendiri. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, setiap kegiatan praktek yang dilakukan siswa semuanya diamati melalui lembar observasi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti 6

terhadap proses pembelajaran kemandirian pada siklus I dapat dilihat, sebagai berikut: a. Proses Belajar Selama proses pembelajaran anak melakukan berbagai kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan observasi pada siklus I, peneliti mengamati proses belajar kemandirian dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Anak mendengarkan penjelasan Pada pertemuan pertama anak mulai antusias ketika peneliti menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Pertemuan selanjutnya anak antusias ketika peneliti meminta anak mengikat tali sepatu, dan aktif dalam segala kegiatan yang diberikan terkait dengan kemandirian. 2) Keaktifan anak dalam kegiatan Pada pertemuan pertama anak masih bingung ketika anak diminta untuk mengikat tali sepatu dan membentuk simpul sepatu. Pertemuan selanjutnya anak sudah tidak bingung karena anak hanya diminta menggosok gigi tanpa membasahi baju. b. Hasil Pengamatan Untuk lebih mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan kemandirian anak pada pelaksanaan tindakan siklus 1, peneliti menghitung persentase dari setiap aspek yang dinilai dalam indikator. 7

Hasil pengamatan terhadap kemandirian dapat dilihat pada tabel data rekapitulasi di bawah ini: Tabel 4. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 1 Pertemuan 1 Pertemuan 1 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas - - 6 26,09 6 26,09 11 47,83 2 Percaya diri - - 5 21,74 5 21,74 13 56,52 3 Mengarah kesempurnaan - - 6 26,09 5 21,74 12 52,17 Rata-rata 24,64 23,19 52,17 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Tabel 5. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 1 Pertemuan 2 Pertemuan 2 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 4 17,39 6 26,09 5 21,74 8 34,78 2 Percaya diri 4 17,39 5 21,74 4 17,39 10 43,48 3 Mengarah kesempurnaan 5 21,74 5 21,74 4 17,39 9 39,13 Rata-rata 18,84 23,19 18,84 39,13 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Tabel 6. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 1 Pertemuan 3 Pertemuan 3 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 5 21,74 6 26,09 4 17,39 8 34,78 2 Percaya diri 5 21,74 5 21,74 5 21,74 8 34,78 3 Mengarah kesempurnaan 6 26,09 4 17,39 4 17,39 9 39,13 Rata-rata 23,19 21,74 18,84 36,23 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase 8

Tabel 7. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 1 Pertemuan 4 Pertemuan 4 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 6 26,09 6 26,09 4 17,39 7 30,43 2 Percaya diri 6 26,09 5 21,74 4 17,39 8 34,78 3 Mengarah kesempurnaan 7 30,43 4 17,39 5 21,74 7 30,43 Rata-rata 27,54 21,74 18,84 31,88 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Berdasarkan rekapitulasi data, hasil pengamatan kemandirian anak terlihat seperti uraian berikut: 1) Peningkatan kemandirian melalui beberapa aspek bila dibandingkan dengan kondisi awal maka pada siklus 1 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Lebih jelasnya seperti pada uraian berikut: a) Aspek mampu mengerjakan tugas melalui kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan 1 siklus 1 pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 11 orang, prosentase sebesar 47,83%. Kemudian pada aspek yang sama melalui kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2 siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, pada kondisi awal pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase 9

sebesar 26,09%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%. Pada pertemuan 3 siklus 1 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 7 orang, prosentase sebesar 30,43%. b) Aspek percaya diri melalui kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan I siklus 1 pada kategori baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 13 orang, prosentase sebesar 56,52%. Kemudian pada aspek yang sama melalui 10

kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2 siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, pada kategori baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%. Pada petemuan 3 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%. c) Aspek menuju kesempurnaan kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan 1 siklus 1 pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%,pada kategori cukup dengan 11

jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 12 orang, prosentase sebesar 52,17%. Kemudian pada aspek yang sama melalui kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2, pada kondisi awal pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74% siklus 1, pada kategori baik dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 9 orang, prosentase sebesar 39,13%. Pada petemuan 3 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 29,09%, pada kategori baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 9 orang, prosentase sebesar 39,13%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang siklus 1 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, pada kategori baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 9 orang, prosentase sebesar 39,13%. 12

Dari data pada tabel di atas dapat diketahui hasil pengamatan terhadap tingkat kemandirian pada semua aspek dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 8. Kemandirian Siklus 1 No Kriteria Prosentase (%) Pra Tindakan Siklus 1 1. Sangat Baik - 17,39 2. Baik 20,29 22,83 3. Cukup 24,64 19,92 4. Kurang 55,07 39,86 Dari hasil data pada tabel 7, dapat diketahui kemandirian sebelum tindakan mengalami peningkatan setelah tindakan siklus 1 dilakukan. Pada kriteria sangat baik, di kondisi awal belum terlihat namun setelah tindakan siklus 1 meningkat sebesar 17,39%. Pada kriteria baik dari kondisi awal sebesar 20,29% meningkat hingga 22,83%. Pada kriteria cukup dari kondisi awal sebesar 24,64% berkurang menjadi 19,92%. Kemudian pada kriteria kurang pada kondisi awal sebesar 55,09% berkurang hingga 39,86%. 4. Refleksi Siklus I Pada siklus 1 anak-anak cukup antusias dalam setiap kegiatan pembelajaran yang diberikan peneliti, namun peneliti mengalami beberapa kendala diantaranya adalah: 13

a. Anak memerlukan waktu yang lama untuk mengikat tali sepatu, disamping karena simpul yang dibuat cukup rumit, membuat simpul merupakan kegiatan yang baru bagi anak sehingga butuh waktu bagi anak untuk menyesuaikan. b. Pada saat permainan membuat simpul sepatu banyak anak yang belum berhasil dikarenakan cukup rumitnya simpul yang harus dibuat. c. Terdapat seorang anak tidak mau melaksanakan tugas pada kegiatan mengikat tali sepatu meskipun telah dibujuk. Anak yang tidak mau mengerjakan tersebut sedang dalam kondisi emosi yang kurang baik karena merasa kesulitan dan mendapat tekanan berupa ejekan dari teman-temannya. Kendala tersebut membuat peneliti belum mampu mengetahui kemampuan anak yang sebenarnya dalam kemandirian. Meskipun tindakan dalam siklus 1 belum membuat semua anak memahami kemandirian, namun kemandirian anak telah meningkat. Berdasarkan hasil penelitian untuk mengurangi kelemahan-kelemahan dan meningkatkan keberhasilan siklus 1 maka perlu diadakan siklus 2. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada tindakan siklus 2 selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Media yang digunakan agar dibuat lebih menarik dan lebih jelas sehingga tertarik mengikuti kegiatan. 2) Memberikan reward untuk menambah semangat dan lebih memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan dari awal hinga akhir. 14

3) Mengatur waktu seefisien mungkin agar pembelajaran maksimal dan anak masih memiliki waktu untuk bermain. 4) Memberikan motivasi, bimbingan dan pendampingan pada anak yang kurang menguasai konsep bilangan. 4.1.3 Deskripsi Tindakan Siklus 2 Pelaksanaan siklus 2 ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Jumat, 19 September 2014, pertemuan kedua pada Senin, 22 September 2014, pertemuan ketiga pada hari Rabu, 24 September 2014, dan pertemuan keempat pada hari Jumat, 26 September 2014. Berikut ini adalah proses pelaksanaan siklus 2 yang simulai dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. 1. Perencanaan Siklus 2 Melihat keadaan dalam pelaksanaan siklus 1 masih ada beberapa kendala, maka dalam tahap perencanaan tindakan siklus 2 ini perlu diadakan suatu rencana perbaikan atau perubahan dalam pelaksanaan pada siklus 2 sehingga kendala-kendala yang terjadi pada siklus 1 dapat teratasi. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus 2 ini sama seperti pada siklus 1, namun ditambah rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus 2 untuk perbaikan yaitu: a. Menggunakan waktu secara efektif dalam melakukan permainan tanah liat sehingga anak tetap memiliki waktu untuk bermain. 15

b. Memberikan reward berupa stiker dimana setiap anak harus berlomba mengumpulkan stiker sebanyak-banyaknya dengan mengerjakan setiap tugas dengan benar. c. Peneliti lebih memotivasi anak agar lebih proaktif dan bisa menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan setiap kelompok dapat lebih saling bekerja sama mendukung temannya. 2. Pelaksanaan Siklus 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat serta berdasarkan pada refleksi yang sudah dilakukan. Berikut ini deskripsi proses pelaksanaan tindakan siklus 2: a. Pertemuan Pertama Siklus 2 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 19 September 2014 dengan tema kemandirian mengikat tali sepatu. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus 2 pertemuan 1 sebanyak 23 anak. Peneliti mengkondisikan anak untuk belajar di kelas dengan kegiatan mengikat tali sepatu. Setiap anak diberikan tali sepatu untuk diperagakan, sehingga tiap anak harus mengikat menggunakan tali sepatu. Sebelum anak memulai mengikat, peneliti memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana cara mengikat tali sepatu. Pada saat kegiatan berlangsung, peneliti mendampingi anakanak agar dapat mengikat dengan benar sambil melakukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan anak. Setelah selesai 16

mengikat tali sepatu anak diminta untuk menunjukkan hasil simpul tali sepatu yang telah dibuat. Setelah proses selesai, anak dikondisikan kembali ke ruang kelas. b. Pertemuan Kedua Siklus 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014 dengan tema menggosok gigi tanpa membasahi baju. Peneliti mengkondisikan anak di luar kelas dan mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini adalah menggosok gigi tanpa membasahi baju. Pada kegiatan ini, setiap anak diberi sikap gigi yang telah diberi pasta gigi.setiap anak diminta untuk mengambil air secukupnya untuk kumur-kumur setelah itu anak mulai menggosok giginya, dilanjutkan membersihkan gigi dengan berkumur-kumur dan membuang airnya. Hal itu dilakukan berkali-kali hingga mulut dan gigi benar-benar bersih. c. Pertemuan Ketiga Siklus 2 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 24 September 2014 dengan tema mencuci dan mengelap tangan sendiri. Peneliti mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Pada kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri sebelum dilakukan kegiatan peneliti member contoh terlebih dahulu. Setelah itu tangan anak dibasahi dengan air kemudian anak mengambil sabun secukupnya setelah itu kedua tangan digesekkan kedepan dan 17

kebelakang hingga berbusa, setelah itu tangan dibasuh air hingga bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan handuk. d. Pertemuan Keempat Siklus 2 Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat, 26 September 2014 dengan tema membuka kancing dan melepas ikat pinggang. Peneliti mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Pada kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang sebelum dilakukan kegiatan peneliti memberi contoh terlebih dahulu. Setelah itu anak diminta untuk membuka kancing dengan tangan. Tangan kanan membuka kancing dan tangan kiri memegang kancing yang akan dibuka. Pada masing-masing pertemuan kegiatan diakhiri memberi reward berupa stiker kepada anak yang sudah berhasil mengerjakan setiap tugas dalam kegiatan dengan baik dan pada siklus 2 ini rata-rata anak sudah dapat memahami kemandirian. 3. Pengamatan Siklus 2 Observasi dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap kemandirian pada siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut: a. Proses Belajar Selama proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, anak melakukan berbagai kegiatan 18

pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan pengamatan pada siklus 2, peneliti mengamati kemandirian anak dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Anak mendengarkan penjelasan peneliti. Pada pelaksanaan siklus 2 disetiap pertemuaan mengalami peningkatan anak mendengarkan perintah dan penjelasan guru sehingga anak bisa melaksanakan kegiatan dengan tepat. 2) Keaktifan anak dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus 2 disetiap pertemuan anak sudah lebih jelas dibandingkan siklus 1 sehingga anak lebih aktif dalam setiap kegiatan. b. Hasil Pengamatan Untuk lebih mengetahui sejauh mana peningkatan kemandirian anak pada pelaksanaan tindakan siklus 2, peneliti menghitung persentase dari setiap aspek yang dinilai dalam indikator yang ada dalam tabel 8. Tabel 9. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 2 Pertemuan 1 Pertemuan 1 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 9 39,13 7 30,43 4 17,39 3 13,04 2 Percaya diri 7 30,43 8 34,78 4 17,39 4 17,39 3 Mengarah kesempurnaan 8 34,78 7 30,43 4 17,39 4 17,39 Rata-rata 34,78 31,88 17,39 15,95 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase 19

Tabel 10. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 2 Pertemuan 2 Pertemuan 2 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 11 47,83 10 43,48 2 8,67 - - 2 Percaya diri 10 43,48 9 39,13 4 17,39 - - 3 Mengarah kesempurnaan 10 43,48 8 34,78 5 21,74 - - Rata-rata 44,93 39,13 15,93 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Tabel 11. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 2 Pertemuan 3 Pertemuan 3 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 16 69,56 6 26,09 1 4,35 - - 2 Percaya diri 15 65,22 6 26,09 2 8,67 - - 3 Mengarah kesempurnaan 16 69,56 4 17,39 3 13,04 - - Rata-rata 68,11 23,19 8,69 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Tabel 12. Rekapitulasi Kemandirian Siklus 2 Pertemuan 4 Pertemuan 4 No Aspek yang dinilai SB B C K F % F % F % F % 1 Mampu mengerjakan tugas 22 95,65 1 4,35 - - - - 2 Percaya diri 21 91,30 2 8,67 - - - - 3 Mengarah kesempurnaan 20 86,96 3 13,04 - - - - Rata-rata 91,30 8,69 Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang f = frekuensi % = prosentase Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada tabel rekapitulasi kemandirian siklus 1 dan tabel 8, 9, 10, dan 11 dapat diketahui bahwa 20

kemandirian pada anak meningkat. Berdasarkan rekapitulasi data, hasil pengamatan kemandirian anak terlihat seperti uraian berikut: 1) Peningkatan kemandirian melalui beberapa aspek bila dibandingkan dengan siklus 1 maka pada siklus 2 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Lebih jelasnya seperti pada uraian berikut: a. Aspek mampu mengerjakan tugas melalui kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan 1, pada siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 9 orang, prosentase sebesar 39,13%, pada kategori baik dengan jumlah anak 7 orang, prosentase sebesar 30,43%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 3 orang, prosentase sebesar 13,04%. Kemudian pada aspek yang sama melalui kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2 siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 11 orang, prosentase sebesar 47,83%, siklus 2 pada kategori baik dengan jumlah anak 10 orang, prosentase sebesar 43,48%,dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 2 orang, prosentase sebesar 8,67. Pada pertemuan 3 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 16 orang, prosentase sebesar 69,56%, pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 1 orang, prosentase sebesar 4,35%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang, siklus 2 pada 21

kategori sangat baik dengan jumlah anak 22 orang, prosentase sebesar 95,65%,dan pada kategori baik dengan jumlah anak 1 orang, prosentase sebesar 4,35%. b. Aspek percaya diri melalui kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan 1, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 7 orang, prosentase sebesar 30,43%, pada kategori baik dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%. Kemudian pada aspek yang sama melalui kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 10 orang, prosentase sebesar 43,48%, siklus 2 pada kategori baik dengan jumlah anak 9 orang, prosentase sebesar 39,13%, dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%. Pada petemuan 3 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 15 orang, prosentase sebesar 65,22%, pada kategori baik dengan jumlah anak 6 orang, prosentase sebesar 26,09%, dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 2 orang, prosentase sebesar 8,67%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 21 orang, prosentase sebesar 91,30%, dan pada kategori baik dengan jumlah anak 2 orang, prosentase sebesar 8,67%. 22

c. Aspek menuju kesempurnaan kegiatan mengikat tali sepatu pada pertemuan 1, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%,pada kategori baik dengan jumlah anak 7 orang, prosentase sebesar 30,43%, pada kategori cukup dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori kurang dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%. Kemudian pada aspek yang sama melalui kegiatan menggosok gigi tanpa membasahi baju pada pertemuan 2, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 10 orang, prosentase sebesar 43,48%, siklus 2 pada kategori baik dengan jumlah anak 8 orang, prosentase sebesar 34,78%, dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 5 orang, prosentase sebesar 21,74%. Pada petemuan 3 melalui kegiatan mencuci dan mengelap tangan sendiri, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 16 orang, prosentase sebesar 69,59%, pada kategori baik dengan jumlah anak 4 orang, prosentase sebesar 17,39%, dan pada kategori cukup dengan jumlah anak 3 orang, prosentase sebesar 13,04%. Pada petemuan 4 melalui kegiatan membuka kancing dan melepas ikat pinggang, siklus 2 pada kategori sangat baik dengan jumlah anak 20 orang, prosentase sebesar 86,98%, dan pada kategori baik dengan jumlah anak 3 orang, prosentase sebesar 13,04%. Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel di atas hasil pengamatan terhadap kemandirian pada keseluruhan aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 23

Tabel 12. Data Kemandirian Siklus 2 No Kriteria Prosentase (%) Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2 1. Sangat Baik - 17,39 59,78 2. Baik 20,29 22,83 25,73 3. Cukup 24,64 19,92 10,51 4. Kurang 55,07 39,86 3,98 Dari hasil data pada tabel 12, dapat diketahui kemandirian pada seluruh aspek yang dinilai dari sebelum tindakan mengalami peningkatan setelah tindakan siklus 2 dilakukan. Pada kriteria sangat baik, di kondisi awal belum terlihat namun setelah tindakan siklus 1 meningkat sebesar 17,39% dan setelah siklus 2 meningkat menjadi 59,78%. Pada kriteria baik dari kondisi awal 20,29% kemudian pada siklus 1 menjadi 22,83% dan setelah siklus 2 menjadi 25,73%. Pada kriteria cukup dari kondisi awal sebesar 24,64% kemudian pada siklus 1 menjadi 19,92% dan setelah siklus 2 menjadi 10,51%. Kemudian pada kriteria kurang pada kondisi awal sebesar 55,07% kemudian pada siklus 1 menjadi 39,86%, dan setelah siklus 2 menjadi 3,98%. Ditinjau dari hasil pengamatan peneliti, pembelajaran pada siklus 2 sudah berjalan dengan baik dan berhasil. Data yang diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 tentang kemandirian dapat diklasifikasikan baik dan indikator keberhasilan yang diharapkan telah memenuhi kriteria, yaitu lebih dari 85%. 24

4. Refleksi Siklus 2 Pada pelaksanaan tindakan di siklus 2, anak sudah lebih mengalami peningkatan dibandingkan dengan pada siklus pertama. Pemahaman anak dalam kemandirian meningkat dari kurang menjadi baik. Hal tersebut ditunjukkan dari prosentase peningkatan yang ada. Dalam pelaksanaan tindakan siklus 2 peneliti tidak menemui kendala yang berarti. Hal tersebut dikarenakan sudah dilakukan perbaikan rencana sebelum siklus 2 dilaksanakan. Suasana kelas juga lebih kondusif dibandingkan siklus pertama karena anak lebih antusias dalam kegiatan. Dengan melihat hasil peningkatan kemandirian anak pada siklus 2, peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan. 4.2 Pembahasan Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemandirian melalui keterampilan motorik halus. Kurang berkembangnya kemandirian pada keterampilan motorik halus anak dalam beberapa aspek disebabkan karena beberapa hal: 1. Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang menarik sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar. 2. Metode yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung monoton sehingga anak cepat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. 3. Suasana dikelas kurang kondusif, sehingga anak kurang nyaman belajar. 25

Hasil yang diperoleh pada pra tindakan dan pelaksanaan siklus 1 apabila dibandingkan terlihat sudah ada peningkatan, namun belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan peneliti, sehingga perlu diadakan siklus 2. Hal ini disebabkan pada pelaksanaan siklus 1 terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan siklus 1, sehingga perlu diadakan suatu perbaikan dalam siklus 2 agar indikator keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus 1 adalah pertama anak memerlukan waktu yang lama untuk mengikat tali sepatu, disamping karena simpul yang dibuat cukup rumit, membuat simpul merupakan kegiatan yang baru bagi anak sehingga butuh waktu bagi anak untuk menyesuaikan. Pada saat membuat simpul sepatu banyak anak yang belum berhasil dikarenakan cukup rumitnya simpul yang harus dibuat. Kedua terdapat seorang anak tidak mau melaksanakan tugas pada kegiatan mengikat tali sepatu meskipun telah dibujuk. Anak yang tidak mau mengerjakan tersebut sedang dalam kondisi emosi yang kurang baik karena merasa kesulitan dan mendapat tekanan berupa ejekan dari teman-temannya. Kendala tersebut membuat peneliti belum mampu mengetahui kemampuan anak yang sebenarnya dalam kemandirian. Dari kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus 1, maka dilakukan perbaikan-perbaikan agar kendala yang ada dapat teratasi. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah pertama, mengatur waktu seefisien mungkin agar pembelajaran maksimal dan anak masih memiliki waktu untuk 26

bermain, kedua memberikan reward untuk menambah semangat dan lebih memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan dari awal hinga akhir. Memberikan motivasi, bimbingan dan pendampingan pada anak yang kurang menguasai. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam siklus 2, ternyata hasil yang diperoleh mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap aspek kemandirian. Penelitian ini telah menghasilkan bahwa melalui kemandirian motorik halus dapat meningkatkan kemampuan kemandirian pada siswa kelas A TK Lebah Putih tahun pelajaran 2013/2014. Peningkatan kemandirian terbukti dengan adanya peningkatan jumlah persentase kemandirian dengan kategori sangat baik dari pra tindakan dan setelah tindakan yang selalu meningkat, dimana masing-masing siklus menunjukan peningkatan yang cukup baik. Peningkatan kemandirian anak melalui keterampilan motorik halus ini dikarenakan anak yang berusia sekitar empat tahun masa prasekolah biasanya sudah mulai berkurang ketergantungan kepada ibu ataupun pengasuhnya. Mereka juga sudah dapat bermain sendiri, bergaul dengan teman sebaya sehingga dengan pergaulan yaitu anak akan dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, lebih kreatif dan lebih mandiri khususnya mereka yang dimasukkan ke play group dan taman kanak-kanak sehingga yang menjadi tujuan pokok manusia dalam perkembangannya adalah mengarahkan anak untuk mampu atau tidak tergantung pada orang lain. Di taman kanak-kanak dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan 27

rohani. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya, memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Melalui keterampilan motorik halus anak dapat percaya diri dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat sehingga anak dapat bereaksi serta berimajinasi. Hal ini menyebabkan tumbuhnya kemandirian pada anak sehingga anak mampu mengerjakan tugas, percaya diri dan mengarah pada kesempurnaan. Penerapan kemandirian motorik halus dalam meningkatkan kemandirian pada anak dirancang untuk memotivasi anak dalam belajar agar kemandirian anak dapat meningkat. Peningkatan yang terlihat yaitu anak sudah aktif dalam pembelajaran serta peningkatan kemandirian motorik halus. Hasil penelitian tentang kemandirian dapat dilihat dari prosentase masingmasing aspek kemandirian yang dinilai pada pra tindakan dan setelah tindakan, dimana masing-masing siklus menunjukkan peningkatan prosentase yang cukup berarti. 28

Kemampuan yang meningkat pada setiap aspek kemandirian dengan prosentase rata-rata kemandirian pada kondisi awal semula 44,93% siswa pada kategori cukup, baik dan sangat baik kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 60,14% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 96,02%. Sedangkan siswa yang kurang dalam kemandirian pada kondisi awal sebesar 55,07% kemudian pada siklus 1 berkurang menjadi 39,86% dan pada siklus 2 berkurang menjadi 3,98%. Dilihat dari prosentase setiap aspek dalam kemandirian motorik halus pada siklus 2 sudah terjadi peningkatan persentase dari siklus 1, hal ini menunjukkan bahwa revisi pada siklus 2 mempunyai dampak yang berarti terhadap kemandirian motorik halus pada anak. 29