Persentase Pemakaian Kondom pada Transaksi Seksual Terakhir pada WPS di Saritem Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIK KOMUNITAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DAN HIV/AIDS DI LOKALISASI BANYU PUTIH KABUPATEN BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

Kata kunci : Infeksi Menular Seksual, Resosialisasi Argorejo Pustaka : 28 buah ( )

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU MEMAKAI KONDOM UNTUK MENCEGAH IMS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

PERILAKU WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) DALAM MELAKUKAN SKRINING INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI LOKALISASI TEGAL PANAS KABUPATEN SEMARANG

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Oleh : Shamesh Baskaran

POLA HUBUNGAN SEKSUAL DAN RIWAYAT IMS PADA GAY DI BALI

Sugiarto Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu Jambi

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung, Dan Penguat Dengan Tindakan Penggunaan Kondom Pada WPS Untuk Pencegahan HIV/AIDS Di Kabupaten Serdang Bedagai

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN WPS DENGAN KEJADIAN IMS DI KLINIK IMS TUNJUNG BIRU TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Persentase Pemakaian Kondom pada Transaksi Seksual Terakhir pada WPS di Saritem Bandung 1 Bagus Wanda H, 2 Tony S. Djajakusumah, 2 Nugraha Sutadipura 1 Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, 2 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, 2 Dosen Fakultas Kedokteran Islam Bandung Email : bagus_wanda@rocketmail.com Abstract: Condoms are very important tool in the prevention of HIV/AIDS infection. Consistency in the use of condom can reduce the risk of infection of HIV/AIDS by 80%. Female sex worker (FSW) is one of the populations that have the highest risk for HIV/AIDS infection. Millennium Development Goals (MDGs) agreed in the Summitting in September 2000, which was later adopted by the United Nations (UN). One of criteria for achieving the MDGs is to stop the spread of HIV/AIDS infection. The purpose of this study was to determine the percentage of condom use in the FSW client to be compared with the success indicator of MDGs that should to reach 100%. The design of this study was cross sectional descriptive method by way through an interview conducted at Saritem on April 25, 2015. Data of 67 FSWs taken by consecutive sampling from FSWs population in Saritem. The results showed the use of a condom the last transaction was during the last sexual intercourse as big as 74.6% and FSWs that did not use condom the last transactions was 25.4%. The conclusion was the number of condom use was quite high although still not meet the criteria for the success of MDGs. Based on these results, there should be a better effort so that MDGs targets can be achieved. Keyword : condom, FSW, HIV/AIDS, MDGs Abstrak. Kondom merupakan suatu alat yang sangat penting dalam upaya pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS. Penggunaan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko dari infeksi HIV/AIDS hingga 80%. Wanita Penjaja Seks (WPS) merupakan salah satu populasi yang mempunyai risiko tertinggi untuk terkena infeksi HIV/AIDS. Millennium Development Goals (MDGs) telah disepakati pada bulan September tahun 2000, yang kemudian diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu kriteria pencapaian MDGs adalah untuk menghentikan penyebaran infeksi HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase penggunaan kondom pada transaksi seksual WPS untuk dibandingkan dengan indikator keberhasilan MDGs yaitu sebesar 100%. Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional dengan pengambilan data secara wawancara yang dilakukan di Saritem pada tanggal 25 April 2015. Data 67 WPS diambil dengan cara consecutive sampling pada populasi WPS di Saritem. Hasil penelitian ini menunjukkan pemakaian kondom saat melakukan hubungan seksual terakhir sebesar 74,6% dan yang tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual sebesar 25,4%. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah pemakaian kondom yang cukup tinggi walaupun masih belum memenuhi kriteria keberhasilan MDGs. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka harus ada upaya yang lebih baik agar target MDGs dapat tercapai. Kata kunci: HIV/AIDS, kondom, MDGs, WPS A. Pendahuluan Kondom adalah suatu selubung yang terbuat dari lateks yang dikenakan pada penis dalam keadaan ereksi atau vagina yang berperan sebagai pelindung untuk mencegah semen atau cairan pre ejakulasi pada saat penis di dalam vagina. 1 Kondom sangat efektif untuk mencegah penyebaran infeksi menular seksual (IMS) termasuk infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). 2 Penggunaan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko dari HIV dan IMS sebesar 80%. 3 76

Persentase Pemakaian Kondom pada Transaksi 77 Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan infeksi HIV/AIDS adalah penggunaan kondom pada Wanita Penjaja Seks (WPS). 4 WPS adalah wanita yang memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadiannya kepada pelanggannya untuk memuaskan nafsu seks pelanggannya dengan imbalan pembayaran. 5 Pada penelitian berupa survei sebelumnya di tempat lokalisasi Argorejo Semarang, didapatkan WPS yang menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual sebesar 56,3%. 6 Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di dunia sampai tahun 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah orang yang hidup dengan HIV mencapai 33,2-37,2 juta jiwa di Dunia. 7 Di negara maju jumlah infeksi baru HIV pada pertengahan tahun 1980-2011 mengalami penurunan dari 130.000 sampai 50.000 pertahun. 8 Infeksi HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 48% dari tahun 2005 sampai 2013. 9 Jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2013 di Indonesia mencapai 657.975 kasus sedangkan jumlah korban jiwa yang diakibatkan serangan AIDS mencapai 31.221 jiwa. 10 Jumlah orang yang terinfeksi HIV di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 sebanyak 13.507 jiwa dengan jumlah orang yang menderita AIDS mencapai 4.191 jiwa. 11 Millenium Develpoment Goals (MDGs) adalah tujuan Global Pembangunan Milenium. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada bulan September tahun 2000, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi deklarasi milenium ini. 12 Salah satu tujuan MDGs yaitu tujuan nomor 6 adalah memerangi infeksi HIV/AIDS untuk menghentikan penyebaran infeksi HIV/AIDS. 13 Berdasarkan salah satu indikator dari MDGs di atas, yaitu penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir yang berisiko tinggi, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai insidensi penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir pada WPS di tempat Saritem Bandung, Jawa Barat. Dengan hasil penelitian dapat menunjukkan tingkat keberhasilan salah satu capaian indikator MDGs yaitu penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir yang berisiko tinggi, khususnya di Saritem, Bandung, Jawa Barat. B. Metode Penelitian Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional untuk melihat persentase pemakaian kondom pada hubungan seksual terakhir pada klien wanita penjaja seks di saritem, Bandung Jawa Barat April 2015. Subjek penelitian adalah WPS di lokasi Saritem kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, RT/RW 7/09, Kotamadya Bandung dengan total populasi 300 WPS. Populasi dari penelitian dipilih dengan cara consecutive sampling sebanyak 67 WPS dan diambil pada tanggal 25 April 2015. C. Hasil Karakteristik yang telah diteliti adalah usia, pendidikan terakhir, dan tempat tinggal sebelum bekerja di Saritem. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

78 Bagus Wanda H, et al. Tabel 1 Gambaran Karakteristik Usia Usia Frekuensi Persentase (%) <20 tahun 13 19,40 20-35 tahun 53 79,10 > 35 tahun 1 1,50 Terlihat bahwa persentase WPS usia tertinggi berkisar pada usia 20-35 tahun berjumlah sebanyak 53 orang (79,10%). Tabel 2 Gambaran Karateristik Pendidikan Terakhir Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 19 28,36 SMP 43 64,18 SMA 5 7,46 Persentasee WPS pendidikan terakhir tertinggi adalah SMP berjumlah sebanyak 43 orang (64,18%). Tabel 3 Gambaran Karateristik Asal Asal Frekuensi Persentase (%) Bandung 6 8,96 Banten 1 1,49 Cilacap 2 2,99 Garut 2 2,99 Indramayu 37 55,22 Jakarta 1 1,49 Klaten 1 1,49 Majalengka 1 1,49 Subang 6 8,96 Sukabumi 1 1,49 Sumedang 6 8,96 Tegal 1 1,49 Wonogiri 1 1,49 Wonosobo 1 1,49 Persentase tempat tinggal sebelumttinggal di Saritem tertinggi adalah Indramayu berjumlah sebanyak 37 orang (55,22%). Tabel 4 Persentase Klien WPS yang Memakai Kondom saat Hubungan Seksual pada Transaksi Terakhir WPS Frekuensi Persentase (%) Memakai kondom 50 74,6 Tidak memakai kondom 17 25,4 Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Persentase Pemakaian Kondom pada Transaksi 79 Persentase WPS yang memakai kondom pada transaksi terakhir tertinggi sebanyak 50 orang (74,6%), sedangkan yang Tidak Menggunakan Kondom pada Transaksi Terakhir sebanyak 17 orang (25,4%). Tabel 5 Jumlah Klien WPS saat Hubungan Seksual pada Hari Terakhir Klien Frekuensi Persentase < 3 17 25,37 3-5 44 65,67 > 5 6 8,96 persentase jumlah klien WPS pada hari terakhir tertinggi berkisar 3-5 klien dengan jumlah sebanyak 44 orang (65,67%). Tabel 6 Jumlah Klien WPS dengan Memakai Kondom saat Hubungan Seksual pada Hari Terakhir Kondom Klien WPS Jumlah Klien Memakai Kondom Tidak Memakai Kondom < 2 17 40 17 (10,89%) 23 (29,87%) 2-4 45 165 114 (73,08%) 51 (66,23%) > 4 5 28 25 (16,03%) 3 (3,90%) Total 67 233 156 77 persentase jumlah klien WPS dengan memakai kondom pada hari terakhir sebanyak 233 orang, klien yang tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seks dengan WPS sebanyak 77 orang. D. Pembahasan Untuk mencapai perlindungan yang maksimal, maka kondom harus digunakan secara konsisten dan benar. Penggunaan kondom secara tidak konsisten masih berisiko terinfeksi IMS karena penularan dapat terjadi meskipun hanya melakukan hubungan seksual berisiko hanya saja satu kali. Penggunaan kondom yang tidak benar meskipun dilakukan secara konsisten, efek perlindungannya akan berkurang. 14 Banyak orang yang berisiko terhadap infeksi HIV dan IMS karena tidak menggunakan kondom. Sebagian orang tidak menyadari terhadap risiko infeksi dan sebagian tidak mengerti bagaimana cara melindungi diri mereka sendiri. 3 MDGs memiliki delapan tujuan meliputi penaggulangan kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, memastikan kelestarian lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. 15 Untuk mengevaluasi keberhasilan pengendalian penyebaran HIV/AIDS, MDGs memiliki indikator yaitu prevalensi HIV dikalangan populasi yang berusia 15-24 tahun, penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir yang berisiko tinggi, proporsi dari populasi dengan usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS, dan rasio kehadiran anak yatim dan anak non yatim di sekolah pada usia 10-24 tahun. 13 Seluruh target MDGs harus sudah tercapai pada tahun 2015. 16 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

80 Bagus Wanda H, et al. Pada penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa usia WPS tertinggi berkisar pada usia 20-35 tahun (79,10%) dan tingkat pendidikan WPS dari yang berpendidikan paling tinggi adalah pendidikan SMP yaitu berjumlah 43 orang (64,18%). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang itu menerima informasi yang diberikan, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat pengetahuan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diterapkan. Hal ini berkaitan dengan materi sebuah penyuluhan untuk memilih sebuah keputusan. Dari pemahaman itu WPS mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka untuk menggunakan kondom atau tidak. 17 Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan asal WPS paling banyak berasal dari Indramayu dengan jumlah 37 orang (55,22%). Tingginya WPS yang berasal dari Indramayu disebabkan karena beberapa faktor seperti kemiskinan dan minimnya lapangan pekerja di Indramayu. Wanita Indramayu melakukan pekerjaan ini karena adanya motif biologis untuk memenuhi kebutuhan seperti kebutuhan akan makanan dan minuman, kebutuhan untuk memelihara kelangsungan hidup. Kebutuhan biologis ini dapat terpenuhi dengan adanya stabilitas ekonomi dan rumah tangga. Sehingga wanita Indramayu memilih pekerjaan yang ada dan dapat memberikan stabilitas hidup seperti prostitusi. 18 Pada penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa WPS yang memakai kondom saat transaksi terakhir berjumlah 50 orang (74,6%). Risiko terbesar dari tertularnya HIV adalah dengan cara hubungan seks tanpa pelindung. Kelompok utama berisiko tinggi adalah WPS. Tingginya risiko terhadap HIV karena rendahnya penggunaan kondom. 16 Kurangnya pemakaian kondom disebabkan karena sebagian orang tidak menyadari risiko infeksi dan tidak mengerti cara melindungi diri mereka sendiri. Pentingnya penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual dapat mengurangi risiko terkenanya HIV dan infeksi menular seksual sebesar 80%. 3 Jumlah WPS dengan transaksi seks 3-5 orang klien adalah 44 orang. hal ini menunjukkan bahwa klien WPS sampai saat ini masih tinggi. Keadaan ini akan menimbulkan risiko penularan HIV/AIDS bila transaksi seks tersebut tidak memakai kondom. 17 Sebanyak 156 orang menggunakan kondom dan sebanyak 77 orang tidak memakai kondom. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian kondom pada transaksi seks sudah mulai mengalami peningkatan tetapi masih belum mencapai target. Belum tercapainya penggunaan kondom mungkin disebabkan karena rendahnya pendidikan para WPS yang bekerja di lokasi Saritem. Sehingga tingkat pengetahuan akan manfaat kondom masih belum tercapai. Hal lain yang menyebabkan belum tercapainya penggunaan kondom adalah banyaknya klien yang menolak memakai kondom, meskipun WPS sudah meminta transaksi untuk memakai kondom. Beberapa faktor yang memengaruhi penggunaan kondom, antara lain akses untuk mencapai kondom, penjangkauan dan cara penggunaan kondom yang benar. Pada WPS yang mengetahui bahwa kondom dapat mencegah penularan HIV cenderung menggunakan kondom secara konsisten. 19 E. Kesimpulan WPS yang bekerja di lokasi Saritem Bandung mayoritas berusia 20-35 tahun sebesar 79,10%, berpendidikan SMP sebesar 64,18%, dan berasal dari Indramayu sebesar 55,22%. Klien WPS yang memakai kondom pada transaksi terakhir sebesar 74,6%. Hasil ini menunjukkan masih belum tercapainya indikator dari MDGs. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Persentase Pemakaian Kondom pada Transaksi 81 F. Ucapan Terimakasih Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. M. Thaufiq Siddiq Boesoeri, M.S., SpTHT-KL(K) sebagai Rektor Universitas Islam Bandung. Kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr,. AIF. DAFTAR PUSTAKA Act M. Working with Women in Prostitution. A Critical Dimension of HIV prevention. gender health. 2003.USA: Center For Health and Gender Equity. Sarah B, Gay J, Pawlak PM. Comprehensive hiv prevention: condom and contraceptives count. International PA. Circumcision. 2008. washington: Population Action. The United Nations Population Fund. condom programming service providers. World Health Organization. New York, 2005. USA: The United Nations Population Fund. Yustina I. Kemampuan Tawar Pekerja Seks Komersial Dalam Penggunaan Kondom Untuk Mencegah Penularan Hiv / Aids Di Jalan Lintas Sumatera Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara the Bargaining Power of Commercial Sex Workers in Using Condom. 2010. Sumatera Utara; 26(1):22 8. Setiawan R. persona pada pekerja seks komersial wanita di lokalisasi Jarak Surabaya. 2013. Malang; 1:1 23. Dbd PS. Konsistensi Penggunaan Kondom oleh Wanita Pekerja Seks/Pelanggannya, Jurnal Kesehatan Masyarakat. J Kesehat Masy. 2013;8(2):113 20. unaids. Epidemiology Graphy and Charts. 2014;(July). From: http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/document/2014/2014ga preportslides/01_epi_slides_2014july.ppt Scope T. today s HIV/AIDS epidemic cdc estimates that 1. 1 million people in the United States are living with The Scope and Impact of HIV in the United States. Today HIV/AIDS Epidemic, editor. USA: Center for Disease Control; 2014. Global Wind Energy Council. Global statistics. Fact Sheet, editor. USA: United Nations Programme on HIV/AIDS; 2014. Kesehatan K, Indonesia R. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016. Depkes. Indonesia: kementrian kesehatan republik indonesia; 2013. Indonesia M of H. Statistik Kasus hiv/aids di Indonesia Dilapor s/d Desember 2013 Cases of hiv/aids in Indonesia Reported thru December 2013. Directorate General CDC and EH. Indonesia: Statistik kasus HIV/AIDS; 2013. Report P. Millennium Development Goals. United Nations Development Programme. Jakarta: Paragraph World; 2006. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

82 Bagus Wanda H, et al. United Nations. Millennium Development Goals. EriseeOrg [Internet]. 2001;1 287. From: http://www.erisee.org/sites/default/files/unesco-education for Sustainable Development and the Millennium Development Goals(2009).pdf Kelly J. Condoms and STDs. Centers of Disease Control, editor. British Journal of Hospital Medicine. 2013. USA: Departement Of Health and Human Service. Si ASM. Strategi dan inovasi pencapaian mdgs 2015 di Indonesia. 2015;16. Available from: http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201236.pdf Stalker P. Millenium Development Goal. Niger J Clin Pract [Internet]. 2008;14:318 21. From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22168915 Soffiya A, Mardiyaningsih E. Gambaran penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi sukosari kecamatan bawen kabupaten semarang. 2009;112 9. Indonesia U, Ilmu F, Dan S, Politik I, Komunikasi DI. FAKTOR-FAKTOR PERSONAL DAN SITUASIONAL PENDORONG KETERLIBATAN WANITA INDRAMAYU DALAM PROSTITUSI MAKALAH NON SEMINAR. 2014. From: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368881-mk-anthony.pdf Sianturi SA. Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung, Dan Penguat Dengan Tindakan Penggunaan Kondom Pada WPS Untuk Pencegahan HIV / AIDS Di Kabupaten Serdang Bedagai The Relationship Between Predisposing, Supporting, And Rein- forcing Factors And The Use Of Condom. 2013;1(April). Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)