I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA. : Siti Fariza Gita :

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem

ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA GEPLAK WALUH DI KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Prosiding Manajemen ISSN:

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI ABON LELE KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI. Program Studi Agribisnis

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

ANALISIS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. GALIC BINA MADA. Rizki Ramadhoni

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

Pengelolaan Persediaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan seperti kelebihan atau kekurangan persediaan. Jika

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGOPTIMALAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG KETELA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, banyak perusahaan baik berskala domestik

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU MITRA CEMANGI DI KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENENTUKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERIPIK SUKUN (Studi Kasus : Industri Rumah Tangga Citra Lestari Production)

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

III. METODE PENELITIAN A.

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin ketat. Pada jenis perusahaan manufaktur, hanya perusahaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Persedian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di lereng gunung Merapi kawasan Turi, Cangkringan, Sleman. Didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TORTILA RUMPUT LAUT DI INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang paling besar dalam harta perusahaan. Persediaan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas asia atau yang disebut dengan masyarakat ekonomi asia

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAKU EMPING JAGUNG MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS UKM JAYA BAROKAH SENTOSA, MALANG)

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH DI KABUPATEN PURWOREJO

Asmaul Khusna*), Kukuh Sulastyoko **) Kata Kunci :Pengendalian Kualitas, Pengendalian Mutu, Persediaan Pengaman, Peramalan, Forcasting, EOQ.

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waluh (Cuucurbita moschata) adalah jenis tanaman menjalar dari famili Curbitaceae. Waluh tergolong jenis tanaman semusim sebab setelah selesai berbuah akan mati. Selama ini buah waluh dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan sayuran. Buah waluh yang sudah tua dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan geplak waluh, kolak, egg roll dan aneka olahan lainnya. Daun dan pucuk sulur yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji waluh sering digoreng menjadi kuaci atau direbus langsung sebagai makanan ringan (Sudarto, 1993). Salah satu wilayah yang produksi pertanian waluhnya berlimpah berada di lereng gunung merbabu tepatnya di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Getasan memiliki 13 desa, dengan luas daerah 6.580,98 ha dan berada di ketinggian antara 800-1.300 m dpl. Sebagian besar masyarakatnya hidup sebagai petani dengan mengusahakan jagung, tembakau dan sayuran. Waluh adalah salah satu komoditi sayuran yang ditanam petani di lereng Gunung Merbabu pada bulan Maret-April sebagai tanaman tumpangsari dengan tanaman tembakau. Umumnya, waluh tersebut dapat dipanen pada bulan Agustus-September. Produksi waluh di Kabupaten Semarang 80% lebih dihasilkan dari Kecamatan Getasan (Julianto, 2015). Tabel 1. Produksi Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2014 Tahun Produksi(ton) Konsumsi (ton) Luas Lahan(Ha) Harga (Rp/Kg) 2006 400 10 29 450 2007 500 15 35 500 2008 600 15 40 500 2009 700 25 50 600 2010 750 25 50 700 2011 800 25 60 700 2012 900 25 65 700 2013 900 30 65 900 2014 950 35 70 1.000 Sumber : Tekhnologi Pembuatan Geplak Waluh, 2015 1

2 Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- rata produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dari tahun 2006 hingga tahun 2014 yaitu 700 ton. Tiap tahun produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terus mengalami peningkatan antara 50 ton sampai 100 ton. Konsumsi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang hanya berkisar 10 ton sampai 35 ton. Luas lahan untuk produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terus meningkat dari tahun 2006 seluas 29 Ha hingga tahun 2014 seluas 70 Ha. Rata- rata harga waluh Rp.650 per kg. Harga terendah pada tahun 2006 yaitu Rp.450 per kg dan harga tertinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.1.000 per kg. Melihat melimpahnya produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, maka diversifikasi makanan dapat diciptakan. Waluh bisa diubah bentuk menjadi suatu makanan yang mempunyai nilai gizi dan nilai ekonomis yang tinggi, misalnya geplak waluh, egg roll, pia waluh, sirup waluh, emping waluh, dan lain-lain. Harga jual waluh di pasar berkisar antara Rp.450 sampai Rp. 1.000 per kg tetapi jika diolah, harga jual yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Tabel 2. Industri Rumah Tangga Olahan Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang No Nama Industri Jumlah Tenaga Nama Pemilik Desa Rumah Tangga Kerja 1. Karuna Nanik Daryanti Getasan 5 2. Rizky Nurjanah Wates 4 3. Muslih Rudi Nogosaren 3 4. Risky Jumini Getasan 4 5. Riyanti Riyanti Getasan 2 Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 5 unit industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hal ini menujukkan bahwa industri olahan waluh merupakan industri olahan pangan yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Melihat tingginya produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

3 Tabel 3.Rata- Rata Kapasitas Produksi Per Bulan Pada Industri Rumah Tangga Karuna di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang No. Olahan Waluh Kebutuhan Bahan Baku Waluh (Kg) Presentase Kebutuhan Bahan Baku Waluh (%) Kapasitas Produksi 1. Geplak Waluh 430 19,37 650 kg 2. Emping Waluh 175 7,88 700 kg 3. Stik Waluh 100 4,50 350 kg 4. Pia Waluh 420 18,92 13.000 butir 5. Wingko Waluh 350 15,77 35.000 butir 6. Gelek Waluh 160 7,21 650 kg 7. Sirup Waluh 160 7,21 650 botol 8. Keripik Waluh 300 13,51 400 kg 9. Egg Roll Waluh 125 5,63 500 kg Jumlah 2.220 100 Sumber: Profil Pelaku Usaha Inovasi Waluh, 2012 Tabel 3 menunjukkan rata- rata kapasitas produksi per bulan pada industri rumah tangga Karuna di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Berdasarkan tabel diatas waluh dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan diantaranya geplak waluh, emping waluh, stik waluh, pia waluh, wingko waluh, gelek waluh, sirup waluh, keripik waluh dan egg roll waluh. Olahan waluh yang paling banyak diproduksi pada industri rumah tangga Karuna adalah geplak waluh yaitu sebesar 650 kg dengan presentase kebutuhan bahan baku waluh sebesar 19,37%. Olahan waluh yang paling sedikit diproduksi pada industri rumah tangga Karuna adalah stik waluh yaitu sebesar 400 kg dengan presentase kebutuhan bahan baku waluh sebesar 4,50%.

4 Tabel 4. Jumlah Produksi Geplak Waluh Industri Rumah Tangga Karuna di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2014 Tahun Kebutuhan Bahan Baku (kg) Produksi (kg) Harga (per Kg) Permintaan (kg) 2006 3.600 5.400 25.000 5.200 2007 3.780 5.670 25.000 5.500 2008 3.960 5.940 30.000 6.000 2009 4.200 6.300 30.000 6.400 2010 4.320 6.480 35.000 6.500 2011 4.560 6.840 35.000 6.800 2012 4.560 6.840 35.000 6.900 2013 4.800 7.200 35.000 7.300 2014 5.160 7.740 35.000 7.780 Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 4 menunjukkan jumlah produksi geplak waluh industri rumah tangga Karuna di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sejak tahun 2006 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan. Produksi tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 7.800 kg karena pada tahun 2014 produk geplak waluh sudah lebih dikenal oleh konsumen sebagai makanan khas kawasan wisata Kopeng dan dijadikan oleh-oleh dari Kabupaten Semarang dan sekitarnya, sedangkan produksi terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 5.400 kg karena pada tahun 2006 produk geplak waluh belum terlalu dikenal sebagai makanan khas dari kawasan wisata Kopeng. Kebutuhan bahan baku berbanding lurus dengan produksi sehingga semakin banyak produksi, semakin banyak pula bahan baku waluh yang dibutuhkan. Harga geplak waluh tiap tahunnya mengalami kenaikan rata rata sebesar Rp. 5.000. Pada tahun 2006 harga geplak waluh per kg sebesar Rp. 25.000, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2008 yaitu Rp. 30.000 per kg dan pada tahun 2010 hingga 2014 harga geplak waluh besarnya sama yaitu sebesar Rp.35.000 per kg. Dalam menjalankan industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, tentunya memerlukan persediaan bahan baku waluh. Pengolahan waluh menjadi geplak waluh termasuk dalam kegiatan agroindustri yang sering menemui kendala terkait persediaan waluh sebagai bahan baku. Pada bulan Maret-April ketersediaan waluh terbatas karena pada musim tanam, sedangkan pada bulan Agustus-September ketersediaan waluh melimpah

5 karena pada masa panen. Industri rumah tangga olahan waluh melakukan pemesanan bahan baku waluh ketika ketersediaan bahan baku waluh di gudang mulai menipis, yaitu ketika persediaan bahan baku waluh tinggal 10% dari persediaan yang ada. Jika tidak ada persediaan bahan baku waluh maka produksi tidak dapat dilakukan serta industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, sehingga dapat mengalami kerugian yang seharusnya tidak terjadi. Oleh karena itu, industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang membutuhkan bahan baku setiap saat harus dapat mengendalikan atau mengatur persediaan bahan baku demi kelancaran dalam menghasilkan berbagai macam produk olahan waluh. Sehubungan dengan pengendalian dan pembelian bahan baku, maka perusahaan sangat perlu untuk dapat menentukan kuantitas pembelian yang paling optimal atau yang sering disebut Economic Order Quantity (EOQ). Dalam EOQ perusahaan ingin menentukan berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis dengan ditentukannya kebutuhan atau penggunaan dalam suatu periode tertentu, biaya pesan dan biaya simpan. Adapun pengertian dari EOQ menurut Ahyari (1981) merupakan suatu jumlah pembelian bahan baku yang akan dapat mencapai persediaan yang paling minimal. Sedangkan menurut Yamit (2005), EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Metode EOQ digunakan karena bahan baku berasal dari pihak lain (petani). Industri rumah tangga yang diteliti dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga Karuna yang berada di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Industri rumah tangga Karuna memiliki produk unggulan olahan waluh diantaranya geplak waluh, pia waluh, egg roll waluh, wingko waluh, sirup waluh, stik waluh, dan lain-lain. Produk unggulan pertama yang dihasilkan dari industri rumah tangga Karuna adalah geplak waluh, sedangkan produk olahan waluh lainnya merupakan produk yang dikembangkan oleh industri rumah tangga Karuna. Oleh karena itu, produk geplak waluh memiliki permintaan serta kebutuhan bahan baku lebih banyak daripada produk olahan waluh lainnya.

6 Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai analisis pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. B. Rumusan Masalah Dalam suatu perusahaan, bahan baku merupakah hal yang penting dalam proses produksi. Persediaan merupakan sesuatu yang harus ada guna menunjang kelancaran produksi. Dalam menjalankan industri rumah tangga geplak waluh tentunya memerlukan persediaan bahan baku. Jika tidak ada persediaan bahan baku maka produksi tidak dapat dilakukan serta industri rumah tangga geplak waluh dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, sehingga dapat mengalami kerugian yang seharusnya tidak terjadi. Industri rumah tangga geplak waluh membutuhkan bahan baku waluh setiap saat, sehingga harus dapat mengendalikan atau mengatur persediaannya demi kelancaran dalam menghasilkan geplak waluh. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa jumlah pembelian bahan baku optimal yang dilakukan oleh industri 2. Berapa banyak frekuensi pembelian bahan baku industri rumah tangga geplak waluh dalam satu bulan? 3. Berapa total biaya persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan industri 4. Berapa jumlah persediaan pengaman ( safety stock ) yang dibutuhkan industri 5. Kapan dilakukan pemesanan kembali bahan baku ( reorder point ) industri C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis jumlah pembelian bahan baku optimal yang dilakukan oleh industri rumah tangga geplak waluh.

7 2. Mengetahui dan menganalisis frekuensi pembelian bahan baku industri rumah tangga geplak waluh dalam satu bulan. 3. Mengetahui dan menganalisis total biaya persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan industri rumah tangga geplak waluh. 4. Mengetahui dan menganalisis jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan industri rumah tangga geplak waluh. 5. Mengetahui dan menganalisis titik pemesanan kembali bahan baku (reorder point) industri rumah tangga geplak waluh. D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian pasti memiliki kegunaan-kegunaan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan tentang pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam rangka efisiensi sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Semarang Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah khususnya sektor pertanian subsektor hortikultura. 3. Bagi Industri Rumah Tangga Geplak Waluh Memberikan informasi mengenai pengendalian bahan baku yang efisien pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 4. Bagi Pembaca Memberikan pengetahuan tentang metode pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Memberikan rujukan/referensi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.