I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

dokumen-dokumen yang mirip
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN KERJA KE BONTANG, KALIMANTAN TIMUR 12 JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Tabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006]

Peran Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim sebagai Mitra DDPI. Oleh: Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR. Tatiek Purbawati

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK. Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

EVALUASI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK AMMONIA KALTIM-3 DAN PELUANG PENERAPANNYA DI PABRIK AMMONIA KALTIM-2 PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR, Tbk.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENKLH/II/1991 TENTANG

GAMBARAN UMUM. antara/sampingan amonia, oksigen, dan nitrogen. Badan hukum pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

Pemanfaatan Sampah Sayuran Hijau Dan Limbah Cair Urea Sebagai Pupuk Cair

1. PENDAHULUAN. Komoditi perkebunan pada saat krisis ekonomi telah mampu. memberikan kontribusi melalui peningkatan kegiatan bersifat padat karya,

Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177 dengan status hukum

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERAN PT. PUPUK KALTIM DALAM MENGATASI PENGANGGURAN DI KOTA BONTANG AIDIL BASRI

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANJARBARU BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

S-1 Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan.

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

MENURUNKAN KANDUNGAN AMMONIA DI GAS BUANG PT.DSM KALTIM MELAMINE BONTANG

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

LOKASI. Secara harafiah dapat diartikan sebagai berikut:

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENT ANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR DI KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO,

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

SIH Standar Industri Hijau

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. PENILAIAN MANDIRI dan PENGAWASAN LANGSUNG PROPER Periode

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM (RPPI-10)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tanggal 7 Desember 1977 dengan tujuan utama untuk melaksanakan serta mendukung kebijakan Pemerintah dalam pengembangan industri dan ekonomi nasional, khususnya sektor industri pupuk dan industri kimia. Pada awalnya PT. Pupuk Kalimantan Timur di beri tugas untuk meneruskan pembangunan pabrik Amoniak dan Urea yang semula akan dibangun oleh Pertamina dengan konsep semula berada diatas dua kapal terapung yang digandengkan jadi satu dengan offsite facilities. Setelah meninjau dan menilai kembali studi pembangunan pabrik terapung ini akan mengalami kendala operasional maka diputuskan bahwa pembanguan proyek ini dilanjutkan sebagai pabrik di darat yang kemudian disebut sebagai pabrik Kaltim-1. Pabrik PT Pupuk Kaltim Tbk. berlokasi di wilayah kota Bontang ± 122 Km sebelah utara Samarinda ibu kota Propinsi Kalimantan Timur, terletak pada 0-10 -46.9 Lintang Utara dan 117-29 -30.6 Bujur Timur. Menempati areal seluas 493 Ha. Industri ini mengoperasikan 3 unit pabrik amoniak dan 4 unit pabrik urea dengan total kapasitas produksi per tahun 1.320.000 ton amoniak dan 2.410.000 ton urea, dan sejak tahun 2003 yang lalu PT. Pupuk Kaltim mengoperasikan lagi satu unit pabrik amoniak dan urea atau pabrik Kaltim-4 sehingga kapasitas total menjadi 1.650.000 ton amoniak dan 3 juta ton urea setahunnya. Pendirian perusahaan ini dituangkan dalam Akte Notaris Yanuar Hamid SH, Nomor 15 tanggal 7 Desember 1977 dengan pengesahan Menteri Kehakiman No. Y.A.S/5/11 tanggal 16 Januari 1979. PT. Pupuk kaltim Tbk. Dalam upaya mengendalikan mutu produksi dan pengelolaan Keselamatan & Kesehatan Kerja serta Lingkungan telah berhasil mempertahankan sertifikat ISO 9002 (untuk mutu), bendera emas SMK3 (untuk K3), dan sertifikat ISO 14001 (untuk lingkungan) selama 6 tahun. 1

2 Dalam pabrik Kaltim-1 ini yang dibangun adalah pabrik amoniak dengan kapasitas produksi 1.500 ton sehari. Sebanyak 1000 ton dipergunakan untuk bahan baku pabrik urea. Sedang pabrik ureanya sendiri mempunyai kapasitas produksi 1.700 ton per hari. Pabrik urea dibangun dengan proses Stamicarbon dan amoniak dengan proses Lurgi. Mulai tahun 1995 pabrik Kaltim-1 ditingkatkan kapasitasnya menjadi 1.800 ton per hari untuk pabrik amoniak dan 2.250 ton urea per hari termasuk 500 ton urea melt per hari untuk pabrik melamin. Bahan baku yang dipakai adalah gas bumi dan udara serta uap air yang dibangkitkan dari air laut. Gas bumi ini diperoleh dari ladang-ladang pengeboran di Attaka dan Handil dengan melewati kompresor di Tanjung Santan dan melalui pipa di bawah tanah sepanjang 56 km gas dilalirkan ke PT. Pupuk Kaltim. Guna memenuhi kebutuhan penyediaan pupuk Nasional maka pada tahun 1982 telah mulai dibangun pabrik Kaltim-2. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas terpasang 1.500 ton amoniak per hari dan 1.725 ton pupuk urea per hari. Proses yang digunakan adalah proses Kellog semi low enegy process untuk pabrik amoniaknya, dan menggunakan proses Stamicarbon stripping process untuk pabrik ureanya. Kemudian dalam rangka pengembangan perusahaan didukung oleh tersedianya bahan baku gas bumi yang cukup melimpah di Kalimantan Timur maka pada tahun 1985 dibangun pabrik Kaltim-3 dengan kapasitas terpasang 1.000 ton amoniak perhari dan 1.725 ton urea per hari dengan proses Topsoe untuk pabrik amoniak dan proses Stamicarbon juga untuk pabrik ureanya. Pabrik Pupuk urea ini pada kegiatan prosesnya dalam keadaan beroperasi normal mengeluarkan air limbah masih dibawah baku mutu air limbah (BMAL) menurut SK. Gubernur Kaltim No. 26 tahun 2002 dengan batasan Beban NH 3 -N maksimum 0,75 kg NH 3 -N/ton produk. Oleh karena didalam proses pembuatan amoniak/urea dikenal sistim In Plant Treatment maka beban NH 3 -N didalam air limbah masih dapat di minimalkan agar memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL). Dalam keadaan abnormal, air limbah tersebut diamankan dulu kedalam kolam stabilisasi sebelum dibuang ke lingkungan. Yang dimaksud keadaan abnormal disini adalah terjadinya keadaan darurat, proses shut down serta pada saat ada program pemeriksaan tanki amoniak sehingga perlu pengosongan tanki atau pada saat initial start-up.

3 Karena pabrik Kaltim-1, Kaltim-2 dan Kaltim-3 sudah beroperasi lebih dari 15 tahun ditambah adanya 3 pabrik amoniak, 2 pabrik urea dan 1 pabrik melamin maka kandungan NH + 4 didalam air laut sekitar Pupuk Kaltim secara kumulatif diperkirakan bertambah. Oleh karena itu manajemen PT. Pupuk Kaltim berpikir untuk melakukan daur ulang semua air limbah semaksimal mungkin. Hal ini tertuang dalam Program Kerja Perusahaan untuk tahun 2003/2004 yaitu melalui Program Perbaikkan Mutu Lingkungan Laut Ambien (P2ML2A), dengan melakukan upaya mereduksi sumber pencemar yang mengandung amoniak. Usaha-usaha tersebut adalah : melakukan pemantauan secara intensif terhadap semua sumber air limbah dari peralatan, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi untuk menyiapkan upaya segregasi, stripping, biotechnology, purifikasi yang dilanjutkan dengan daur ulang, sehingga secara bertahap pabrik Kaltim-1, Kaltim-2 dan Kaltim-3 dapat mengikuti Program Peringkat Nasional. Program Peringkat adalah penilaian kinerja pabrik terhadap buangan limbahnya dan sekali gus penilaian terhadap bantuan kemasyarakatannya. Dalam kasus ini utamanya adalah program penilaian terhadap kinerja air limbah. Dalam penelitian ini ruang lingkupnya hanya untuk pabrik Kaltim-1, Kaltim-2 dan Kaltim-3 saja sebab ketiga pabrik tersebut yang memberikan andil pembuangan limbah cair yang mengandung amoniak dengan beban yang paling besar dan belum dilakukan segregasi terhadap air limbah yang mengandung parameter non amoniak. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang sebenarnya adalah bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai sampai seberapa jauh hubungan beban air limbah terhadap perencanaan yang perlu dilakukan oleh Managemen PT. Pupuk Kaltim, demikian juga tentang kinerja air limbah rata-rata setiap tahunnya, sehingga dapat di programkan pengelolaan terpadu antara ketiga pabrik untuk air limbah yang mengandung amoniak secara efisien, dalam pengertian menghasilkan benefit bagi perusahaan Secara rinci permasalahan yang sebenarnya adalah :

4 a). Belum diketahui sampai seberapa besar beban NH 3 -N dalam air limbah dari pabrik Kaltim-1, Kaltim-2 dan Kaltim-3 yang boleh masuk ke lingkungan setiap tahunnya. b). Belum diketahui secara pasti rata-rata setiap tahunnya apakah air limbah yang berparameter amoniak tersebut di tiap-tiap pabrik memenuhi Baku Mutu Limbah Cair sesuai SK. Gubernur Kaltim no. 26 tahun 2002. c). Belum pernah dibuat suatu Perencanaan Pengolahan Air Limbah yang berparameter amoniak secara terpadu dengan memasang unit End Of Pipe Treatment (EOPT) sesuai skala prioritas dengan tetap masih memperhitungkan cost & benefit nya. 1.3. Tujuan Penelitian Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk menghitung beban amoniak dari air limbah, kemudian membandingkan terhadap BMLC yang hasilnya dievaluasi untuk dibuatkan perencanaan pengelolaannya. Jika dirinci maka tujuan tersebut adalah : a). Melakukan identifikasi beban NH 3 -N (kg/ton produk) terhadap 5 unit pabrik sehingga dapat diketahui seberapa banyak yang keluar dari sumber limbah dan masuk ke lingkungan. b). Melakukan uji kualitas air limbah yang di keluarkan oleh peralatan proses produksi setelah dilewatkan unit in-plant treatment dan dibandingkan terhadap baku mutu lingkungan apakah memenuhi kriteria baku mutu air limbah atau belum dan di bandingkan pula terhadap PROPER. c). Melakukan kajian alternatif pemilihan Unit Pengolah air limbah yang sesuai untuk mengolah air limbah berdasarkan data dan hasil kajian dari jumlah beban parameter amoniak yang keluar dari peralatan proses serta melakukan perhitungan ekonominya untuk perencanaan alat proses tersebut. 1.4. Manfaat Penelitian Setelah diketahui permasalahan dan tujuan maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

5 a). Dapat digunakan untuk mengoptimalisasi peralatan proses produksi sehingga keluaran air limbah yang mengandung amoniak dapat di minimalkan. b). Untuk menentukan skala prioritas peralatan mana yang perlu dilakukan optimalisasi dan pabrik-pabrik mana yang didahulukan untuk dilakukan tambahan peralatan pengolah air limbah. c). Dipakai sebagai dasar untuk merencanakan beberapa alternatif peralatan pengolahan air limbah yang sesuai. sehingga Perusahaan dapat melakukan tindakan yang strategis untuk mengelola air limbah tersebut berdasarkan skala prioritas. d). Manfaat secara umum adalah : Memperbaiki kualitas air limbah. Memberikan nilai tambah bagi perusahaan jika air limbah tersebut dapat didaur ulang. Memberikan citra yang baik bagi perusahaan. 1.5. Originalitas Penelitian. Penelitian mengenai Perencanaan Terpadu di PT.Pupuk Kaltim sebelumnya belum pernah dilakukan, dengan demikian penelitian ini merupakan awalan dari penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan.