Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

Perbedaan Presentasi Penutupan Karang di Perairan Terbuka dengan Perairan yang Terhalang Pulau-Pulau. di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diterima : 5 Juni 2012 : ABSTRAK

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

Oleh : ASEP SOFIAN COG SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Geiar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Maspari Journal 03 (2011) 42-50

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

A Correlation between Knowledge about Coral Reef Ecosystem and Marine Tourist Attitude toward Conservation at Pramuka Island, Kepulauan Seribu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DETERMINATION OF MARINE TOURISM REGION IN WANGI-WANGI ISLAND WITH

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DALAM KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Kata Kunci : Pengelolaan, Terumbu karang, Berkelanjutan, KKLD, Pulau Biawak

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

PERANAN IKAN HERBIVOR DAN LINGKUNGAN PADA PEMBENTUKAN ASOSIASI TERUMBU KARANG DENGAN MAKROALGA DI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AMEHR HAKIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU MATAS TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

Transkripsi:

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN 2540 9484 Halaman : 169 176 Hubungan Persentase Tutupan Karang Hidup dan Kelimpahan Ikan Karang di Perairan Taman Nasional Laut Wakatobi (Relationship of Cover Percentage Coral Reef and Fish Abundance in The National Marine Park of Wakatobi) Dian Sutono Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang Jln. Baru Tanjungpura Klari, Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang * ) Korespondensi: sutono_dian@yahoo.com ABSTRAK Ekosistem terumbu karang merupakan kekayaan sumberdaya laut yang memiliki beberapa peranan penting dalam mendukung kehidupan berbagai organisme perairan, diantaranya adalah sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat berlindung dan tempat berkembang biak bagi sebagian besar biota laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari Mei 2015 di kawasan konservasi Taman Nasional Laut Wakatobi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang yang berasosiasi dengan terumbu karang, mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan biota perairan, serta menganalisis hubungan persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang di perairan Pulau Kapota, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata tutupan karang hidup di perairan daerah penelitian sebesar 47,77% (masuk katagori sedang) dengan rata-rata kelimpahan ikan karang sebanyak 195 individu/250 m 2. Hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang bersimbiose positif dengan nilai determinan (R 2 ) = 0,0184. Kata kunci: ikan karang, persen tutupan karang, terumbu karang ABSTRACT Coral reef ecosystem is a marine resources that have some important role in supporting the life of a variety of aquatic organisms, such as shelter, feeding ground, and breeding ground for a large marine biota. This research was conducted in February - May 2015 in the conservation area National Marine Park of Wakatobi. This study to determine of percentage of live coral covering, fish abundance with coral reefs associated, to know the environmental factors to the lives of aquatic biota, as well as to analyze the relationship between the percentage of live coral cover with an abundance of reef fish in the waters of Kapota Island, which is included in the National Marine Park of Wakatobi. The results showed that the average value of live coral cover in the waters of the research area of 47.77% (enter the category of medium) with an average abundance of reef fish as many as 195 individuals / 250 m 2. Relationship of life coral and reef fish abundance are positive symbioses with 0.0184 value determinant (R 2 ). Keywords: coral reef, covering coral, reef percentage, reef fish Hubungan persentase tutupan karang hidup.. 169

PENDAHULUAN Terumbu karang secara biologis merupakan simbiosis hewan karang dengan algae yang hidup dalam jaringan-jaringan polyp karang dan melakukan proses fotosintesis dengan bantuan penetrasi sinar matahari. Menurut Supriharyono (2000), bahwa kemampuan hermatypic membentuk bangunan kapur tidak lepas dari proses hidup bersimbiosis dengan alga yang hidup dalam jaringan polyp binatang karang dan melaksanakan fotosintesa yang menghasilkan endapan kapur CaCO 3 dengan struktur dan bangunan yang khas. Terumbu karang adalah habitat yang sangat produktif karena efektif dan efisien dalam menangkap nutrisi yang terbawa arus air laut dan energy penetrasi sinar matahari yang berfungsi sebagai fasilitator fotosintesis. Nybakken (1982) in Dahuri et al. (2001), menyatakan bahwa setiap nutrien yang dihasilkan oleh karang sebagai hasil metabolisme dapat langsung digunakan oleh tumbuhan tanpa mengedarkannya lebih dulu kedalam perairan. Karena itulah terumbu karang merupakan daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makanan (feeding ground) bagi berbagai biota laut, termasuk ikan karang. Ikawati et al. (2001), menyatakan bahwa terumbu karang merupakan penunjang produksi perikanan, sumber makanan maupun industri, dan menjadi salah satu alternatif obyek wisata bahari kepada wisatawan domestik dan mancanegara. Taman Nasional Laut Wakatobi sebagai salah satu taman nasional memiliki kekayaan alam berupa hamparan terumbu karang yang unik dengan panorama bawah laut yang indah dan menakjubkan. Dengan keindahan dan keunikannya, maka kepulauan Wakatobi dijuluki sebagai surga bawah laut yang berada dalam kawasan segitiga karang dunia (coral triangle). Ikan karang mencari makan dan berkembang biak dalam ekosistem terumbu karang dengan berbagai dinamikanya, karena itu keberlangsungan hidup ikan karang sangat tergantung pada keberadaan dan kesuburan ekosistem terumbu karang. Disamping ketergantungan terhadap ekosistem terumbu karang, ikan karang juga sangat terancam dengan usaha perdagangan, karena ikan karang merupakan komoditas perdagangan yang penting di Asia dan Pasifik, baik dalam keadaan hidup maupun mati sebagai ikan hias dan konsumsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang yang berasosiasi, parameter faktor lingkungan perairan, dan menganalisa hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang di perairan Taman Nasional Laut Wakatobi. Dengan diketahuinya kondisi terumbu karang, kelimpahan ikan karang dan kualitas lingkungan perairan, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait upaya pelestarian sumberdaya perikanan. METODE PENELITIAN Pengumpulan Data Penelitian dilakukan selama empat bulan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016 di perairan Taman Nasional Laut Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara pada koordinat 05⁰ 19' 21" 05⁰ 22' 29"LS/123⁰ 27' 29" 123⁰ 32' 44" BT (Gambar 1). Data diperoleh dari hasil survei lapangan berupa data penutupan karang hidup (lifeform), kelimpahan ikan karang dan data parameter lingkungan pada sepuluh stasiun pengamatan dengan kedalaman rata-rata lima meter. 170 Sutono

Pengumpulan data tutupan karang hidup dengan metoda line intercept transect/lit (UNEP 1993 in Rahman 2007) dan kelimpahan ikan karang dengan metoda underwater visual cencus/uvc (English et al. 1971 in Ahmad 2009). Keterangan : Stasiun 1. (05⁰ 22' 29" LS / 123⁰ 30' 35" BT) Stasiun 3. (05⁰ 21' 10" LS / 123⁰ 27' 50" BT) Stasiun 5. (05⁰ 20' 15" LS / 123⁰ 27' 29" BT) Stasiun 7. (05⁰ 19' 30" LS / 123⁰ 29' 12" BT) Stasiun 9. (05⁰ 20' 30" LS / 123⁰ 30' 25" BT) Stasiun 2. (05⁰ 22' 17" LS / 123⁰ 29' 20" BT) Stasiun 4. (05⁰ 20' 55" LS / 123⁰ 27' 42" BT) Stasiun 6. (05⁰ 19' 21" LS / 123⁰ 27' 35" BT) Stasiun 8. (05⁰ 20' 40" LS / 123⁰ 30' 41" BT) Stasiun 10. (05⁰ 21' 15" LS / 123⁰ 32' 44" BT) Gambar 1. Peta lokasi stasiun pengambilan sampel Analisis Data a. Tutupan karang hidup Persentase penutupan karang hidup dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan Englist et al. (1994) in Facrul (2007), dengan rumus: li Ni = x 100 % L Keterangan: Ni li L = Persentase tutupan karang ke i dalam persen (%) = Panjang life form karang jenis ke- i = Panjang total transek garis b. Kelimpahan ikan karang Menurut Odum (1971) in Ikasari (2006), kelimpahan jumlah ikan yang ditemukan per satuan transek dan dihitung dengan menggunakan rumus: ni Xi = x 100 % A Hubungan persentase tutupan karang hidup.. 171

Keterangan: Xi ni A = Kelimpahan ikan jenis ke i (individu/koloni per satuan m 2 ) = Jumlah ikan jenis ke - i = Luas transek pengamatan c. Hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang Hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang dianalisa dengan regresi linier sederhana, dimana persentase tutupan karang hidup sebagai peubah bebas (X) dan kelimpahan ikan karang sebagai peubah tidak bebas (Y), dengan rumus : Y = a ± bx Dimana : Y a = Peubah tidak bebas = Konstanta X b = Peubah bebas = Kemiringan Menurut Sarwono (2006) in Pandiangan (2009), hubungan antara kedua peubah dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien (R 2 ). Bila nilai koefisien mendekati +1 menunjukkan hubungan antara kedua peubah tersebut positif, sebaliknya bila nilai koefisien -1 menunjukan hubungan kedua peubah sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil pengamatan dan pengukuran persentase luasan tutupan karang hidup di lokasi penelitian diperoleh nilai rata-rata 47,77%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu bahwa persentase tutupan karang hidup di perairan Kecamatan Wangi-Wangi antara 22-65% (Hardin 2010), dan 20-60% (Yulius et al. 2015). Dari data masing-masing stasiun pengamatan menunjukkan bahwa persentase tertinggi pada stasiun 5 (66,64%) dan terendah pada stasiun 6 sebesar 32,32% (lihat Tabel 1). Dengan demikian ekosistem terumbu karang pada stasiun 5 tergolong dalam kategori baik, karena masih dalam kisaran 50 74,9% (Gomes & Yap 1988 in Facrul 2007). Kesuburan perairan ini didukung oleh kondisi perairan yang terbuka, sehingga sirkulasi arus air berjalan dengan baik. Rendahnya aktivitas manusia di wilayah ini diduga merupakam faktor terpeliharanya ekosistem terumbu karang dari kerusakan, sehingga ekosistem terumbu karang terjaga kelestariannya. Kondisi sebaliknya terjadi pada stasiun 6 dengan persentase terendah (32,32%), sehingga ekosistem terumbu karang di wilayah ini tergolong dalam kategori sedang, karena berada dalam kisaran 25% 49,9% (Gomes & Yap 1988 in Facrul 2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat setempat, diperoleh informasi bahwa pada wilayah perairan tersebut masih ada masyarakat yang menambang batu karang dan pasir laut untuk bahan bangunan, sehingga diduga aktivitas inilah yang memicu kerusakan ekosistem terumbu karang. Sebagaimana dikatakan Gomez (1994) in Prasetia (2012), bahwa kondisi karang batu sudah mendapat tekanan yang cukup besar. 172 Sutono

Kelimpahan Ikan Karang Kelimpahan ikan karang menunjukan kelimpahan yang cukup tinggi dengan populasi rata-rata 195 individu per stasiun seluas 250 m 2. Sesuai Nybakken (1992), bahwa daerah Indo-Pasifik bagian tengah di Kepulauan Filipina dan Indonesia merupakan perairan dengan jumlah spesies yang terbesar. Rudi (2010) in Utomo (2013), menyatakan bahwa Pomacentidae adalah satu dari kelompok ikan yang paling banyak di terumbu karang tropis. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan karang hidup menetap atau relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif mudah dijangkau. Dari data masing-masing stasiun pengamatan, menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 8 sebesar 275 individu/250 m 2 dan terendah pada stasiun 10 sebesar 97 individu/250 m 2 (Tabel 1), dengan sebaran populasi ikan secara umum merata di seluruh stasiun pengamatan. Data persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang Stasiun Tutupan Karang Hidup Kelimpahan Ikan Karang (%) (individu/250 m 2 ) 1 50,60 189 2 50,26 274 3 41,34 209 4 47,60 146 5 66,64 204 6 32,32 183 7 43,43 204 8 46,08 275 9 58,36 166 10 41,06 97 Jumlah 1.947 Rata-rata 47,77 195 Parameter Lingkungan Perairan Beberapa faktor parameter ekologi perairan pada semua stasiun pengamatan masih dalam kisaran toleransi sebagai habitat organisme perairan. Dari hasil pengukuran parameter lingkungan diperoleh data suhu air berkisar 28,67 29⁰C, salinitas antara 32,67 33,67, kecerahan 5 meter, dan kecepatan arus 20 28 meter/detik. Sebagaimana dikatakan Suryanti et al. (2011) bahwa jenis karang yang dominan di suatu habitat tergantung lingkungan atau kondisi dimana karang tesebut hidup. Terkait suhu, Well (1954) in Supriharyono (2000), menyatakan bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan terumbu karang adalah berkisar 25-29⁰C. Menurut Nybakken (1992), karang merupakan organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut yang normal, yaitu antara 32-35. Serta Nontji (1987) in Septyadi (2013), menyatakan bahwa pertumbuhan karang di tempat yang berarus lebih baik dibandingkan dengan perairan yang tenang. Rata-rata kisaran faktor parameter ekologi perairan disajikan pada Tabel 2. Hubungan persentase tutupan karang hidup.. 173

Tabel 2. Rata-rata faktor parameter ekologi perairan Stasiun Suhu (⁰C) Salinitas ( ) Kecerahan (m) Kecepatan Arus m/detik) 1 28,67 33,33 5 28 2 28,67 33,33 5 26 3 29,33 33,67 5 25 4 29,00 33,67 5 24 5 28,67 33,33 5 24 6 28,67 33,33 5 25 7 28,33 33,33 5 22 8 29,00 33,00 5 21 9 29,33 32,67 5 25 10 29,00 32,67 5 20 Kisaran Habitat 25-29 32-36 - - Hubungan Asosiasi Tutupan Karang Hidup dan Ikan Karang Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana diperoleh persamaan: y = 0,759x + 158,44, dengan nilai determinant (R 2 ) 0,0184, yang menunjukkan adanya hubungan korelasi tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang positif (0,0184) dan rata-rata persentase tutupan karang hidup termasuk kategori sedang ( 50%). Sebagaimana dikatakan Sale (1991) in Huda (2008), bahwa biota yang hidup di daerah terumbu karang merupakan suatu komunitas yang berasal dari kumpulan berbagai organisme dengan ketergantungan yang erat satu sama lainnya. Disamping itu juga kondisi lingkungan perairan diduga merupakan faktor yang mempengaruhi hubungan sebaran ikan karang dengan terumbu karang sebagai habitatnya. Plot regresi linear hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Hubungan persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang 174 Sutono

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dengan rendahnya persentase tutupan karang hidup (rata-rata 47,77%) di lokasi kajian berdampak pada rendahnya kelimpahan ikan karang (rata-rata 195 individu/250 m 2 ). Hal ini dapat dijelaskan bahwa betapa pentingnya fungsi terumbu karang sabagai habitat ikan karang dalam hidup mencari makan (feeding ground) dan berkembang biak (spawning ground). Parameter faktor lingkungan perairan masih stabil dalam batasan toleransi kehidupan terumbu karang, dengan suhu 29 30⁰C, kecerahan 5 meter, salinitas 33 34, dan kecepatan arus 0,20 0,28 meter/detik. Hubungan asosiasi terumbu karang dengan ikan karang memiliki hubungan positif dengan nilai determinant (R 2 ) 0,0184 dan persentase tutupan karang hidup termasuk kategori sedang ( 50%). DAFTAR PUSTAKA Ahmad. 2009. Sebaran Keanekaragaman Ikan Target Pada Kondisi dan Topografi Terumbu Karang di Pulau Samatellulopo Kabupaten Pangkep. [SKRIPSI]. Makasar: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Dahuri R, Rais Y, Putra SG, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita Facrul. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hardin. 2010. Kondisi Terumbu Karang di DPL Program Coremap 2 Wakatobi Tahun 2010. Jakarta: Coremap. Huda AR. 2008. Kondisi Terumbu Karang di Sekitar Pelabuhan dan Non Pelabuhan di Perairan Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. [SKRIPSI]. Bogor: Program Studi Teknologi dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikasari N. 2006. Analisis Kesukaan Habitat Beberapa Spesies Ikan Karang di Pulau-pulau Sekitar Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Adminstratif Kepulauan Seribu. [SKRIPSI]. Bogor: Program Studi Teknologi dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikawati Y, Puji S, Hanggarwati HP, Hendrati H, Budiman S. 2001. Terumbu Karang di Indonesia. Jakarta: Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Nybakken JW. 1982. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia Pandiangan SL. 2009. Studi Keanekaragaman Ikan Karang di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam. [SKRIPSI]. Medan: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Hubungan persentase tutupan karang hidup.. 175

Prasetia IND. 2012. Rekruitmen Karang di Kawasan Wisata Lovina. Jurnal Sains dan Teknologi 1(2): 61-72 Rahman A. 2007. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Banten dan Upaya Pengelolaannya. [TESIS]. Depok: Universitas Indonesia. Septyadi KA, Widyorini N, Ruswahyuni, 2013. Analisis Perbedaan Morfologi dan Kelimpahan Karang Pada Daerah Tubir (Reef Slope) di Pulau Panjang, Jepara. Journal of Management of Aquatic Resource 2(3): 258-264. Supriharyono. 2000. Djambatan. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Suryanti, Supriharyono, Roslinawati Y. 2011. Pengaruh Kedalaman Terhadap Morfologi Karang di Pulau Cemara Kecil, Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Saintek Perikanan 7(1): 63-69 Utomo SPR, Ain C, Supriharyono. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Daerah Rataan dan Tubir Pada Ekosistem Terumbu Karang di Legon Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Diponegoro Journal Of Maquares 2(4): 81-90. Yulius, Novianti N, Arifin T, Salim HL, Ramdhan M, Purbani D. 2015. Distribusi Spasial Terumbu Karang di Perairan Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 7(1): 59-69. 176 Sutono