BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 PENGARUH PEMAHAMAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME PENGUNJUNG TAMAN TERAS CIKAPUNDUNG DAN TAMAN LANSIA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 1. LATAR BELAKANG

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

Batu menuju KOTA IDEAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu kota menjadikan ruang terbuka publik semakin sedikit. Padahal, ruang terbuka publik di perkotaan sangat besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat di dalamnya. Secara rinci dipertegas dengan pasal 29 yang merupakan kelanjutan pasal 28 bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dan proposi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20%. Sedangkan ruang terbuka menurut Shirvani (1987:27): Ruang terbuka merupakan semua lanskap perkotaan (jalan trotoar), taman dan ruang rekreasi di daerah perkotaan. Ruang publik terjadi karena kebutuhan akan adanya tempat pertemuan bersama. Sedangkan RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur 1 dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja ditanam. Keberadaan ruang terbuka publik merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. Ruang terbuka publik sejatinya ditujukan untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan dan mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Tak hanya itu, ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati dan pengendali tata air serta tak ketinggalan sebagai sarana estetika kota. Peran ruang publik bagi masyarakat sangatlah penting. Tidak hanya menyankut tata ruang fisik lingkungan, ruang publik juga mengemban fungsi

2 sosial dan kultural yang sangat tinggi seperti yang dikemukakan oleh Budiharjo dan Sujarto (1999:34), ruang publik merupakan: tempat dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan, bahkan dapat pula mengarah pada jenis kegiatan hbungan sosial lainnya seperti untuk jalan-jalan, melepas lelah, bersantai-santai, pertemuan akbar pada saat tertentu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan dengan tempat-tempat perdagangan. Saat ini fungsi rekreasi di Taman RA.Kartini sudah cukup baik, karena pada akhir pekan banyak pengunjung yang datang bersama keluarga khususnya di pagi hari untuk bermain ataupun berolahraga, atau hanya sekedar jalan-jalan santai. Tak jarang juga banyak komunitas yang datang berkumpul dan berlatih di taman seperti persatuan pencak silat, kelompok senam, komunitas sepeda, dan beberapa komunitas lainnya. Pengunjung yang datang ke taman sebagian besar merupakan penduduk Kota Cimahi, namun tak jarang jga banyak pengunjung yang datang dari luar Kota Cimahi. Disisi lain, ketersediaan ruang terbuka publik yang minim di suatu kota dapat mengakibatkan masalah sosial sebagai akibat dari kurangnya sosialisasi dan waktu bersama antar masyarakat. Tidak hanya itu, anak-anak tidak lagi memiliki tempat bermain di ruang terbuka dan memiliki keterbatasan ruang yang sangat sempit. Sehingga toleransi antar masyarakat semakin berkurang dan busaya kebersamaan semakin hilang. Selain itu juga, dengan terbatasnya ruang terbuka di suatu kota menjadikan masyarakat kurang memiliki ruang gerak yang bebas untuk mengekspresikan kebebasan mereka atau memerlukan tempat untuk bersantai untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari misalnya bekerja. Kota Cimahi merupakan salah satu kota industri di Jawa Barat. Dalam perkembangannya Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang petumbuhannya pesat baik dalam pertumbuhan ekonomi bahkan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Cimahi (2013) jumlah penduduk Cimahi sebanyak 570.991 jiwa. Sedangkan luas Kota Cimahi 4.000 ha. Semakin meningkatnya jumlah penduduk Kota Cimahi semakin sempit juga jumlah ruang terbuka hijau yang tersedia di Kota Cimahi. Ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan akan tempat tinggal pun semakin tinggi.

3 Berdasarkan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Cimahi Tahun 2012, ketersediaan RTH Kota Cimahi adalah seluas 609,00 Ha atau kurang lebih sebesar 15,09% dari luas kota tersebut. Sedangkan sesuai dengan arahan pemerintah pusat setiap kota seharusnya memiliki 30% RTH dari luas kota atau sekitar 1200 ha untuk Kota Cimahi. Oleh karena itu saat ini pemerintah Kota Cimahi mulai gencar mengembangkan RTH di kawasan Kota Cimahi. Taman kota merupakan salah satu fasilitas umum yang penting, terutama yang terdapat di sekitar kota yang disebut Taman Kota. Taman kota yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dapat mengantisipasi dampakdampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Taman kota juga dapat memberikan fungsi secara Ekologis yang merupakan paru-paru kota. Menurut Suntoro Wongso (2007:3), taman kota mempunyai banyak fungsi berkaitan dengan fungsi hidrologi, ekologi, kesehatan, estetika dan rekreasi. Diungkapkan pula bahwa taman dapat juga sebagai tempat berolahraga dan rekreasi yang mempunyai nilai sosial, ekonomi dan edukatif. Taman kota mutlak dibutuhkan oleh masyarakat kota, karena terdapat unsurunsur seperti keserasian, reaksi aktif ataupun pasif, nuansa rekreatf, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, habitat serta keseimbangan ekosistem. Kota yang sehat adalah masyarakatnya yang menghabiskan waktu luangnya untuk berkumpul di ruang terbuka, bukan di mall. Hingga tahun 2014 Kota Cimahi sudah memiliki kurang lebih 90 taman, meliputi taman kota, jalur hijau jalan, taman koridor jalan, dan taman kelurahan serta kecamatan. Berikut daftar taman berskala kota yang ada di Kota Cimahi: Tabel 1.1 Taman Skala Kota, Cimahi No. Taman Lokasi Luas (m 2 ) (Kecamatan) 1 Taman Cimenteng KONI Cimahi Utara 75.000,00 JABAR 2 Taman Alun-Alun Kota Cimahi Cimahi Tengah 4.584,60

4 3 Taman RA. Kartini Cimahi Tengah 8.354,60 Jumlah 87.939,20 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi (2013) Dari Tabel diatas, dapat dilihat ada tiga taman yang berskala kota yakni, Taman Cimenteng, Alun-Alun Kota Cimahi dan juga Taman RA. KArtini. Taman Kartini merupakan salah satu taman kota yang ada di Cimahi, pada jaman kolonial Belanda taman ini diberi nama taman Wilhelmina dimana nama tersebut diambil dari nama Ratu Kerajaan Belanda kala itu. Namun Keberadaan taman ini kurang diminati oleh masyarakat Kota Cimahi. Keberadaan ruang publik ini masih belum memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat Kota Cimahi. Padahal taman ini letaknya sangat strategis dan sangat sejuk karena banyak pohon rindang yang tumbuh di area taman. Minat masyarakat untuk datang ke area taman ini sangat minim mungkin dikarenakan fasilitas dan kenyamanan taman sangat kurang. Dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu ruang publik di lingkungan perkotaan belum cukup dimengerti oleh masyarakat. Menurut Professor Eko Budihardjo (2013:91), ruang terbuka memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Fungsi Umum a. Tempat bermain dan berolahraga, b. Tempat bersantai, c. Tempat komunikasi sosial, d. Tempat peralihan, tempat menunggu, e. Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan, f. Sebagai sarana penghubung antara tempat yang satu dengan tempat yang lain, g. Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan. 2. Fungsi ekologis a. Penyegaran udara, b. Menyerap air hujan, c. Pengendali banjir, d. Memelihara ekosistem tertentu, e. Pelembut arsitektur bangunan.

5 Dilihat dari fungsi tersebut, keberadaan ruang terbuka publik sangat berbanding terbalik dengan kenyataannya. Keengganan masyarakat untuk datang ke ruang terbuka publik tidak hanya didasari dengan kondisi fisik ruang tersebut, seperti kenyamanan fasilitas dan keamanan taman tetapi juga faktor status sosial yang memiliki kesan kurang gaul ketika mereka datang ke ruang terbuka publik, contohnya taman kota. Saat ini masyarakat kota lebih cennderung menghabiskan waktu luang mereka ke mall atau pusat perbelanjaan. Ruang terbuka yang seharusnya memiliki fungsi sebagai tempat berekreasi dan juga tempat bersosialisasi masyarakat kota, justru tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat kota. Padahal kegiatan rekreasi dapat dilakukan di ruang terbuka publik dan lebih bersifat positif. Berdasarkan Delianur (2000) jenis aktifitas rekreasi yang biasa terjadi pada ruang terbuka publik yang dilakukan seseorang atau kelompok antara lain aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif yang dapat dilakukan di ruang terbuka yaitu, berolahraga misalnya jogging, senam atau refleksi dan juga bermain. Sedangkan aktivitas pasif yang dapat dilakukan di ruang terbuka publik yaitu, duduk santai menikmati pemandangan, menghirup udara segar dan mencari ketenangan lingkungan. Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cimahi, Rita Sukendar, Kamis (11/4). Rita mengatakan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) harus memberikan perhatian yang serius terhadap masalah penerangan di Taman RA. Kartini. Sebab, taman yang merupakan ruang publik tersebut juga dapat menimbulkan perilaku menyimpang lainnya. Di antaranya sarana bermain anak, jalan setapak yang layak dan tidak becek, tempat sampah yang tersedia di beberapa sudut, dan penerangan yang cukup. ''Jika memungkinkan ramah dan dirancang untuk penyandang disabilitas,'' kata dia. Mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad), Dar (22 tahun) yang juga warga Cimahi mengatakan Taman Kartini bisa lebih bagus jika dirawat. Dia menilai saat ini fasilitas penerangan kurang. "Malah takut. Serem kalau pulang kuliah," kata dia.(sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/04/11/ml2pjlminim-penerangan-taman-kartini-berpotensi-rawan-kriminal. Online : 3 Maret 2015)

6 Saat ini pemerintah Kota Cimahi sedang berupaya untuk merevitalisasi taman taman di Kota Cimahi. Salah satunya Taman RA. Kartini. Pemerintah sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp. 1 Milyar yang akan digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan perbaikan fisik Taman RA. Kartini. Pemerintah sudah membuat MoU dengan TNI untuk revitalisasi Taman RA. Kartini ini dikarenakan Taman RA. Kartini adalah tanah milik TNI. Rencananya ada beberapa fasilitas umum yang akan ditambahkan disini seperti pedestrian, jogging track, tempat main anak, dan toilet umum. Tidak ada tematik khusus karena tujuannya Taman RA. Kartini dijadikan sebagai ruang publik yang multifungsi untuk masyarakat. (Sumber : Wawancara bersama Ade Ruhiyat (Kepala Bidang Pertamanan, Pemakaman dan Penerangan Jalan) pada tanggal 30 Maret 2015). Kenyamanan pengunjung merupakan modal utama untuk meningkatnya jumlah kunjungan suatu kawasan wisata. Dimana pengunjung dihadapkan dengan kualitas pelayanan yang ada di dalamnya, terutama mengenai fasilitasnya. Fasilitas yang tidak sesuai, kurang lengkap dan tidak nyaman menjadi faktor alasan keengganan pengunjung untuk datang ke Taman RA. Kartini. Berdasarkan uraian masalah diatas dan pengamatan penulis dilokasi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul : PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI. B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Keberadaan ruang publik di Kota Cimahi belum dimanfaatkan baik oleh masyarakat kota. Taman kota yang merupakan salah satu ruang publik kota belum diminati masyarakat untuk digunakan sebagai ruang rekreasi mereka. Fasilitas yang tersedia pun masih kurang mendukung bagi masyarakat untuk menghabiskan waktu luang mereka di kawasan taman kota. Maka berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Bagaimana fungsi ruang rekreasi di Taman RA. Kartini?

7 2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap fungsi rekreasi di Taman RA. Kartini? 3. Bagaimana upaya pengembangan Taman RA. Kartini sebagai ruang rekreasi publik di Kota Cimahi? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun beberapa tujuan utama dari penelitian ini, antara lain: 1. Menganalisis fungsi ruang rekreasi di Taman RA. Kartini. 2. Menganalisis persepsi pengunjung mengenai fungsi rekreasi di Taman RA. Kartini. 3. Menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Taman RA. Kartini sebagai ruang rekreasi publik di Kota Cimahi. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti, manfaat penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan pemahaman serta memiliki wawasan ilmiah dalam pengembangan ruang rekreasi publik khususnya taman kota. 2. Bagi Pemerintah, manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan taman kota sebagai ruang rekreasi publik yang dapat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat Kota Cimahi. 3. Bagi Pembaca, manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan ruang rekreasi publik di suatu tempat khususnya perkotaan. E. STRUKTUR ORGANISASI PENELITIAN Menginduk kepada penulisan yang tercantum dalam buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah terbitan Universitas Pendidikan Indonesia, berikut sistematika yang digunakan :

8 BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi mengenai teori yang digunakan selama penelitian dan kerangka penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan selama penelitian, mulai dari lokasi penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Hasil temuan selama penelitian akan dibahas dalam bab ini, dan akan diolah sesuai dengan teori yang berlaku. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini berisi mengenai kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan keseluruhan hasil penelitian dan mengajukan hal penting yang dapat bermanfaat dari hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Daftar sumber yang mendukung dalam penulisan skripsi.