Implementasi Metode Pairwise Comparison pada Uji Kinerja Varian Metode Kecerdasan Buatan pada Penyelesaian Masalah TSP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS MASALAH

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

Desain dan Analisis Algoritma Modifikasi Hungarian untuk Permasalahan Penugasan Dinamis Pada Studi Kasus Permasalahan SPOJ Klasik 12749

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

BAB III. Metode Penelitian

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Randy L Haupt & Sue Ellen Haupt, Practical Genetic Algorithms second edition, Wiley Interscience,2004.

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Prosiding Matematika ISSN:

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

PRESENTASI TUGAS AKHIR

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

Desain dan Analisis Algoritma Pencarian Prediksi Hasil Penjumlahan Beberapa Urutan Berkala dengan Metode Eliminasi Gauss

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN)

Denny Hermawanto

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

Lingkup Metode Optimasi

PENYELESAIAN PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA DIFFERENTIAL EVOLUTION

Algoritma Genetik: Alternatif Metode Penentuan Strata Optimum dalam Perancangan Survei

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Bab II Konsep Algoritma Genetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Matematika dan Statistika

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

BAB II LANDASAN TEORI

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

ANALISIS PENGATURAN INDIVIDU CROSSOVER DAN MUTASI ALGORITMA GENETIKA STUDI KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

ANT COLONY OPTIMIZATION

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

ALGORITMA OPTIMASI UNTUK PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (Optimization Algorithm for Solving Travelling Salesman Problem)

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

OPTIMASI PERENCANAAN JALUR PADA MOBILE ROBOT BERBASIS ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POLA DISTRIBUSI NORMAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Meilinda Ayundyahrini Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendie A. K, MT Nurlita Gamayanti, ST., MT

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Metode Pairwise Comparison pada Uji Kinerja Varian Metode Kecerdasan Buatan pada Penyelesaian Masalah TSP Muhammad Ibrahim Oswaldo, Ahmad Saikhu dan Bilqis Amaliah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: saikhu@its-sby.edu Abstrak Dalam sebuah kasus pengambilan keputusan sering memerlukan perbandingan dari beberapa kriteria yang berbeda. Pairwise Comparison adalah metode perbandingan berpasangan yang dapat digunakan untuk memperoleh kecenderungan terkait dari setiap kriteria yang dibandingkan. Studi kasus yang diangkat adalah permasalahan TSP dengan permasalahan utama adalah pemilihan metode yang tepat untuk penyelesaian masalah TSP. Nilai pairwise comparison matrix didapatkan berdasarkan tabel derajat kepentingan dari kriteria yang dibandingkan. Jika pairwise comparison matrix dapat diterima kelayakannya, dari proses normalisasi dan nilai bobot vektor yang didapat, kita dapat mengetahui nilai akhir dari setiap metode yang dibandingkan. Nilai akhir tertinggi yang dimiliki sebuah metode, menjadikan metode tersebut metode terbaik yang terpilih. Dalam pembangunan model ini, penulis akan menggunakan matlab. Dari hasil uji coba model yang dibangun dapat disimpulkan bahwa algoritma basic ant colony optimization lebih baik dari basic genetic algorithm dalam penyelesaian masalah TSP. Kata Kunci Basic Ant Colony Optimization (ACO), Basic Genetic Algorithm (GA), Kecerdasan Buatan, Pairwise Comparison Matrix, Travelling Salesman Problem (TSP). I. PENDAHULUAN Dalam sebuah kasus pengambilan keputusan sering memerlukan perbandingan dari varians yang berbeda. Pairwise Comparison adalah metode perbandingan berpasangan. Pairwise Comparison dapat digunakan untuk memperoleh kecenderungan terkait tentang varians tersebut. Quenouille dan John (1971) menemukan perancangan 2nfaktorial Pairwise Comparison. Hasil dari penelitan mereka adalah sebuah pengamatan memiliki varians yang sama [1]. Saaty (1977) memperkenalkan teknik eigenvalue untuk menganalisa data Pairwise Comparison. Teknik eigenvalue membutuhkan perbandingan semua varians satu lawan satu [2]. Dan pada tahun 1978 EI-Helbawy dan Bradley menemukan matriks kovarians dalam uji coba Pairewise Comparison dan memberikan hasil keputusan yang tepat dalam beberapa kasus [3]. Basic Genetic Algorithm (GA) dan Basic Ant Colony Optimization (ACO) adalah dua algoritma kecerdasan buatan yang akan diimplementasikan dalam Tugas Akhir ini pada sebuah permasalahan Travelling Salesman Problem (TSP). Pairewise Comparison Matrix akan menghasilkan nilai yang berasal dari perbandingan setiap varians untuk membandingkan dua metode tersebut. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan kualitas yang lebih baik. Hasil yang diharapkan dari Tugas Akhir ini adalah mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap varians dari dua metode yang diimplementasikan dengan membandingkan satu lawan satu dari setiap varians. Sebuah metode dengan jumlah kemenangan yang lebih banyak dari perbandingan setiap varians ditetapkan sebagai metode yang terbaik untuk menyelesaikan sebuah permasalahan TSP. II. ULASAN ALGORITMA A. Pairwise Comparison Pairwise Comparison Matrix adalah metode perbandingan berpasangan yang digunakan dalam studi ilmiah. Pairwise Comparison Matrix biasanya mengacu pada setiap proses membandingkan setiap varians berpasangan untuk menilai yang mana dari setiap varians yang memiliki performa lebih baik. Pertama analisa hasil kinerja dari dua metode yang diimplementasikan pada persoalan TSP. Kemudian buat sebuah comparison matrix A yang berisi nilai positif integer setiap varians. Comparison matrix A ditunjukan pada Persamaan 1. 1 a 12 a 13 a 1n a 21 1 a 23 a 2n A = a 31 a 32 1 a 3n ( a n1 a n2 a n3 1 ) (1) Dari matrix tersebut dapat ditentukan bobot vektor UA. Setelah mendapatkan bobot vektor dapat dihitung nilai consistency ratio matrix untuk menentukan keseimbangan matrix dapat diterima atau tidak. Untuk mendapatkan nilai consistency ratio ditunjukan pada Persamaan 2 dan Persamaan 3 []. CI = n max(a) n n 1 CR = CI RI (2) (3)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2 n merupkan kriteria yang ingin dibandingkan. n max (A) didapat setelah kita lakukan normalisasi dari matriks A. Sementara CI adalah nilai cosistency index dan RI adalah nilai random consistency index. Jika keseimbangan dari matriks A dapat diterima selanjutnya adalah membentuk matriks baru yang disebut matriks turunan. Jumlah matriks turunan yang kita buat sejumlah kriteria yang dibandingkan. Dengan proses yang sama kita mendapatkan bobot vektor dari masing-masing matriks turunan. Terakhir analisa nilai setiap varians dari dua metode yang telah diimplementasikan pada persoalan TSP. Setiap kemenangan dari 2 metode yang dibandingkan akan mendapatkan nilai P. Nilai P adalah nilai akhir keseluruhan dari dua metode yang dibandingkan. Nilai P didapatkan berdasarkan penjumlahan total setiap bobot vektor matriks turunan dan matriks A. Print Jarak Terpendek Tidak Mulai Data masukan, Jumlah iterasi, jumlah populasi, probabilitas crossover, Probabilitas mutasi Hitung jarak antar kota (menggunakan Euclident) Bangkitkan generasi pertama, kromosom encoding dari urutan kota secara acak iterasi Ya Bangkitkan bilangan acak untuk menentukan operator crossover dan mutasi Bangkitkan bilangan acak untuk mendapatkan probabilitas crossover setiap parent Seleksi parent yang probabilitasnya memenuhi persyaratan crossover Lakukan crossover B. Basic Genetic Algorithm Dalam proses penyelesaian TSP menggunakan GA ini ada beberapa tahap pemrosesan yaitu inisialisasi data awal, proses pembangkitan populasi awal dan proses pembangkitkan generasi baru. Inisialisasi data awal adalah proses pengolahan data masukan yaitu data kordinat nodes, data jumlah populasi, data jumlah iterasi, probabilitas kawin silang, probabilitas mutasi. Proses pembangkitan awal adalah proses mendapatkan sejumlah kromosom yang selanjutnya dinamakan populasi, populasi ini kemudian akan diproses hingga memperoleh hasil yang diinginkan. Proses pembangkitan generasi baru merupakan kelanjutan dari proses pembangkitan populasi awal, di sini objek yang diproses adalah populasi, sehingga dari poplasi tersebut dihasilkan sejumlah kromosom yang selanjutnya dinamakan generasi, tentunya dalam membangkitkan generasi ini diperlukan beberapa proses seperti mutasi, seleksi, dan crossover. Desain metode GA secara umum dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 1. Langkah-langkah untuk mengimplementasikan GA adalah sebagai berikut: 1. Bangkitkan Generasi Pertama Pada proses ini kita bangkitkan sejumlah individu yang akan membentuk sebuah populasi. Setiap individu atau kromosom akan mempunyai gen yang berjumlah sama dengan jumlah nodes. gen pada setiap kromosom mengalami pengodean sesuai dengan nomor nodes pada data masukan yang diurutkan secara acak. 2. Bangkitkan Operator Kawin Silang dan Operator Mutasi Pada proses ini kita bangkitkan dua operator kawin silang secara acak, dan dua operator mutasi secara acak. Untuk membangkitkan dua operator kawin silang ditetapkan beberapa ketentuan yaitu bilangan harus positif integer dan 1 c 1 < c 2 jumlah. Sementara untuk membangkitkan dua operator mutasi ketentuan yang harus dipatuhi yaitu bilangan harus positif dan 1 m 1 m 2 jumlah. Selesai Urutkan populasi berdasarkan nilai fitness, 2000 terbaik dijadikan generasi berikutnya Hitung nilai fitness Gambar 1 Diagram Alir Proses Penyelesaian TSP dengan Metode GA Bangkitkan bilangan acak untuk probabilitas mutasi untuk setiap child hasil crossover Lakukan mutasi untuk setiap child yang probabilitasnya memenuhi persyaratan 3. Seleksi Parent Untuk Proses Kawin Silang Pada proses ini kita akan menyeleksi parent sebelum memasuki proses crossover. Sebelumnya kita akan membangkitkan bilangan acak untuk setiap individu yang akan menjadi calon parent. Hasil pembangkitan bilangan acak tersebut akan dibandingkan dengan probabilitas crossover yang telah ditentukan sebelumnya dengan nilai 0.5. Setiap calon parent yang memiliki nilai hasil pembangkitan secara acak lebih rendah dari probabilitas crossover yang telah ditentukan parentpco < pco, terpilih menjadi parent yang akan mengalami proses crossover. Simpan indeks setiap parent yang terpilih ke dalam sebuah list. Setiap proses kawin silang dibutuhkan dua parent. Proses pemilihan dua parent ini ditentukan berdasarkan urutan pada list yang menyimpan indeks setiap parent yang terpilih. Dengan demikian dapat dikatakan parent pertama pada list akan dikawin silangkan dengan parent kedua pada list, parent kedua pada list akan dikawin silangkan dengan parent ketiga pada list, begitu seterusnya hingga parent terakhir pada list akan dikawin silangkan dengan parent sebelumnya.. Proses Kawin Silang Pada tahap ini akan dijelaskan proses kawin silang terjadi. Melanjuti proses sebelumnya, setelah didapatkan dua parent maka akan dilakukan proses kawin silang ini. Proses kawin silang ini sendiri memiliki tujuan yaitu

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3 untuk mendapat keturunan atau yang biasa kita sebut child. Langkah pertama pada proses kawin silang ini adalah menukarkan posisi c 1, c 1 + 1,, c 2 milik parent i dengan milik parent i+1. Simpan proses langkah pertama pada sebuah list dan beri nama list tersebut dengan nama child. Langkah berikutnya adalah membuat list baru L i, L i+1 dan mengisi list tersebut dengan elemen-elemen yang dimiliki oleh parent i dan parent i+1 dimulai dari c 2 searah jarum jam c 2 + 1, c 2 + 2,, n, 1, 2,, c 2. Langkah ketiga merupakan lanjutan langkah sebelumnya, setelah kita memiliki list L, kita buat sebuat list baru lagi yang diberi nama dengan L i, L i+1, dan mengisi list tersebut dengan menghapus gen yang nilai nodes-nya telah termasuk dalam child sementara. Dan proses terakhir adalah melanjutkan pengisian pada variabel child, dengan cara mengambil elemen-elemen pada variabel L i, L i+1 dan mengurutkanya secara c 2 + 1, c 2 + 2,, n, 1, 2,, c 1 1. Untuk lebih jelasnya proses kawin silang akan dijelaskan pada Tabel 2 [5]. Tabel 1 Urutan Proses Contoh 1 Tentukan parent 1 dan parent 2 dari populasi P1 = 1-2-5--3-7-6 P2 = 5--2-6-3-1-7 2 Tentukan titik c 1 = 3 crossover secara acak c 2 =5 3 Tukar posisi c 1, c 1 + child1 =?-?-2-6-3-?-? 1,, c 2 miliki parent 1 child2 =?-?-5--3-?-? dengan miliki parent 2 dan simpan kedalam variabel child1 dan child2 Buat list baru L 1, L 2 L1 = 7,6,1,2,5,,3 dan mengisinya L2 = 1,7,5,,2,6,3 dengan element parent 1 dan parent 2 dimulai dari c 2 searah jarum jam c 2 + 1, c 2 + 2,, n, 1, 2,, c 2 5 Dari list L 1, L 2 buat sebuah list baru lagi L 1 = L1 2,6,3 = 7,1,5, L 1, L 2 dengan L 2 = L2 5,,3 = menghapus nodes 1,7,2,6 yang telah termasuk dalam c 1 pada tahap 2 6 Terakhir masukan setiap element L i kedalam element kosong c i dengan urutan c 2 + 1, c 2 + 2,, n, 1, 2,, c 1 1 child1 = 5--2-6-3-7- 1 child2 = 2-6-5--3-1- 7 pembangkitan bilangan acak tersebut akan dibandingkan dengan probabilitas mutasi yang telah ditentukan sebelumnya dengan nilai 0.01. Setiap child yang memiliki nilai hasil pembangkitan secara acak lebih rendah dari probabilitas mutasi yang telah ditentukan childpm < pm, terpilih menjadi child yang akan mengalami proses mutasi. Simpan indeks setiap child yang terpilih ke dalam sebuah list. 6. Proses Mutasi Melalui proses sebelumnya kita mempunya list yang menyimpan indeks setiap child yang akan mengalami mutasi, yang berarti setiap child tersebut akan mengalami mutasi. Proses mutasi yang akan dilakukan pada tahap ini adalah proses menukar posisi kromosom yang telah ditentukan berdasarkan proses inisialisasi data. Yaitu kromosom yang berada pada posisi m 1 bertukar tempat dengan kromosom yang berada pada posisi m 2. 7. Proses Menghitung Fitness Setiap Individu Pada tahap ini akan dilakukan proses menghitung nilai fitness setiap individu. Cara menghitung nilai fitness setiap individu sudah ditentukan dengan nilai fitness sama dengan jarak tempuh setiap individu. Berarti nilai fitness didapatkan dengan melihat kromosom setiap individu. 8. Proses Elitisme Pada tahap ini akan dilakukan proses elitisme yang berarti proses perbaikan generasi. Proses ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap individu berdasarkan nilai fitness-nya. Setiap individu parent maupun child diurutkan berdasarkan nilai fitness. Sejumlah populasi, setiap individu yang memiliki nilai fitness terbaik akan menjadi generasi baru pada iterasi berikutnya. C. Basic Ant Colony Optimization Dalam proses penyelesaian TSP menggunakan ACO ini ada beberapa tahap pemrosesn, yaitu inisialisasi data awal, penentuan jalur yang dilewati semut, memperbarui nilai pheromones, menghitung semua jalur yang dilewati setiap semut. Inisialisasi data awal adalah proses pengolahan data masukan yaitu data koordinat nodes, data jumlah semut, data jumlah iterasi, data koefisien alpha, beta, eliminasi, dan evaporasi. Penentuan jalur yang dilewati semut adalah proses menentukan perjalan setiap nodes yang akan dilewati semut berdasarkan nilai pheromones sementara. Memperbarui nilai pheromones adalah proses dimana pheromones pada jalur yang dilalui semut mengalami penguatan, sebaliknya pheromones mengalami evaporasi jika jalur tersebut tidak dilalui. Terakhir adalah proses menghitung cost pada jalur yang dilalui semut. Desain metode ACO secara umum dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 2. 5. Seleksi Child Untuk Proses Mutasi Pada proses ini kita akan menyeleksi child sebelum memasuki proses mutasi. Sebelumnya kita akan membangkitkan bilangan acak untuk setiap child. Hasil

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Mulai Data masukan, Jumlah iterasi, jumlah semut, koefisien evaporasi, koefisien eliminasi, nilai alpha, nilai beta Hitung jarak antar kota (menggunakan Euclident) Bangkitkan sejumlah m semut Ya Tempat kan secara acak setiap semut pada suatu nodes Tentukan kota selanjutnya disimpulkan jalur yang sering dilewati atau yang memiliki nilai pheromones besar memiliki kemungkinan lebih besar untuk terpilih.. Evaluasi dan Perbaharui Nilai Pheromones Berdasarkan pada tahap sebelumnya setiap semut akan mempunyai jalur yang dilalui masing masing. Tahap ini akan memperbaharui nilai pheromones pada semua jalur. Setiap jalur yang dilewati semut, maka pheromones tersebut akan mengalami peningkatan. Sebaliknya nilai pheromones akan menguap jika tidak dilewati semut. Fungsi untuk meningkatkan atau mengurangi nilai pheromones akan ditunjukkan pada Persamaan. τ ij = τ ij + τ k () τ ij = (1 ρ)τ ij ; (i, j) A Print jarak terpendek selesai Tidak iterasi Perbaharui nilai pheromones dengan proses penguatan ataupun evaporasi Kembali ke kota semula? Ya Hitung jarak perjalanan semut Gambar 2 Diagram Alir Proses Penyelesaian TSP dengan Metode ACO Langkah-langkah untuk mengimplementasikan GA adalah sebagai berikut: 1. Bangkitkan Sejumlah Semut Pada tahap ini kita membangkitkan sejumlah semut sesuai dengan yang kita inginkan. Disini peran semut dianggap seperti seorang salesman. Semut akan berjalan dari tempat awal dan kembali ke tempat semula setelah melalui semua kota. 2. Tentukan Entry State untuk Setiap Semut Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini kita harus menempatkan setiap semut pada sebuah kota yang ditentukan secara acak. Guna penempatan ini adalah kota yang ditentukan menjadi entry state setiap semut, dimana seekor semut akan memulai dan mengkahir perjalan pada kota tersebut. 3. Tentukan Next State atau Perjalanan Semut Pada tahap ini seekor semut akan menentukan nodes berikutnya untuk mencapai tempat tujuan. Setiap semut akan memiliki probabilitas akan ditunjukkan pada Persaaan 3 untuk menentukan nodes berikutnya. p i,j = p i,j = 0, α τ i,j τ α (k) j N i,j i, jika j N i (k) jika j N i (k) Dengan membangkitkan bilangan acak untuk dibandingkan dengan probabilitas yang dimiliki semut. Keadaan pheromones sementara mempengaruhi nilai probabilitas yang dimiliki semut, yang berarti mempengaruhi pemilihan nodes berikutnya. Dapat Tidak (3) 5. Hitung Cost Perjalanan Semut Tahap ini merupakan tahap turunan dari tahap tiga. Setelah setiap semut mempunyai jalur masing masing untuk menyelesaikan perjalanan. Masing-masing semut memiliki panjang jarak tempuh yang berbeda sesuai jalur yang dilaluinya [6]. III. HASIL UJI COBA Uji coba akan dilakukan dengan beberapa mekanisme. Pertama akan dilakukan uji coba dengan pembentukan matriks A Pairwise Comparison. Berikutnya akan dilakukan 5 uji coba yang berbeda berdasarkan jumlah nodes data masukan, A. Pembentukan Matriks A Sebelum membangun sebuah matriks kita harus memahami terlebih dahulu konsep derajat kepentingan. Derajat kepentingan adalah nilai yang kita berikan untuk kriteria yang akan kita bandingkan. Fungsi dari derajat kepentingan ini adalah mengurutkan tingkat prioritas dari kriteria yang dibandingkan tersebut. Skala derajat kepentingan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 2 Tabel Penentuan Derajat Kepentingan Nilai Tingkat Kepentingan 1 Memiliki tingkatan yang sama 3 Sedikit lebih penting dari salah satu kriteria lainya 5 Lebih penting 7 Memiliki kepentingan yang sangat tinggi 9 Memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi Urutan kriteria pembanding dan algoritma pembanding akan ditunjukkan pada Tabel dan Tabel 5. Tabel 3 Urutan Kriteria Pembanding 1 Kompleksitas Waktu Implementasi 2 Kompleksitas Memori Implementasi 3 Jarak Tempuh Optimal Tingkat Kesulitan Implementasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5 Tabel Urutan Algoritma Pembanding 1 Basic Genetic Algorithm 2 Basic Ant Colony Optimization Urutan tingkat kepentinganya adalah jarak optimal, kompleksitas waktu, kompleksitas memori, dan jumlah kode implementasi. Sehingga didapatkan matriks A adalah sebagai berikut. 1.00 5.00 0.33 7.00 A = ( 0.20 3.00 1.00 7.00 0.1 0.33 3.3. RI = 0.1 3.00 ) 1.00 9.00 0.11 1.00 Untuk koefisien nilai RI ditunjukkan pada Persamaan 1.96(n 2) n (3.3) Sehingga didapatkan nilai RI = 0.99. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai CI. Untuk mendapat nilai CI kita membutuhkan nilai n max. Nilai n max didapatkan dari proses pengalaian matriks A dengan matriks bobot vektor, sehingga didapatkan sebuah matrix baru berukuran 1. Hasil penjumlahan dari matrix baru tersebut merupakan nilai n max. Sehingga n max =.27. Dengan persamaan yang telah disebutkan pada bab sebelumnya kita mendapatkan nilai CI = 0.09. Proses pembagian nilai CI dengan nilai RI mendapatkan nilai CR = 0.09, sehingga matrix A dapat diterima keseimbanganya. U A1 U A2 U A3 U A 0.23 + 0.375 + 0.21 + 0.35 = = 0.29 0.0 + 0.075 + 0.09 + 0.15 = = 0.09 0.70 + 0.525 + 0.63 + 0.5 = = 0.57 0.03 + 0.025 + 0.07 + 0.05 = = 0.0 B. Uji Coba 1 Nodes 1 Nodes Kompleksitas waktu 1.27 3.22 Kompleksitas memori 5.3 1.35 Jarak optimal 3087.5 3087.5 P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.5) + (0.0 0.25) = 0.33 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.5) + (0.0 0.75) = 0.666 C. Uji Coba 16 Nodes 16 Nodes Kompleksitas waktu 385.06.09 Kompleksitas memori 5.9 1.9 Jarak optimal 7398 7398 P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.5) + (0.0 0.25) = 0.33 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.5) + (0.0 0.75) = 0.666 D. Uji Coba 22 Nodes 22 Nodes Kompleksitas waktu 500.91 6.1 Kompleksitas memori 50.9 2.61 Jarak optimal 7530.97 7601 P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.75) + (0.0 0.25) = 0.765 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.25) + (0.0 0.75) = 0.5235 E. Uji Coba 51 Nodes 51 Nodes Kompleksitas waktu 1536.62 19.35 Kompleksitas memori 82.8 10.1 Jarak optimal 66. 501.98 P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.75) + (0.0 0.25) = 0.765 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.25) + (0.0 0.75) = 0.5235 F. Uji Coba 52 Nodes 52 Nodes Kompleksitas waktu 1500.31 19.9 Kompleksitas memori 98.3 11.3 Jarak optimal 8607 9275 P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.75) + (0.0 0.25) = 0.765 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.25) + (0.0 0.75) = 0.523 G. Uji Coba 76 Nodes 52 Nodes Kompleksitas waktu 1096.7s 38.66s Kompleksitas memori 105 MB 20.6 MB Jarak optimal 767.9 736.08 Baris kode 261 baris 152 baris P(GA) = (0.29 0.1) + (0.09 0.1) + (0.57 0.25) + (0.0 0.25) = 0.1915 P(ACO) = (0.29 0.9) + (0.09 0.9) + (0.57 0.75) + (0.0 0.75) = 0.8085

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (201) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil uji coba yang telah dilakukan terhadap pembuatan program pembanding kinerja varians dari dua metode kecerdasan buatan yang telah ditentukan untuk proses penyelesaian masalah TSP dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Metode GA unggul pada kriteria hasil jarak optimal, dengan batasan nodes pada permasalahan tidak lebih dari 52 nodes. Sementara metode ACO unggul pada tiga kriteria lainnya yaitu kompleksitas waktu, kompleksitas memori, dan tingkat kesulitan dalam implementasi. 2) Dari proses Pairwise Comparison diketahui metode ACO lebih baik dengan nilai P rata-rata 0.6185, sedangkan GA memiliki nilai P rata-rata 0.3815. Available: http://elib.zib.de/pub/packages/mptestdata/tsp/tsplib/tsp/index.html. [Diakses 3 March 201]. Saran yang diberikan untuk pengembangan aplikasi pembanding kinerja varians dari dua metode kecerdasan buatan yang telah ditentukan untuk proses penyelesaian masalah TSP pada Tugas Akhir ini adalah peninjauan ulang kembali dalam menentukan skala derajat kepentingan pada proses perbandingan pairwise comparison. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rully Soelaiman, Bapak Ahmad Saikhu dan Ibu Bilqis Amaliah yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak lain yang turut membantu kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] M. H. Quenouille dan J. A. John, Paired comparison design for 2n-factorials, Royal Statistical Society. Series C (Applied Statistics), vol. 20, pp. 16-2, 1971. [2] J. M. Alho, O. Kolehmainen dan P. Leskinen, Regression Methods for Pairwise Comparison Data, Managing Forest Ecosystems, vol. 3, pp. 235-251, 2001. [3] A. T. El-Helbawy dan R. A. Bradley, Treatment Contrasts in Paired Comparisons: Large-Sample Results, Applications, and Some Optimal Designs, American Statistical Association, vol. 73, no. 36, pp. 831-839, 1978. [] H. Wang, Comparison of several intelligent algorithms for solving TSP problem in industrial engineering, Systems Engineering Procedia, vol., pp. 226-235, 2012. [5] A. T. Hamdy, Operation Research An Introduction Ninth Edition, New Jersey: Prentice Hall, 2011. [6] B. Santosa dan P. Willy, Metoda Metaheuristik : Konsep dan Implementasi, Surabaya: Guna Widya, 2011. [7] G. Skorobohatyj, The TSPLIB Symmetric Travelling Salesman Problem Instances, 1 June 1995. [Online].