Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : NINA ARUM PUSPITA J PROGRAM STUDI ILMU GIZI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAGNESIUM, ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE HIPERTENSI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM, KALIUM, MAGNESIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KALURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

PENGARUH KONSUMSI LEMAK TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

PERDIKSI UMUR, STATUS GIZI, ASUPAN NATRIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KALURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN KARTASURA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN SONDAKAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, NR Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Dinamikamedia. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga


Pola Tekanan Darah Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Padang Pasir Padang Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN SONDAKAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DI DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA PESUCEN, BANYUWANGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMASRANOMUUT KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK TOTAL DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA KUWIRAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, ASUPAN NATRIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA WANITA PRALANSIA DI POS KESEHATAN LANSIA KELURAHAN BOJONGBATA KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun oleh : NINA ARUM PUSPITA J310110113 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, ASUPAN NATRIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA WANITA PRALANSIA DI POS KESEHATAN LANSIA KELURAHAN BOJONGBATA KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG PUBLIKASI ILMIAH Oleh : NINA ARUM PUSPITA J310110113 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Susi Dyah Puspowati, SP., M.Si NIP. 19740517 200501 2007 i

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, ASUPAN NATRIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA WANITA PRALANSIA DI POS KESEHATAN LANSIA KELURAHAN BOJONGBATA KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG OLEH NINA ARUM PUSPITA J310110113 Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 21 Maret 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Susi Dyah Puspowati, SP., M.Si (...) (Ketua Dewan Penguji) 2. Setyaningrum Rahmawaty, A, M.Kes., Ph.D (...) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Endang Nur Widyaningsih, SST, M.Si Med (...) (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Dr. Suwaji, M.Kes NIK/NIDN. 19531 123 198303 1002/00 2311 5301 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 29 April 2016 Penulis NINA ARUM PUSPITA J310110113 iii

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, ASUPAN NATRIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA WANITA PRALANSIA DI POS KESEHATAN LANSIA KELURAHAN BOJONGBATA KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG Abstrak Pos Kesehatan Lansia di Kelurahan Bojongbata memiliki persentase wanita pra lansia yang berkunjung memiliki tekanan darah tinggi tertinggi di Puskesmas Kebondalem sebanyak 44,4%. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi seperti asupan lemak dan asupan natrium yang berlebih karena gaya hidup yaitu konsumsi junk food dan makanan instan serta kurangnya aktifitas yang menyebabkan status gizi berlebih. Mengetahui hubungan asupan lemak, asupan natrium, dan status gizi dengan tekanan darah sistolik pada wanita pra lansia di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Jenis Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel sebanyak 42 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengambilan data asupan lemak dan asupan natrium dilakukan dengan FFQ semiquantitative. Kategori status gizi diperoleh dari Indeks Massa Tubuh. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Uji statistik yang digunakan adalah pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan 42,9% (18 orang) subjek mempunyai asupan lemak yang lebih, 57,1% (24 orang) subjek mempunyai asupan natrium yang lebih, dan 40,5% (17 orang) subjek mempunyai status gizi obesitas tingkat 1. Kategori tekanan darah paling tinggi memiliki tekanan darah kategori sistolik hipertensi sebanyak 45,2% (19 orang). Ada hubungan asupan lemak dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,048), ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,000), dan ada hubungan status gizi dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,044). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan asupan lemak, asupan natrium, status gizi dengan tekanan darah sistolik. Kata kunci : asupan lemak, asupan natrium, status gizi, tekanan darah, pralansia Abstract Center elderly health in Bojongbata village has 44,4% of pre elderly women who had high blood pressure. Factors that caused that problem such as higher fat and sodium intake also lack of activity associated with obesity. The aim of study was to acses the relationship of fat intake, sodium intake and nutritional status and systolic blood pressure in pre elderly woman in the post of elderly health of Bojongbata, Pemalang. The research used cross sectional approach. The number of sample was 42 people according to the inclusion criteria. That was covected using consecutive sampling. Retrieval data of fat and sodium intake were done by using semiquantitative FFQ. The category of nutritional status was obtained from the index of body mass. Blood pressure was obtained using a sphygmomanometer. The statistical test used Pearson product moment. The results showed that 42.9% (18 people) of the subjects had the higher of fat intake, 57.1% (24 people) of the subjects had the higher of sodium intake, and 40.5% (17 people) of the subjects had the first level of obesity nutritional status category. The highest blood pressure had systolic blood pressure category hypertension as much as 1

45.2% (19 people). There was a correlation between fat intake with systolic blood pressure (p = 0.048), moreover there was a correlation between sodium intake with systolic blood pressure (p = 0.000), and there was a correlation between nutritional status with systolic blood pressure (p = 0.044). This study concluded that there was a relationship of fat intake, sodium intake, nutritional status with systolic blood pressure. Keywords : Fat Intake, Sodium Intake, Nutritional Status, Blood Pressure, Pre ederly 1. PENDAHULUAN Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana akan ada suatu proses perubahan yang secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 3 yaitu pra lansia, lansia, dan lansia resti. Pra lansia yaitu lansia yang berumur 45-59 tahun, lansia yaitu 60-69 tahun dan lansia resti lebih dari 70 tahun (Fatmah, 2010). Masa pra lansia merupakan masa seseorang sudah mengalami penuaan dan mengalami proses perubahan fisik yang ditandai dengan berat badan bertambah, perubahan pada fungsi fisiologis dan perubahan pada kesehatan. Perubahan fisik yang terjadi pada sistem kardiovaskuler akan mengakibatkan risiko penyakit degeneratif yang sering terjadi pada pra lansia meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik berpengaruh pada tekanan darah pada pra lansia, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun. Peningkatan tekanan darah sistolik ini dikarenakan adanya penebalan dinding aorta dan pembuluh darah yang meningkat, diikuti oleh elastisitas pembuluh darah yang menurun dikarenakan oleh umur akan mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku (Nugroho, 2000; Widyaningrum, 2012; Proverawati, 2010). Wanita usia pra lansia akan mengalami peningkatan tekanan darah karena pada usia tersebut wanita dalam fase menopause. Saat fase menopause, penurunan hormon estrogen endogen berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Pengaruh hormon estrogen endogen dimediasi oleh reseptor estrogen yang terdiri dari 2 tipe yaitu reseptor estrogen α yang biasanya disebut reseptor klasik (ERα) dan reseptor estrogen β (ERβ). Kedua reseptor tersebut terletak pada inti sel dan merupakan faktor transkripsi ligand aktif. Hormon estrogen dapat masuk dalam sel melalui difusi pasif membran plasma dan akan berikatan dengan reseptor didalam inti sel. Reseptor estrogen ERα dan ERβ berpengaruh dengan peningkatan tekanan darah karena mekanisme dari reseptor estrogen adalah mengatur pelebaran pembuluh darah saat relaksasi otot polos di dinding pembuluh darah, meningkatan bioavabilitas NO (Nitric Oxide), menghambat pertumbuhan sel otot polos (VSMC), memicu poliferasi setelah terjadi kerusakan, menghambat sistem renin-angiotensinaldosteron (RAAS) dan sistem endotelin serta menghambat sistem saraf simpatis. Bila fungsi reseptor estrogen menurun akan berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah (Barton dan Meyer, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2013 menunjukkan prevalensi tekanan darah tinggi meningkat dengan bertambahnya umur, terlihat mulai umur 45 tahun dengan prevalensi yaitu 35,6% 2

dibandingkan dengan umur 35 tahun sebesar 24,8%. Prevalensi ini menurun dari tahun 2007 yaitu untuk umur 45 tahun prevalensinya sebesar 42,4%. Menurut Black dan Hawaks (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ada banyak faktor, beberapa diantaranya adalah asupan lemak, asupan natrium dan status gizi. Pola konsumsi masyarakat Indonesia yakni cenderung senang dengan konsumsi makanan yang digoreng dan bersantan (Riskesdas, 2013). Wanita menoupause mengalami penurunan hormon estrgen sehingga kehilangan estradiol yang menimbulkan penurunan fungsi alat tubuh, gangguan penurunan metabolisme yaitu metabolisme lemak. Perubahan metabolisme ini akan menyebabkan tingginya kadar kolesterol total, LDL kolesterol, dan rendahnya HDL sehingga mengalami aterosklerosis akibat dari penimbunan lemak pada pembuluh darah kemudian terjadi peningkatan tekanan darah (Greenspan et al, 2000). Berdasarkan penelitian Iriani (2014) menunjukkan ada hubungan asupan lemak dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita menopause. Selain asupan lemak yang berlebih, masyarakat saat ini juga gemar dengan makanan yang mengandung natrium yang tinggi. Fase menopause pada wanita terjadi penurunan hormon estrogen yang memberikan perlindungan pada ginjal dengan menghambat RAAS dan sistem endotelin. RAAS dan sistem endotelin menyebabkan ginjal kehilangan sensitivitas terhadap natrium sehingga ginjal tidak dapat mengabsopsi natrium dengan baik yang mengakibatkan tekanan darah tinggi (Barton dan Meyer, 2009). Berdasarkan penelitian Isnawanti (2012), terdapat hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah, karena tingginya asupan natrium perhari. Status gizi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah karena seseorang yang memiliki berat badan berlebih cenderung mempunyai tekanan darah tinggi daripada mereka yang kurus. Hal ini disebabkan karena semakin besar massa tubuh seseorang maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk menyampaikan oksigen dan zat gizi ke dalam jaringan tubuh sehingga volume darah di pembuluh darah bertambah yang memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah arteri yang memgakibatkan tekanan darah tinggi. Status gizi kategori obesitas, ada penurunan tekanan perifer, aktivitas saraf simpatis yang meningkat dan aktivitas renin plasma rendah yang berperan sebagai faktor natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Palmer dan William, 2007). Penelitan Widyaningrum (2014) menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sistolik pada lansia. Berdasarkan Data Puskesmas Kebondalem pada Bulan Juni tahun 2015 pra lansia wanita yang berkunjung di Pos Kesehatan Lansia dari 156 yang memiliki tekanan darah tinggi yaitu 19,23% (30 orang). Kelurahan Bojongbata pada Bulan Juni memiliki persentase wanita pra lansia yang berkunjung di Pos Kesehatan Lansia yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 44,4%. Kelurahan Bojongbata merupakan kelurahan yang mempunyai persentase tertinggi tekanan darah tinggi pra lansia wanita di wilayah kerja Puskesmas Kebondalem. Dilihat dari data tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan lemak, asupan natrium dan status gizi dengan tekanan darah sistolik pada wanita pra lansia di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang 3

dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan, terpenuhi dengan jumlah sampel adalah 42 wanita pra lansia. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2015. Data asupan lemak dan asupan natrium diperoleh dengan FFQ semiquantitative dan Kategori status gizi diperoleh dari Indeks Massa Tubuh. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Hasil uji kenormalan data menggunakan kolmogorof smirnov, menunjukkan semua data berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik pearson product moment. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran umum Kelurahan Bojongbata merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Jumlah penduduk di Kelurahan Bojongbata berdasarkan data buku monografi Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang pada tahun 2015 adalah 18.787 jiwa. Jumlah total penduduk usia 45 tahun keatas adalah 6.664 jiwa, penduduk laki-laki 3.202 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.402 jiwa. 3.2 Karakteristik subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah wanita pralansia yang semuanya menopause dengan jumlah 42 orang di Pos Kesehatan Lansia Di Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 3.2.1 Tingkat Pendidikan Distribusi karakteristik subjek berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Subjek Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan Frekuensi (n) Tdk sekolah 8 19.0 SD 24 57.1 SMP 4 9.5 SMA 4 9.5 SARJANA 2 4.8 Jumlah 42 100,0 Presentase (%) Tabel 1 menunjukkan tingkat pendidikan subjek yang terbanyak yaitu 57,1% dengan pendidikan SD. 3.2.2 Jenis pekerjaan Distribusi karakteristik subjek berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Karakteristik Subjek Menurut Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan Frekuensi (n) Presentase (%) PNS 1 2.4 Wiraswasta 6 14.3 Petani 2 4,8 4

Buruh 5 11.9 IRT 28 66.7 Jumlah 42 100,0. Tabel 2 menunjukkan jenis pekerjaan subjek yang terbanyak yaitu 66,7% dengan jenis pekerjaan IRT dan yang paling sedikit adalah PNS yaitu 2,4%. 3.3 Distribusi Asupan Lemak Subjek Penelitian Data asupan lemak diperoleh berdasarkan dari wawancara secara langsung dengan wanita pra lansia dengan form FFQ semi kuantitatif. Data asupan lemak normal menurut AKG 2013 yaitu umur 30-49 tahun 60 gram dan umur 50-64 tahun 53 gram. rata-rata asupan lemak wanita pra lansia 106,513% ± 27,9554 yang berarti bahwa wanita pra lansia memiliki asupan lemak yang baik. Data secara lengkap kategori asupan lemak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Asupan Lemak Subjek Penelitian Asupan lemak Frekuensi (n) Defisit 13 31.0 Baik 11 26.2 Lebih 18 42.9 Jumlah 42 100 Presentase (%) Hasil data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan lemak subjek memiliki kategori lebih presentasenya lebih banyak dibandingkan dengan asupan lemak dalam kategori baik dan defisit. Asupan lemak dari 42 subjek yang memiliki kategori lebih sebanyak 42,9%, sedangkan kategori baik sebanyak 26,2% dan asupan lemak dalam kategori defisit sebanyak 31,0%. Asupan lemak subjek pada penelitian ini paling tinggi dalam asupan yang berlebih karena frekuensi subjek dalam mengkonsumsi makanan yang digoreng setiap harinya tinggi. Asupan lemak yang berlebih dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol, LDL, dan trigliserida yang menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang pada akhirnya berkembang menjadi arterosklerosis. Pembuluh darah koroner pada penderita arterosklerosis selain tidak elastis juga akan mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner naik. Pembuluh darah yang sudah tidak elastis akan menyebabkan naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang disebut tekanan darah tinggi (Widyaningrum, 2012). 3.4 Distribusi Asupan Natrium Subjek Penelitian Data asupan natrium diperoleh berdasarkan dari wawancara secara langsung dengan wanita pralansia dengan form FFQ semi kuantitatif. Data asupan natrium normal menurut AKG 2013 yaitu umur 30-49 tahun 1500 mg dan 50-64 tahun 1300 mg. atau rata-rata asupan natrium wanita pra lansia 133,794% ± 47,4007 yang berarti bahwa wanita pra lansia memiliki asupan natrium yang berlebih. Data secara lengkap kategori asupan natrium dapat dilihat di Tabel 4. 5

Tabel 4 Distribusi Asupan Natrium Subjek Penelitian Asupan natrium Frekuensi (n) Presentase (%) Defisit 9 21.4 Baik 9 21.4 Lebih 24 57.1 Jumlah 42 100 Hasil data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa asupan natrium subjek dalam kategori lebih presentasenya lebih banyak dibandingkan dengan asupan natrium dalam kategori baik dan defisit. Asupan natrium dari 42 subjek ada 57,1% memiliki kategori asupan natrium lebih dibandingkan dengan subjek yang memiliki kategori asupan natrium baik yaitu sebesar 21,4% dan asupan natrium kategori defisit yaitu 24,1%. Asupan natrium subjek pada penelitian ini paling banyak pada asupan yang berlebih karena frekuensi subjek dalam mengkonsumsi makanan asin setiap hari tinggi. Natrium adalah suatu kation utama dalam cairan ekstraseluler yang mempunyai jumlah kecil dalam cairan intaseluler. Natrium dalam makanan sehari-hari cukup yang diperlukan oleh tubuh. Natrium dibutuhkan untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium didalam tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar natrium tinggi, ginjal kan mengeluarkan melalui urine. Ginjal yang mengalami masalah tertentu tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah akan meningkat. Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan lebih banyak darah ke pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini yang kan menyebabkan tekanan darah tinggi (Ahmad, 2011). 3.5 Distribusi Status Gizi Subjek Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan. rata-rata indeks massa tubuh wanita pra lansia 25,212 ±3,4413 yang berarti bahwa wanita pra lansia memiliki status gizi obesitas tingkat 1. Distribusi status gizi subjek penelitian, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Status Gizi Subjek Penelitian Status gizi Frekuensi (n) Presentase (%) Normal 13 31.0 Overweight 8 19.0 Obesitas 1 17 40.5 Obesitas 2 4 9.5 Jumlah 42 100 6

Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai kategori status gizi normal yaitu 31,0%, status gizi overweight 19,0%, status gizi obesitas 2 ada 9,5% dan yang terbanyak mempunyai kategori status gizi obesitas 1 yaitu sebesar 40,5%. Kelebihan berat badan sama kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang yaitu konsumsi energi tinggi yang akan meningkatkan toleransi glukosa dan insulin plasma yang akan menyebabkan terjadinya reabsorbsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus-menerus. Keterkaitan obesitas dengan tekanan darah terlihat pada perubahan fisiologis yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivitas saraf simpatis, sistem angiostein dan perubahan fisik pada ginjal (Cortaz, 2008 ; Hull, 2001) 3.6 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Subjek Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, rata-rata tekanan darah sistolik wanita pra lansia 138,26 ± 17,830 mmhg yang berarti bahwa wanita pra lansia memiliki tekanan darah sistolik dalam kategori prehipertensi. Distribusi tekanan darah sistolik subjek penelitian, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Subjek Penelitian Tekanan darah sistolik N Presentase (%) Normal 9 21,4 Prehipertensi 14 33,3 Hipertensi 19 45,2 Jumlah 42 100 Tabel 6 menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik subjek dalam kategori hipertensi sebanyak 45,2%, kategori prehipertensi yaitu 33,3% dan kategori normal adalah 21,4%. Subjek pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah sistolik hipertensi lebih besar dari subjek yang memiliki tekanan darah sistolik normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada arteri saat ventrikel berkontraksi. Tekanan darah sangat berperan penting dalam sirkulasi tubuh, keseimbangan dalam tubuh dipengaruhi oleh naik atau turunnya tekanan darah. Tekanan darah sistolik bila kisarannya tinggi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, ginjal, jantung, dan sirkulasi atau bahkan kematian. Tekanan darah sistolik sering terjadi pada lansia karena pembuluh darah arteri mengalami penurunan elastisitas atau kekakuan, sehingga respon pembuluh darah ini menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat (Herlambang, 2013; Kuswardhani, 2007; Proverawati, 2010). Wanita usia pra lansia akan mengalami peningkatan tekanan darah karena pada usia tersebut wanita dalam fase menopause. Saat fase menopause, penurunan hormon estrogen endogen berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Pengaruh hormon estrogen endogen dimediasi oleh reseptor estrogen yang terdiri dari 2 tipe yaitu reseptor estrogen α yang biasanya disebut reseptor klasik (ERα) dan reseptor estrogen β (ERβ). Kedua reseptor tersebut terletak pada inti sel dan merupakan faktor transkripsi ligand aktif. Hormon estrogen dapat masuk dalam sel melalui difusi pasif membran plasma dan akan berikatan dengan reseptor didalam inti sel. Reseptor estrogen ERα dan ERβ berpengaruh dengan peningkatan tekanan darah karena mekanisme dari 7

reseptor estrogen adalah mengatur pelebaran pembuluh darah saat relaksasi otot polos di dinding pembuluh darah, meningkatan bioavabilitas NO (Nitric Oxide), menghambat pertumbuhan sel otot polos (VSMC), memicu poliferasi setelah terjadi kerusakan, menghambat sistem renin-angiotensinaldosteron (RAAS) dan sistem endotelin serta menghambat sistem saraf simpatis. Bila fungsi reseptor estrogen menurun akan berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah (Barton dan Meyer, 2009). 3.7 Hubungan Asupan Lemak dengan Tekanan Darah Sistolik Asupan lemak didapatkan dari hasil wawancara Semi Quantitatif Food Frequency Quesioner (FFQ) yang berisi daftar makanan yang cukup sering di konsumsi dalam jangka waktu satu bulan. Distribusi asupan lemak subjek penelitian dengan tekanan darah sistolik dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Distribusi Asupan Lemak dengan Tekanan Darah Sistolik Variabel Mean±SD p* Asupan lemak 106,513±27,9554 Tekanan darah sistolik 138,45±17,830 0,048 Tabel 7 menunujukkan bahwa rata-rata asupan lemak subjek adalah 106,513±27,9554 % perhari dan rata-rata tekanan darah sistolik 138,45±17,830 mmhg. Berdasarkan hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,048. Nilai p (<0,05) yang artinya ada hubungan asupan lemak dengan tekanan darah sistolik pada wanita pralansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iriani (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan tekanan darah sistolik dibuktikan dengan nilai p 0,019. Nilai OR adalah 2,167, artinya bahwa resiko tekanan darah sistolik hipertensi pada orang yang mempunyai asupan lemak berlebih sebesar 2,1 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan lemak normal. Nilai RR = 1,444 artinya orang yang mempunyai asupan lemak lebih mempunyai resiko tekanan darah sistolik hipertensi sebesar 1,4 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan lemak baik, dan orang yang mempunyai asupan lemak baik mempunyai resiko 0,667 kali untuk terjadi tekanan darah sistolik hipertensi dibanding orang yang mempunyai asupan lemak lebih. Asupan lemak yang berlebih dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol, LDL, dan trigliserida yang menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang pada akhirnya berkembang menjadi arterosklerosis. Pembuluh darah koroner pada penderita arterosklerosis selain tidak elastis juga akan mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner naik. Pembuluh darah yang sudah tidak elastis akan menyebabkan naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang disebut tekanan darah tinggi (Widyaningrum, 2012). 3.8 Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Asupan natrium didapatkan dari hasil wawancara Semi Quantitatif Food Frequency Quesioner (FFQ) yang berisi daftar makanan yang cukup sering di konsumsi dalam jangka waktu 8

satu bulan. Distribusi asupan natrium subjek penelitian dengan tekanan darah sistolik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Sistolik Variabel Mean±SD p* Asupan natrium 133,794±47,400 7 Tekanan darah 138,45±17,830 0,000 sistolik Tabel 8 menunujukkan bahwa rata-rata asupan natrium subjek adalah 133,794±47,4007 % perhari dan rata-rata tekanan darah sistolik 138,45±17,830 mmhg. Berdasarkan hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,000. Nilai p (<0,05) yang artinya ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada wanita pralansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sase (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,000. Nilai OR = 24,000, artinya bahwa resiko tekanan darah sistolik hipertensi pada orang yang mempunyai asupan natrium lebih sebesar 24 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan natrium baik. Nilai RR = 3,556, artinya bahwa orang yang mempunyai asupan natrium lebih mempunyai risiko tekanan darah sistolik hipertensi sebesar 3,5 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan natrium baik, dan orang yang mempunyai asupan natrium baik mempunyai risiko 0,148 kali untuk terjadi tekanan darah sistolik hipertensi dibanding orang yang mempunyai asupan natrium lebih. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ektraseluler yang berperan penting dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan asam-basa dan juga fungsi neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan peningkatan cairan ektraseluler yang mengakibatkan meningkatnya volume darah dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Krummel, 2004 ; Susanto dan Masri, 2010 ; Astawan, 2007). 3.9 Hubungan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Status gizi didapatkan dari pengukuran antropometri yaitu Berat Badan (kg) dan Tinggi badan (cm) yang kemudian dikategorikan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Distribusi status gizi subjek penelitian dengan tekanan darah sistolik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Sistolik Variabel Mean±SD p* IMT 25,212±3,4413 Tekanan darah sistolik 138,45±17,830 0,044 Tabel 9 menunujukkan bahwa rata-rata Indeks Massa Tubuh subjek adalah 25,133±3,5374 dan rata-rata tekanan darah sistolik 138,26±17,557 mmhg. Berdasarkan hasil uji pearson product 9

moment diperoleh nilai p = 0,044. Nilai p (<0,05) yang artinya ada hubungan status gizi dengan tekanan darah sistolik pada wanita pralansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathina (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan IMT dengan tekanan darah sistolik dengan nilai p= 0,00. Penelitian pada tahun 2009 oleh Firdamila juga membuktikan bahwa ada hubungan status gizi dengan tekanan darah sistolik pada lansia dengan nilai p= 0,017 dan penelitian terbaru tahun 2014 yang dilakukan Widyaningrum juga menunjukkan bahwa adanya hubungan status gizi dengan tekanan darah sistolik pada lansia dengan nilai p= 0,013. Nilai OR = 0,875, artinya bahwa resiko tekanan darah sistolik hipertensi pada orang yang mempunyai status gizi tidak baik sebesar 0,875 kali dibanding dengan orang yang mempunyai status gizi baik. Nilai RR = 0,938, artinya bahwa orang yang mempunyai status gizi tidak baik mempunyai risiko tekanan darah sistolik hipertensi sebesar 0,938 kali dibanding dengan orang yang mempunyai status gizi baik, dan orang yang mempunyai status gizi baik mempunyai risiko 1,071 kali untuk terjadi tekanan darah sistolik hipertensi dibanding orang yang mempunyai status gizi tidak baik. Tubuh yang mengalami obesitas akan memerlukann oksigen lebih tinggi yang menyebabkan peningkatan kerja jantung. Selain itu, curah jantung dan sirkulasi volume darah tinggi, resistensi perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatik meningkat dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Kadar lemak tubuh yang berlebih pada orang kegemukan yang terjadi pada obesitas abdominal akan beresiko hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya. Orang yang mengalami obesitas akan lebih mudah terkena hipertensi, dan sebagian besar penderita hipertensi adalah yang mengalami obesitas (Price dan Wilson, 2006 ; Muliyati, 2011). 4. KESIMPULAN 4.1 Ada hubungan antara asupan lemak wanita pra lansia dengan tekanan darah sistolik pada wanita pra lansia di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabubaten Pemalang dengan nilai p= 0,048. 4.2 Ada hubungan asupan natrium wanita pra lansia dengan tekanan darah sistolik pada wanita pra lansia di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabubaten Pemalang dengan nilai p= 0,000. 4.3 Ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sistolik pada wanita pra lansia di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabubaten Pemalang dengan nilai p= 0,044. 5. SARAN Peneliti yang akan datang hendaknya menambah jumlah variabel bebas yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada wanita pra lansia, seperti riwayat penyakit keluarga, aktivitas fisik, faktor stress, asupan makro dan mikro lainnya, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. 10

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, NR. 2011. Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Dinamikamedia. Jakarta. Astawan, M. 2007. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan, [Serial Online]. Diakses : 29 Mei 2015. Http://www.depkes.go.id. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Laporan Riskesdas Nasional tahun 2007 dan 2013. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Barton, Mathias dan Meyer, Matthias R. 2009. Postmenopausal Hypertension Mechanism And Therapy. Jurnal American Heart Association. 2009; 54:11-18. Diakses tanggal 21 April 2016. http://hyper.ahajournals.org/content/54/1/11.full.pdf Black, J.M & Hawks, J.H. 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Magament For Positive Outcomes. 7th edition. St louis:elsevier saunders. Cortas, K. 2008. May 11- last update, High Blood Pressure, (emedicine.com). Diakses : 2 Juni 2015. Http://www.emedicinehealth.com/high_blood_pressure/page2_ em.htm Fathina, UA. 2007. Hubungan Asupan Sumber Lemak Dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Artikel Penelitian. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta. Firdamila, E. 2009. Hubungan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buay Kota Madya Padang 2009. Skripsi. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Greenspan, FS., John DB. 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik (Basic and Clinical Endocrinology).Ed.4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Herlambang. 2013. Menakhlukan Hipertensi dan Diabetes. Tugu Publisher. Yogyakarta. Hull, A. 2001. Penyakit Jantung Hipertensi dan Nutrisi. Bumi Aksara. Jakarta. Iriani, W. 2014. Hubungan Asupan Lemak Total dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Isnawanti, SB. 2012. Hubungan Asupan Natrium, Magnesium, Kalium Dan Vitamin C Terhadap Tekanan Darah Pada Usia Produktif Di Lingkungan Rw 08 Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi. Skipsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Kelurahan Bojongbata. 2015. Buku Monografi Kelurahan Bojongbata. Pemalang. Kuswardhani. 2007. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam. Vol 7, No 2. Krummel, DA. 2004. Medical Nutrition Therapy In Hypertension. In: MahanK,Escott-Stump S. Krause s food, nutrition, & diet therapy. 11th edition.philadelphia: Saunders; p. 900-18. Muliyati, H. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium Serta Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP DR. Wahidin Sudiro Husodo. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar. Nugroho, H.W. 2009. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Kedokteran EGC. Jakarta. Palmer, A., & Williams, B. 2007. Simple guides tekanan darah tinggi. Erlangga:. Jakarta. 11

Price, A. S., Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit EGC. Jakarta. Proverawati, A. 2010. Menopause dan Sindrome Menopause. Nuha Medika. Yogyakarta. Sase, FA, Pramono A. 2013. Hubungan Durasi Aktivitas Fisik Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause. Journal Of Nutrition College, volume 2, nomor 2, tahun 2013, halaman 287-293 Susanto dan Masri SP. 2010. 60 Management Gems: Applying Management Wisdom In Life. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Widyaningrum, S. 2012. Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Skripsi. Jember: Progam Studi Gizi Masyarakat Universitas Jember. Widyaningrum, TA. 2014. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, Magnesium dan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kartasura. Skripsi. Surakarta: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 12