Kata kunci : DSLR, Lighting, conceptual photography, high speed photography, sound trigger.

dokumen-dokumen yang mirip
Teknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

PEMBUATAN SIMULATOR KAMERA DSLR DENGAN PENGATURAN NILAI APERTURE, SHUTTER SPEED, DAN ISO

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

Siapa Saja Bisa Motret! FB:

a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

PHOTOGRAPHY DEFINISI Photography adalah ilmu melukis dengan cahaya

Basic Photography. Setting & Composition PART II

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

PENGENALAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

Setting Kamera. mengcapture gambar Freezing, Panning, Moving. Fotografi. berdasar Kondisi lapangan. Bayu Widiantoro. Unika SOEGIJAPRANATA

`PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS SIMULASI PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR FOTOGRAFI. Reza Bagus A, I Made Wirawan

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film

High Speed Photography

BAB III LAPORAN KERJA PRAKTEK PERANCANGAN FOTO PRODUK. 3.1 Peranan Praktikan Dalam Perusahaan

TEKNIK FOTOGRAFI MAKRO UNTUK SERANGGA

Komposisi dalam Fotografi

Cara mudah membuat foto lebih indah

Lensa Tele (Telephoto)

SMK INFORMATIKA PUGER MODUL FOTOGRAFI

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA

PERTEMUAN 13 STUDIO FOTO

THE ART OF PHOTOGRAPHY. M.S. GUMELAR

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIS DASAR PEMOTRETAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI

HOBY, mengabadikan momen indah dengan kamera Friday, 03 September :40

lighting with one light

Komputer di bidang pendidikan. Anggota : Khairul rahman : Prasetyo Wibowo :

Supaya Foto Tidak Blur

BAB V PENUTUP. Aplikasi Kaca Hitam pada Pemotretan Still Life Produk Perak HS Silver

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

FOTOGRAFI KE SAJIAN MULTIMEDIA

PRAKTIKUM FOTOGRAFI TAHAP I

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INFOFOTOGRAFI.COM. Rukan Sentra Niaga Blok N-05 Green Lake City Jakarta Barat.

Teknik Normal exposure Fokus dan Normal exposure Teknik pencahayaan dan skema lighting Estetika komposisi Fokus dan Normal exposure

FOTOGRAFI MIKRO UNTUK ARKEOLOGI (Metode Alternatif Perekaman Data Visual)

Pertemuan 4! Bagian-bagian kamera DSLR!

BAB IV DESAIN DAN IMPLEMENTASI

METODE PERANCANGAN. A. Orisinalitas

Proses kreatif fotografi dengan teknik fill in flash pada brand Dirty Dumb

FOTOGRAFI, oleh Burhanuddin, S.E., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis

Bab III TEORI PENUNJANG

Mengapa belajar fotografi bersama Infofotografi.com?

Foto landscape natural lebih menampakkan tempat apa adanya tanpa adanya perubahan maupun imajinasi yang aneh bagi mata manusia.

Pelatihan Dasar Fotografi, PPI Goetingen 21 April 2011 [FOTOGRAFI DASAR]


Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) PEMBUATAN APLIKASI PEMBELAJARAN FOTOGRAFI DASAR. Thomas Agustinus Subhyakta

BAB III KAJIAN LAPANGAN

Karena ada yang menanyakan apa itu Bukaan Diafragma di kotak komentar pada blog ini, maka bersama ini saya coba menjelaskannya, semoga bermanfaat.

concept&creation Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel. SUMBER Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

Camera. Teknik dasar photography untuk jewelry Posted At : August 1, :41 AM Posted By : name Related Categories: Artikel Umum, Tutorial

FOTOGRAFI. 1. Jenis Jenis Kamera

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mengenal Karakter Cahaya Untuk Portraiture Outdoor oleh Erwin Rizaldi, Professional Photographer Indonesia

PERTEMUAN 7! Hal-Hal yang Perlu Dimiliki Seorang Pewarta Foto. 1. Naluri Berita. 2. Rasa Ingin Tahu. 3. Pantang Menyerah. 4. Perilaku yang Baik

Oleh : Ari Bowo Sucipto

Lingkungan Bisnis Tentang Peluang Bisnis Yang Tak Lepas Dari Teknologi Informatika

Prototipe Sistem Keamanan Rumah Menggunakan Webcam dan Finger Print Berbasis Web dan SMS

Pendahuluan Kajian Pustaka

II METODE PERANCANGAN

MODUL MATERI FOTOGRAFI Oleh: Drs. NandangRukanda, M.Pd NIDN :

PANDUAN UJI KOMPETENSI

Aperture adalah bukaan pada lensa yang membenarkan cahaya melaluinya dan jatuh ke atas sensor.

MENJADI FOTOGRAFER DENGAN KAMERA SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. 2

Kecepatan kamera dalam menangkap gambar yaitu terdapat pada... A. speed B. lensa C. view finder D. light meter E. aparture ANSWER: A

PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto

RANCANG BANGUN APLIKASI SIMULASI PENGGUNAAN KAMERA DSLR BERBASIS MULTIMEDIA

Fotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY

Achmad Basuki - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

lighting for strobist

Fotografi Dasar. Bayu Widiantoro & Simon Dodit. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum & Komunikasi Unika Soegijapranata

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

PANDUAN UJI KOMPETENSI

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

PERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM

BAB I PENDAHULUAN. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2012

Belajar Fotografi = Paham Dasar-Dasar Fotografi dan Kamera oleh Mishbahul Munir, Poetrafoto Photography Studio Yogyakarta Indonesia

BAB III PROSES PENCIPTAAN

Muhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KERJA PRAKTEK. Disusun Oleh: Ira Prasetyaningrum, M.T

MODUL PRATIKUM MATA KULIAH FOTOGRAFI DASAR. Topik. Perkenalan Fotografi Dasar dan Tata Cara Foto Model. Tim Penyusun: Muhammad Fauzi. S.Des., M.

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

IMPLEMENTASI TEKNIK ROTOSCOPING DAN MULTIPLE CAMERA PADA PEMBUATAN VIDEO EDUKASI UNTUK PAUD

Pertemuan 13 Fotografi Konsep Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

Transkripsi:

Implementasi High Speed Photography dengan menggunakan Sound Trigger Pada Portofolio Conceptual Photography. Tommy Trianto Utomo, Rosiyah Faradisa, S.SI M,Si, Moh Hasbi Assiddiqi, S.Kom Program Studi Teknologi Multimedia dan Broadcasting - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS-ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya. Telp : +62+031+5947280; Fax. +62+031+5946011 Email : tome.corp@gmail.com Abstrak Dewasa ini, fotografi berkembang dengan sangat pesat, kebanyakan orang sudah memiliki kamera DSLR pribadi, namun tidak dapat memaksimalkannya. Karena mudahnya teknologi digital membuat orang-orang mengambil foto tanpa membuat konsep yang jelas pada fotonya. Sebagian jugahanya asal mengambil foto tanpa terlalu mempedulikan teknisnya, khususnya lighting. Dengan pembuatan konsep yang tidak biasa, dengan teknis foto yang tepat, tentunya hasilnya akan jauh lebih maksimal dan meningkatkan kualitas dari foto itu sendiri. Pembuatan portofolio conceptual photography ini nantinya akanberisi kumpulan foto-foto yang sudah sengaja di konsep sesuai pemikiran fotografer untuk mencapai hasil yang diinginkan, dalam hal ini tema yang akan diambil adalah high speed photography dengan memanfaatkan alat sound trigger untuk mencapai hasil tersebut, dimana tema tersebut akan digunakan sebagai teknik utama dalam pengambilan foto. Sebelum pengambilan foto, akan dilakukan perancangan konsep foto yang akan diambil dalam suatu rancangan sketsa, yang nantinya konsep tersebut akan direalisasikan dalam bentuk foto. Sketsa tersebut bisa berisi tentang detail konsep foto yang akan dibuat beserta teknis nya. Hasil akhir dari tugas akhir ini nantiakan dikemas dalam suatu portofolio dengan panduan teknisnya yangnantinya dapat dijadikan referensi kepada masyarakat luas dalam mengemas hasil karyanya. Oleh karena itu diharapkan ke depannya pembuatan portofolio fotografi ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas, sehingga mampu mencapai tujuan dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Kata kunci : DSLR, Lighting, conceptual photography, high speed photography, sound trigger. I. PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia fotografi sudah berkembang dengan sangat pesat. Sekarang fotografi sudah menggunakan kamera DSLR yang sudah menggunakan teknologi digital, sehingga orang tidak perlu repot-repot untuk mencuci film lagi. Fotografi sudah bukan milik orang-orang kalangan atas dan professional saja karena harganya yang sudah semakin terjangkau di kalangan masyarakat luas. Masyarakat umum, mahasiswa, atau bahkan pelajar SMA ataupun SMP sudah banyak yang memilikinya. Mereka menggunakannya untuk keperluan pribadi, hobby, atau malah hanya digunakan untuk meningkatkan gengsi saja, tanpa mempedulikan bagaimana teknis penggunaannya sehingga fungsi sebenarnya dari fotografi sedikit demi sedikit sudah mulai melenceng, dan kamera DSLR jadi tidak dapat berfungsi secara maksimal. Dengan menguasai dasar-dasar fotografi (basic photography) saja tidaklah cukup untuk menciptakan sebuah karya yang menarik. Selain harus mempelajari teknik fotografi tingkat lanjut seperti lighting, diperlukan sebuah konsep dalam membuat sebuah foto. Konsep yang diharapkan adalah sebuah konsep yang berbeda dan jarang ada di pikiran setiap orang, sehingga dapat menciptakan foto yang menarik. Namun semua itu terkendala dengan minimnya referensi yang ada di masyarakat dan kurangnya jam terbang. Oleh karena itu pada proyek akhir ini akan dibuat sebuah portofolio conceptual photography dengan konsep high speed photography. Portofolio tersebut nantinya akan berisi foto-foto yang dibuat sesuai konsep yang sudah diatur. Dalam tugas akhir ini juga disertakan panduan teknis pada setiap foto yang dibuat untuk memudahkan orang mempelajarinya dan sebagai tambahan referensi fotografi yang inspiratif untuk seluruh kalangan masyarakat. II STUDI PUSTAKA Dalam proses pengerjaan ini, dilakukan studi pustaka mengenai dasar-dasar fotografi yang meliputi : exposure, shutter speed, diafragma, dan ISO. Keempat hal tersebut saling berhubungan satu sama lain. 1

II.1 Exposure Exposure ialah keserasian antara suatu objek (medium) terhadap cahaya. Kamera dan lensa berperan penting dalam mengatur keserasian tersebut. Pada kamera DSLR sudah memiliki sistem untuk mengatur exposure secara otomatis, sehingga fotografer hanya perlu mengatur exposure compensation saja. Namun pengaturan exposure juga dapat dilakukan secara manual. Hal-hal yang mempengaruhi exposure ialah kecepatan rana (shutter speed) yang mengatur durasi cahaya yang masuk ke sensor, intensitas cahaya yang masuk ke sensor (aperture), dan kepekaan sensor (ISO). Terlalu banyak cahaya yang masuk akan mengasilkan gambar yang terlalu terang (over exposure). Terlalu sedikit gambar yang masuk maka akan mengasilkan gambar yang terlalu gelap (under exposure). Oleh karena itu keserasian antara ketiga aspek tersebut sangatlah penting untuk mengasilkan exposure sesuai dengan keinginan. II.2 Shutter Speed Shutter speed atau kecepatan rana ialah kecepatan dari shutter (pintu cahaya) suatu kamera pada saat pengambilan foto dilakukan. Semakin cepat kecepatan rana maka cahaya yang masuk ke sensor akan semakin sedikit. Semakin lambat kecepatan rana maka cahaya yang masuk ke sensor akan semakin banyak. Shutter speed dapat mengatur ambient light. Ambient light ialah cahaya yang ada pada lingkungan sekitar pengambilan foto. Sebagai contoh apabila pengambilan foto dilakukan di pantai pada jam 12 siang, kondisi cahaya pada saat itu sangatlah terang. Shutter speed yang cepat diperlukan agar cahaya yang masuk ke dalam sensor tidak terlalu banyak, sehingga foto yang dihasilkan memiliki exposure yang tepat. Apabila shutter speed yang digunakan lambat, maka gambar yang dihasilkan akan over exposure. II.3 Aperture Di dalam setiap lensa pasti ada aperture blades, yaitu sebuah gerbang yang terbentuk dari beberapa lembar logam tipis yang memiliki lubang yang dapat diatur besar kecilnya. Lubang tersebut adalah gerbang dari cahaya untuk masuk dan meneruskan cahaya ke dalam sensor kamera. Diafragma mengatur intensitas cahaya yang masuk, sehingga semakin besar diafragma lensa terbuka, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak, begitu juga dengan sebaliknya. Namun selain itu, diafragma juga dapat mengatur ruang tajam (depth of field). Depth of field ialah daerah yang fokus dalam suatu foto. Semakin besar diafragma maka depth of field nya akan semakin tipis, sehingga daerah yang fokus akan semakin sempit dan sisanya akan blur. Begitu juga dengan sebaliknya, diafragma sempit akan menghasilkan foto dengan depth of field yang luas, sehingga keseluruhan foto akan terlihat fokus dan tajam. Ukuran-ukuran pada diafragma : 1.4, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, 32 ( atau lebih besar). Angka-angka tersebut menunjukkan ukuran diafragma, dimana semakin besar angka, bukaan diafragma semakin kecil. Gambar 1. Diafragma Lensa II.4 ISO ISO adalah tingkat kepekaan sensor terhadap cahaya. Semakin besar ISO yang digunakan maka gambar yang dihasilkan akan semakin terang, begitu juga dengan sebaliknya. Namun ISO yang sangat tinggi memiliki sisi negatif, yaitu akan timbul noise atau bercak-bercak dalam foto. ISO yang rendah akan menghasilkan gambar yang bersih dan minim noise. Oleh karena itu penggunaan ISO sebisa mungkin menggunakan ISO yang rendah untuk menghasilkan noise yang minim. Tujuan utama dari penggunaan ISO yang tinggi ialah untuk menghindari shutter speed yang lambat pada saat akan memfoto. Biasanya dalam kondisi tempat yang minim cahaya akan menyebabkan kamera terpaksa menggunakan shutter speed yang lambat untuk mendapatkan exposure yang sesuai. Shutter speed yang lambat dapat menimbulkan foto yang goyang (blur) apabila hanya memfoto secara handheld. Dengan menaikkan nilai ISO, maka foto akan menjadi lebih terang sehingga shutter speed dapat dinaikkan. Pada kamera digital, umumnya nilai ISO dimulai dari 100 (terendah) sampai 25600 (tinggi) atau bahkan lebih. Setiap kamera memiliki batasan ISO yang berbeda-beda. III. HIGH SPEED PHOTOGRAPHY High speed photography merupakan suatu teknik dimana pengambilan foto memanfaatkan kecepatan shutter speed yang sangat cepat, sekitar 1/200 keatas, semakin cepat shutter speed maka kemampuan untuk membekukan suatu objek akan semakin kuat. Proses pembekuan objek dibantu dengan tambahan cahaya yang berasal dari speedlite. Dengan adanya bantuan cahaya dari speedlite maka proses pembekuan objek akan menjadi maksimal. Speedlite juga dapat membantu proses fill in cahaya pada objek, hal ini sangat diperlukan karena dalam high speed 2

photography, penggunaan shutter speed yang sangat cepat akan menyebabkan objek menjadi sangat gelap karena minimnya cahaya yang ditangkap oleh sensor kamera. III.1 High speed Sync Dengan menggunakan shutter speed yang tinggi, akan dapat menghasilkan foto yang tajam dan dapat membekukan momen. Akan tetapi shutter speed yang terlalu tinggi akan menyebabkan cahaya yang masuk ke kamera menjadi semakin sedikit sehingga hasil foto menjadi gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan flash, akan tetapi kebanyakan speedlite tidak dapat mengikuti kecepatan shutter yang terlalu tinggi karena setiap speedlite mempunyai batasan shutter speed tersendiri (flash sync). Untuk dapat menggunakan flash dalam shutter speed tinggi dapat digunakan fitur high speed sync, dimana fitur ini memungkinkan flash mengikuti kecepatan shutter yang sangat tinggi (1/8000 detik). Sehingga dengan kombinasi shutter yang sangat tinggi dengan bantuan flash akan dapat menciptakan foto yang terang dan tajam. Namun flash yang sudah memiliki fitur ini hanya beberapa tipe tertentu saja, dan yang support fitur ini memiliki harga yang relatif tinggi.. III.2 Flash Duration Flash duration ialah kecepatan flash dalam menembakkan cahayanya ke objek. Jika dalam kamera terdapat shutter speed, pada speedlite terdapat flash duration. Semakin rendah power flash, semakin tinggi flash duration nya. Kecepatan flash duration jauh lebih cepat dari kecepatan tertinggi kamera (diatas 1/8000 detik), dan ini dapat dicapai dengan speedlite dengan harga yang relatif rendah, asal dapat dilakukan pengaturan power flash. III.3 Sound Trigger Sound trigger merupakan alat bantu yang digunakan dalam proyek akhir ini. Dengan bantuan sound trigger, speedlite dapat menyala dengan rangsangan suara sehingga speedlite bias menyala dengan sangat cepat, melebihi batas kecepatan maksimum shutter kamera (kecepatan suara). Untuk itu digunakan teknik shutter lambat dalam mengambil foto. Shutter diaktifkan sesaat sebelum speedlite menyala akibat sound trigger dan dimatikan sesaat setelah speedlite menyala untuk menghindari cahaya yang masuk terlalu banyak. Dengan begitu, teori flash duration sangat berpengaruh kepada hasil foto nantinya karena disini shutter speed yang digunakan lambat, sehingga tidak ikut berpengaruh dalam proses pembekuan moment objek. Perangkat ini memiliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi. Dengan adanya input suara, speedlite dapat menyala. Karena tingkat sensitifitas yang terlalu tinggi, terkadang kita tidak membutuhkan sensitifitas yang terlalu tinggi, maka alat ini memiliki pengaturan tingkat sensitifitas dan pengaturan delay. Sensitifitas dapat diatur menjadi tidak terlalu sensitive, mencegah flash menyala lebih dari 1 kali apabila ada suara yang tidak diinginkan muncul ketika pemotretan. Delay berfungsi untuk mengatur waktu jeda speedlite menyala. Apabila delay tidak diaktifkan, maka speedlite akan langsung menyala bertepatan pada saat ada suara masuk. Namun bila delay diaktifkan, speedlite baru akan menyala beberapa detik setelah ada suara masuk. Gambar 2. Sound trigger Sound trigger disambungkan dengan speedlite menggunakan kabel PC sync. Setelah tersambungm speedlite akan otomatis menyala ketika ada suara masuk. Dalam penggunaanya, dianjurkan untuk digunakan di tempat yang sepi dan gelap. Untuk menghindari suara-suara yang tidak diinginkan yang nantinya dapat membuat speedlite menyala. Tempat gelap digunakan beralasan untuk mendapatkan eksposure yang sesuai. Dalam teorinya, tanpa flash menyala, hasil foto yang dihasilkan harus gelap gulita. Dengan speedlite menyala menerangi objek, foto yang dihasilkan baru akan muncul. Dengan begitu foto dapat tercipta murni dihasilkan oleh kecepatan flash. IV. SKEMA DAN KONSEP FOTO Pada pembuatan proyek akhir ini, diperlukan sebuah konsep terlebih dahulu yang nantinya akan diterapkan pada setiap foto. Setiap konsep memiliki skema tersendiri untuk merealisasikan konsep tersebut. Skema dapat berupa sketsa yang berisi penempatan lighting, objek, kamera, properti, dan data teknis. Dengan adanya skema akan memudahkan pembuatan foto dan membuat orang mengerti behind the scene pembuatan setiap fotonya. Pembuatan foto terjadi pada saat ruang gelap gulita, foto dapat terang dikarenakan penggunaan flash pada kamera. Terlihat table top diletakkan di tengah ruangan. Pada saat pemotretan nantinya ruangan tersebut akan menjadi gelap gulita dengan menutup semua 3

ventilasi yang ada. Ruangan yang gelap diperlukan untuk pembuatan foto proyek akhir ini. Konsep yang dipakai adalah hal yang menghasilkan momen berupa suara. IV.1 Skema Foto / Diagram Lighting Skema foto berisi rancangan teknis yang akan diaplikasikan pada saat pengambilan foto. Tujuannya adalah untuk mempersingkat proses persiapan yang dilakukan sebelum pengambilan foto dilakukan karena semuanya sudah tercatat pada skema sehingga tidak perlu mengatur lagi. Yang terdapat dalam skema foto/diagram lighting ini ialah letak objek, peletakan lighting, peletakan alat-alat yang digunakan, dan data teknis sound trigger. Gambar 3. Contoh Skema foto IV.2 Layout Portofolio Portofolio ini nanti akan menggunakan format landscape dan dicetak berukuran A4. Total halaman ialah 46 halaman dengan 2 halaman untuk cover depan dan belakang. Terdapat daftar isi yang menunjukkan keseluruhan isi foto kemudian nantinya fotofoto yang dimasukkan akan muncul berurutan sesuai daftar isi. Foto akan dimasukkan secara acak, tidak berdasarkan konsep. Gambar 4. Layout foto Untuk desain layout dibuat menggunakan background abu-abu gelap agar foto yang berwarna hitam tidak menyatu dengan background. Terdapat header dan footer, dimana dalam header terdapat logo, dan pada footer terdapat halaman dan judul buku. Untuk penempatan foto nantinya foto yang berformat landscape atau berbentuk kotak akan menempati satu halaman, sedangkan untuk foto yang berformat portrait akan menempati satu buah halaman dengan dua buah foto untuk menghindari ruang kosong yang terlalu banyak. Untuk export nantinya menggunakan preset adobe high quality print untuk kualitas maksimal. V. ANALISA Dari keseluruhan foto yang dibuat, dilakukan analisa tentang hal-hal yang terjadi pada saat pembuatan foto. Sehingga analisa tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat kesimpulan. V.1 Hasil Foto Setelah melakukan seluruh konsep yang sudah dibuat sebelumnya, terjadi beberapa hal yang membuat hasil foto belum berhasil, antara lain : 1) Flash tidak menyala walaupun sudah timbul suara 2) Flash menyala lebih dari 1 kali sehingga hasil foto seperti tampak berbayang 3) Penggunaan delay yang tidak tepat (terlalu lama atau sebaliknya) 4) Kesalahan non teknis, eksekusi pada objek yang kurang sempurna (objek tidak pecah, meleset) Gambar 5. Contoh foto yang belum berhasil Oleh karena itu, hal-hal seperti sensitifitas sound trigger, delay sound trigger, dan eksekusi pada objek, sangat menentukan hasil akhir foto nantinya. Disini masalah exposure, seperti foto under exposure dan over exposure tidak disebutkan. Karena pada saat proses pemotretan, sudah dilakukan test foto untuk memastikan tingkat terang gelap pada objek nantinya sudah tepat. Sehingga hasil akhir nantinya akan selalu sesuai harapan. Tingkat sensitifitas sound trigger yang terlalu berlebihan dapat memberi kerugian pada hasil foto. Salah satunya ialah flash yang menyala lebih dari satu kali. Flash menyala lebih dari satu kali disebabkan karena munculnya suara lanjutan setelah momen suara utama selesai. Seperti halnya setelah memecahkan botol dengan palu, pecahan dari botol yang berukuran besar menyentuh lantai dan menimbulkan suara baru yang cukup keras, padahal pada saat itu kamera masih dalam posisi memotret. Suara baru tersebut membuat sound trigger bereaksi kembali dan flash menyala lagi. Flash yang menyala lebih dari satu kali dalam satu kurun waktu exposure 4

akan menimbulkan hasil foto yang over dan berbayang. beberapa tes foto dengan delay yang berbeda untuk mendapatkan delay yang sesuai dengan konsep. 3. Ruangan gelap diperlukan untuk mendapatkan foto yang benar-benar freeze. Agar foto yang dihasilkan murni disebabkan oleh cahaya flash. 4. Penggunaan lensa tele diperlukan untuk menghindari sentuhan langsung dari objek. Gambar 6. Contoh foto yang berhasil V.2 Tampilan pada Layout Berikut adalah contoh tampilan ketika foto-foto yang sudah dipilih dimasukkan ke dalam layout kemudian di export : VI.2 Saran Diharapkan kedepannya proyek akhir ini dapat dikembangkan lagi dengan cara : 1. Memberikan variasi dalam background foto dengan menambahkan backdrop berwarna pada saat pemotretan. Agar hasil foto nantinya lebih bervariasi dan tidak selalu berwarna hitam. 2. Lebih memahami tentang karateristik material yang digunakan sebagai objek dalam pemotretan, foto yang akan dihasilkan nantinya akan dapat lebih mendetail. Gambar 7. Halaman Daftar Isi DAFTAR PUSTAKA [1] Loren M. Winters, "High-Speed Photography with Sound triggers", The Physics Teacher,28, 12 (1990) [2] Larry Yolk, Danielle Currier, No Plastic Sleeves, the complete portfolio guide for photographers and designers. Focal press, 2010. [3] David Prakel, Basic photography : Lighting. AVA Publishing, 2007. [4] Davis Bob, Lights, Camera, Capture, creative lighting techniques for digital photographers., Wiley Publishing inc, 2010. [5] Sammon Rick, Vered Koshlano, Studio and Location Lighting Secrets for Digital Photographers, Wiley Publishing inc, 2009 [6] Deutschman Robin and Rob, Off camera flash creative techniques for digital photographers.,amherst Media, 2010. [7] Steven H Begleiter, 50 lighting setups for portrait photographers. Amherst Media, 2008 [8] Ambrose, Harris, Basic design layout. AVA Academia SA, 2005. [9] Chris Coe, Chris Weston, Creative DSLR photography. Focal Press, 2010. [10] Lou Jones, Bob Keenan, Steve Ostrowski, Speedlites& Speedlights. Focal Press, 2009. [11] John Child, Studio photography essential skills 4th edition. Focal press, 2009. Gambar 8. Halaman Landscape Gambar 9. Halaman Portrait VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari keseluruhan proyek akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan dari analisa yang dibuat dan diambil saran untuk perbaikan ke depannya. VI.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari proyek akhir ini ialah : 1. Gunakan sensitifitas sound trigger rendah apabila momen sudah pasti menghaislkan suara yang keras dan memungkinkan terjadi suara lanjutan. Gunakan sensitifitas tinggi pada momen yang menghasilkan suara pelan. 2. Penggunaan delay sangat berpengaruh pada momen yang terekam. Untuk mendapatkan momen yang sangat cepat, gunakan delay 0. Untuk mendapatkan momen yang lebih lambat, lakukan 5