BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT SISWA MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PROFIL KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA SMP: PERBANDINGAN PADA DUA MODEL PEMBELAJARAN

Unnes Physics Education Journal

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

SUATU MODEL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

PENERAPAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA. Aden Arif Gaffar 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTRET PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN DI SMA. Ahmad Fauzi, Supurwoko, Edy Wiyono 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI PADA KONTEKS MATERI SEL AKI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

Model Pembelajaran Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

Jurnal Bio Educatio, Volume 2, Nomor 1, April 2017, hlm ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS II SD

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 83

84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian secara keseluruhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Hasil penelitian dan pembahasan meliputi implementasi model pembelajaran dalam pembelajaran materi tekanan yang meliputi ; (1) Peningkatan kemampuan kognitif; (2) Peningkatan keterampilan berpikir kreatif ; (3) Keterkaitan model Learning Cycle 5E dengan aktivitas guru dan siswa ; (4) Tanggapan siswa terhadap model Learning Cycle 5E. A. Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah skor hasil tes kemampuan kognitif dan skor hasil tes keterampilan berpikir kreatif, aktivitas guru dan siswa selama implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Adapun data lengkap dari tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada lampiran. 1. Peningkatan Kemampuan Kognitif Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan siswa materi tekanan, melalui tes kemampuan kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E, yang terdiri dari empat pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan pretes-postes, kemudian hasilnya dianalisis. Peningkatan kemampuan siswa setelah diterapkan model Learning Cycle 5E,dapat ditentukan dengan menghitung selisih persentase skor pretes-postes dan nilai effect size. Perhitungan persentase hasil pretes-postes kemampuan kognitif dapat dicari dengan menghitung jumlah skor dibagi skor ideal dikalikan dengan jumlah siswa dan hasilnya dikalikan dengan seratus. Sedangkan untuk menghitung persentase selisih skor pretes-postes adalah persentase postes dikurangi dengan persentase

85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diimplementasikan pembelajaran model Learning Cycle 5E setiap pertemuan menunjukkan hasil effect size dengan kategori besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model Learning Cycle 5E memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. 2. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah diimplementasikan pembelajaran model Learning Cycle 5E setiap pertemuan menunjukkan hasil effect size dengan kategori besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model Learning Cycle 5E memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa 3. Implementasi model Learning Cycle 5E, mempunyai keterkaitan dengan aktivitas guru dan siswa dalam fase-fase pembelajaran yang telah direncanakan, dan sudah terbukti siswa lebih mudah untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan terbiasa terlatih untuk keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajarn maupun menyelesaikan soal latihan. 4. Siswa mempunyai tanggapan yang positif, dengan pembelajaran model Learning Cycle 5E. Implementasi model ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran IPA, khususnya fisika pada materi tekanan dapat dipelajari dengan mudah, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

86 DAFTAR PUSTAKA Alnurjanah. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTs. Bandung : SPS UPI. Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. (2013).Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bybee, W.R dan Trowbridge, L.W. (1996) Teaching Secondary School Science : Strategies for Develoving Scientific Literacy. New Jersey :Merrill Publishing Cheng, K. (2004). Using an Online Homework System Enhances Students Learning Of Physics Consepts in an Introdutory Physics Couse Journal American Association of Physic Teacher. 72,11,1447-1453. Carin, A.A. (1993). Teaching Science Through Discovery. Seventh Edition.New York : Mcmillan Publishing Company. Cohen, J. (1992). A Power Primer. Psychological Bulletin. 112 (1), hlm.155-159. Dahar. R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Djamaroh. S.B. (2005) Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Dunst, C.J., dkk. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizes for Practice- Based Research Syntheses. Centerscope. 3(1).hlm.1-10. Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah. Fikriyati, A. (2013). Pembelajaran Koloid Berbasis Learning Cycle 7E dengan Metode Praktikum untuk Meningkatkan Kerampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Bandung: UPI. Tidak Diterbitkan. Fraenkel, J.R, Wallen, N.E, & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education (eight ed). New York: Mc.Graw-Hill. Furqon. (2011). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Hanuscin, D.L. & Lee, H.M. (2008). Using the Learning Cycle as a Model for Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teacher. Journal of Elementary Science Education, Vol.20, No.2.

87 IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Oleh HERU PURWANTI NIM 1204853 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

88 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan semakin lama semakin berkembang dengan pesat, demikian pula dengan Sains/Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah banyak memberikan manfaatnya dalam kehidupan dan kebutuhan manusia. Namun demikian masih banyak tantangan yang semestinya kita hadapi dalam perkembangannya, terutama kalangan pendidikan untuk menyiapkan generasi yang peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ini. Pemerintah dalam memperhatikan Pendidikan telah mengeluarkan Undangundang Nomor 23 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional, yang mempunyai tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menghasilkan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, telah dipakai dalam pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah. KTSP ini masih dipakai walaupun pada tahun 2014 sudah ada kurikulum tahun 2013.Hal ini disebabkan kurikulum tahun 2013 masih belum semua sekolah memakainya, hanya beberapa sekolah saja yang menerapkan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa hasil prestasi siswa belum sesuai yang diharapkan. Hal ini karena kurangnya fasilitas guru untuk melatihkan kemampuan kognitif pada level yang lebih tinggi. Walaupun sudah diterapkan sampai tingkat aplikasi konsep, tetapi masih sederhana dan belum komplek. Siswa belum terlatih keterampilan berpikir kreatif. Sehingga akan menyebabkan minat belajar dan motivasi siswa berkurang, belajar hanya sekedar menghafal, metode pembelajaran yang kurang menarik, dan model pembelajaran yang tidak bervariatif, sehingga hasil prestasi siswa bisa menurun. Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa pelajaran IPA tidak menyenangkan, sulit untuk dipahami, memerlukan waktu yang lama untuk dimengerti, karena banyak istilah-istilah dalam bahasa latin, banyak rumus fisika,

89 BAB II MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN KETERKAITAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI TEKANAN A. Pembelajaran Model Learning Cycle 5E Pengajaran Model Learning Cycle pertama kali oleh Robert Karplus dan rekan-rekannya di akhir tahun 1960 yang diimplementasikan dalam kurikulum Science ( Qurareh, 2012), dikembangkan oleh Their pada tahun 1967 untuk Science Curriculum Improvement Study (SCIS) dan berbasis pendekatan pengajaran ( Nuhoglu & Yalcin, 2006 ; Hanuscin dan Lee, 2008), telah dianggap sebagai filsafat pengajaran umum dan pembelajaran kontruktivisme, dipandang sebagai orientasi terhadap pengajaran ( Liu, Peng, Wu & Lin, 2009) dan melihat bagaimana cara mengajar dan terjadinya belajar atau cara berfikir tentang belajar ( Yilmaz, Cavas, 2006). Metode pembelajaran Learning Cycle didasarkan pada teori Piaget ( Yilmaz, Cavas, 2006; Nuhoglu & Yalcin, 2006). Pengajaran Model Learning Cycle dikembangkan pada awal tahun 1990 dalam proyek Biologi oleh komite Studi Sains yang dirancang oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS), mencapai hasil yang baik dalam pengajarn sains ( Qarareh, 2012). Pada awalnya Model Learning Cycle terdiri dari 3 tahapan: eksplorasi, pencapaian konsep dan aplikasi ( Nuhoglu & Yalcin, 2006; Hanuscin & Michele Lee., 2008; Qarareh, 2012). Berkembang menjadi 4-E yang terdiri dari : Eksplorasi, Eksplanasi, Ekspansi dan Evaluasi ( Yilmaz, Cavas, 2006). Sekarang telah berkembang menjadi 5-E yang meliput 5 fase : Engagement, Explorasi, Explanasi, Elaborasi Evaluasi ( Hanuscin & Lee, 2008; Liu, Peng, Wu & Li, 2009; Mughal & Zafar, 2011; Qarareh, 2012). sehingga Model Learning Cycle memiliki beberapa tahapan dalam pembelajaran diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Adapun tahapan-tahapan 5E dalam Learning Cycle adalah : 1. Engagement, tahap Engagement dirancang untuk membantu siswa dalam memahami tugas belajar dan membuat hubungan antara berbagai pengalaman belajar. Guru menilai pengetahuan awal siswa dan melibatkan

90 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subyek dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMPN di Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Subyek penelitian menurut Arikunto (2009) adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Subyek dalam penelitian seluruh siswa kelas VIII, yang terdiri dari 5 kelas. Menurut Arikunto (2013) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, dan semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, bermaksud untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII pada salah satu SMPN yang terdiri dari 5 kelas paralel. Sampelnya kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 20013/2014. B. Desaian Penelitian Desain penelitiannya The One-Group Pretest-Postest Design menurut Fraenkel (2012) adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Desaian Penelitian Pretes Perlakuan Postes O 1, O 2 X O 1, O 2 Keterangan : X = perlakuan model pembelajaran Learning Cycle 5E O 1 O 2 = kemampuan kognitif = keterampilan berpikir kreatif

91 1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diimplementasikan pembelajaran model Learning Cycle 5E setiap pertemuan menunjukkan hasil effect size dengan kategori besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model Learning Cycle 5E memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. 2. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah diimplementasikan pembelajaran model Learning Cycle 5E setiap pertemuan menunjukkan hasil effect size dengan kategori besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model Learning Cycle 5E memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa 3. Implementasi model Learning Cycle 5E, mempunyai keterkaitan dengan aktivitas guru dan siswa dalam fase-fase pembelajaran yang telah direncanakan, dan sudah terbukti siswa lebih mudah untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan terbiasa terlatih untuk keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajarn maupun menyelesaikan soal latihan. 4. Siswa mempunyai tanggapan yang positif, dengan pembelajaran model Learning Cycle 5E. Implementasi model ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran IPA, khususnya fisika pada materi tekanan dapat dipelajari dengan mudah, menyenangkan dan bermakna bagi siswa. B. Saran Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan tentang implementasi model Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan

92 kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi tekanan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Implementasi model Learning Cycle 5E memerlukan penguasaan materi dan langkah-langkah yang matang dalam menyusun rencana pembelajaran. 2. Sebaiknya guru mengadakan penilaian dalam setiap fase-fase model Learning Cycle 5E tidak hanya pada fase tertentu, untuk mengamati siswa belajar dan mengevaluasi kemajuan siswa. 3. Pada fase Engagement diharapkan guru menghadirkan fenomena-fenomena yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebaiknya disusun dengan menggali kreatif siswa sendiri, bukan kreatifitas guru. Misalnya membuat prosedur pengamatan yang dirancang oleh siswa, sehingga dapat terlatih untuk berpikir kreatif. 5. Guru sebaiknya mempunyai kreativitas dalam merancang, mengelola kelas dan melaksankan pembelajaran yang terencana dan terorganisasi. 6. Waktu untuk melakukan implementasi dengan model ini, memerlukan waktu yang cukup, supaya fase-fase pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 7. Adanya pengarahan dan motivasi kepada siswa, tentang model pembelajaran yang akan diterapkan sehingga siswa belajar dengan serius, menggunakan waktu seefektif mungkin dalam melakukan percobaan, berdiskusi, unjuk kerja dan mengerjakan pretes-postes.