BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN SERVISITIS PADA WANITA PEKERJA SEKS (WPS) DI LOKALISASI SUNAN KUNING KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

PERILAKU PENCEGAHAN SERVISITIS DENGAN PEMERIKSAAN SKRINING DI KELURAHAN KALIBANTENG KULON LEBDOSARI SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Nurjannah, SKM Sub Direktorat AIDS&PMS Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

Kata kunci : Infeksi Menular Seksual, Resosialisasi Argorejo Pustaka : 28 buah ( )

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina normal menuju uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai pertahanan diri dari masuknya organisme lain yang merugikan kesehatan, yaitu pada serviks uteri yang mengeluarkan lendir dan dapat mengental di bagian bawah sehingga menghambat masuknya bakteri menuju kavum uteri dan merupakan upaya untuk menghalangi infeksi. Infeksi masih dapat terjadi meskipun pertahanan terhadap infeksi sudah dilakukan. Pada beberapa infeksi organ reproduksi wanita seperti gonore, sifilis, ulkus mole, granuloma inguinal serta pada tuberkulosis, dapat ditemukan adanya peradangan pada serviks atau yang disebut servisitis. Servisitis adalah peradangan pada selaput lendir canalis cervikalis. Peradangan ini disebabkan epitel selaput canalis cervicalis yang hanya terdiri dari satu lapisan silindris sehingga mudah terjadi infeksi. Servisitis disebabkan oleh infeksi menular seksual ( IMS ), jamur dan bakteri. 1) Infeksi pada kelenjar serviks juga dapat mempermudah terjadinya infeksi pada organ genital lainya yang lebih tinggi lagi seperti uterus, tuba fallopi atau bahkan sampai ke ovarium sehingga dapat 1

2 mengganggu organ genitalia tersebut atau bahkan tidak dapat berfungsi sama sekali kata lain terjadinya infertilisasi. Faktor risiko untuk terkena servisitis yaitu berganti-ganti pasangan seksual, merokok, human papilloma virus (HPV) atau HIV. 2) Penyakit servisitis masuk dalam golongan penyakit infeksi menular seksual ( IMS ), karena penularan dan penyebaran IMS sangat mudah terjadi melalui hubungan seksual. Pola perilaku seksual dalam seks komersial yang tidak terlepas dari perilaku berganti ganti pasangan seksual menempatkan pekerja seks dan pengguna jasanya rentan terkena World Health Organization ( WHO ) memperkirakan pada tahun 1999 terdapat 350 juta penderita baru IMS di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, Asia Tenggara dan Amerika Latin. Di penyakit IMS tersebut yaitu gonorea (62 juta). Klamidia (92 juta), sifilis (12 juta), trikomoniasis (174 juta). Servisitis tergolong dalam kelompok IMS (Infeksi Menular Seksual) yang dalam tingkat keparahanya akan menjadi pintu masuk seseorang untuk terinfeksi HIV. Dalam kaitanya infeksi HIV AIDS, United States Burcau of Census pada 1995 mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi IMS-nya, ternyata tinggi pula prevalensi HIV AIDS dan banyak ditemukan perilaku seksual beresiko tinggi. Salah satu kelompok seksual yang beresiko tinggi terkena IMS adalah perempuan pekerja seks. (WPS). 3) Wanita Pekerja Seksual (WPS) merupakan seseorang yang menjual jasanya, yaitu dalam bentuk melakukan hubungan seksual guna mendapatkan imbalan berupa uang. Pekerjaan tersebut selain dirasa

3 meresahkan juga menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan karena diduga sebagai penyebar penyakit menular akibat perilaku seksual. Penyakit menular seksual dapat terjadi apabila melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan pengaman atau kondom. WPS merupakan suatu pekerjaan yang menjual jasanya untuk memuaskan pelanggan. Biasanya pelayanan yang diberikan adalah berupa penyewaan tubuhnya guna memuaskan kebutuhan seksual pelanggannya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2003 menyebutkan bahwa kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi. Dinas Kesehatan Kota Semarang melaporkan bahwa pada tahun 2005 jumlah penderita infeksi saluran reproduksi (ISR) di Semarang sebanyak 24 penderita servisitis, 44 penderita bacterial vaginosis, 26 penderita candidiasis. Kemudian pada tahun 2006 mengalami kenaikan jumlah penderita yaitu pada kasus servisitis sebanyak 4375 penderita, bacterial vaginosis sebanyak 249 penderita, candidiasis sebanyak 63 penderita, trichomonas vaginalis 81 penderita. Dan pada tahun 2007 mengalami penurunan yaitu pada kasus servisitis 721 penderita, candidiasis 10 penderita, tricomonas vaginalis 2 penderita, akan tetapi pada kasus bacterial vaginosis mengalami peningkatan dari tahun 2006 yaitu sebanyak 411 penderita. Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010, mencatat bahwa di 3 klinik IMS yang terdapat di Kota Semarang mengalami penurunan kunjungan kasus IMS pada bulan Desember jika dibandingkan bulan Januari. Angka kunjungan klinik IMS Griya Asa turun, dari semula

4 43% menjadi 30%, yang berarti mengalami penurunan sebesar 13%. Angka kunjungan klinik IMS Puskesmas Mangkang turun, yang semula 22 % menjadi 19 %, yang berarti mengalami penurunan sebesar 3%. sedangkan di klinik Puskesmas Lebdosari turun angka kunjungan pasiennya yang semula 41 % menjadi 14 %, mengalami penurunan sebesar 27%. 4) Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011, menunjukan data hasil grafik penderita IMS yang berobat ke Rumah Sakit Kota Semarang dari tahun 2005 sampai tahun 2010, bahwa angka servisitis berada pada peringkat pertama yaitu sekitar 5111 jiwa. Dari beberapa macam penyakit IMS yang ditemukan di Kota Semarang, pada tahun 2010 Puskesmas Lebdosari memiliki angka servisitis tertinggi yang terdapat di kelurahan Kalibanteng Kulon. 4) Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014, menunjukkan hasil grafik pada buku pelaporan tahunan tentang kasus IMS di klinik IMS kota Semarang tertinggi yaitu servisitis/ proctitis sebanyak 2117 kasus. Kasus tersebut terdiri dari 2 kasus servisitis/ proctitis pada laki-laki dan 2115 kasus servisitis/ proctitis pada perempuan. 4) Puskesmas Lebdosari tahun 2015 mencatat dari hasil pemeriksaan skrining klinik IMS pada bulan Juli terdapat 111 (74%) kasus servisitis pada wanita pekerja seksual, dan pada bulan Agustus terdapat 114 (76%) kasus servisitis pada wanita pekerja seksual, pada bulan September terdapat 116 (77,3%) kasus servisitis pada wanita pekerja seksual, yang terdiri dari umur 15-19 tahun sebanyak 34 (22,6%) kasus, usia 20-24 tahun sebanyak 88 (58,6%) kasus, usia 25-49

5 tahun sebanyak 131 (87,3%) kasus, dan pada usia lebih dari 50 tahun terdapat 2 (1,3%) kasus. Dari hasil survey data awal dapat diketahui bahwa kasus servisitis cukup tinggi dan selalu mengalami peningkatan akibat adanya kekambuhan yang terus berulang. Dari hasil survey awal yang diperoleh wawancara beberapa WPS di lokalisasi Sunan Kuning menyebutkan bahwa kepatuhan menggunakan kondom kepada pelanggan masih cukup rendah yaitu 3 dari 5 WPS mengaku tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual kepada pelanggan. Kebersihan perorangan pada WPS juga cukup rendah adanya hasil wawancara yang menyebutkan 3 dari 5 WPS mengaku jarang mencuci vagina setelah berhubungan seksual pelanggan, dan jarang mengganti pembalut ketika menstruasi. Dengan semakin meningkatnya servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang serta selalu menjadi penyakit IMS utama di klinik IMS Puskesmas Lebdosari Kota Semarang dan belum adanya penelitian sebelumnya yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan terjadinya kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang. B. Perumusan Masalah Pada penelitian ini penulis ingin melakukan penelitian tentang Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan

6 kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik (umur, tingkat pendidikan, kota asal) wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. b. Mengetahui kebersihan perorangan, kepatuhan pemakaian kondom, jumlah pelanggan, lama kerja, penggunaan alat kontrasepsi intra uterine, dan pemeriksaan skrining pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. c. Mengetahui kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. d. Mengetahui hubungan kebersihan perorangan kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016.

7 e. Mengetahui hubungan kepatuhan pemakaian kondom kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. f. Mengetahui hubungan anatara jumlah pelanggan kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. g. Mengetahui hubungan keberadaan pacar kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. h. Mengetahui hubungan lama kerja kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. i. Mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi intra uterine kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. j. Mengetahui hubungan pemeriksaan skrining kekambuhan servisitis pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan kekambuhan servisitis. Dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi klinik IMS untuk

8 merencanakan program kesehatan dalam rangka pencegahan terjadinya kekambuhan servisitis sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan IMS utamanya servisistis. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu dibidang ilmu kesehatan serta memperluas hasil penelitian - penelitian sebelumnya. 3. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat tentang faktorfaktor yang berhubungan kekambuhan servisitis, sehingga dapat melakukan pencegahan kekambuhan penyakit servisitis tersebut. E. Keaslian Penelitian Penelitian berjudul faktor-faktor yang berhubungan kekambuhan servisitis pada Wanita Pekerja Seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. Dari penelusuran kepustakaan, diperoleh beberapa penelitian yang hampir sama namun berbeda yang dilakukan oleh beberapa peneliti, lain :

9 Judul/Penelitian/ No Lokasi Penelitian 1. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wnita Pekerja Seks (WPS) Usia 20-24 Tahun di Resosiasi Argorejo Semarang Nama Peneliti Choiriya h Febiyanti n Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tahun Desain Variabel Hasil 2014 Cross section al Variabel Bebas : Faktor- Faktor Variabel Terikat : Infeksi Menular Seksual (IMS) 1.Ada Usia 2.Tidak ada Tingkat Pendidikan 3.Ada Jumlah Pelanggan 4.Ada Pengetahu an tentang penyakit IMS 5.Ada Sikap terhadap IMS dan

10 pencegaha n 6. Tidak ada Praktik penggunaa n kondom 7.Ada Lama kerja menjadi WPS 2. Antara Sikap Wanita Usia Subur (usia 20-35 tahun) Terhadap Perilaku Pencegahan Servisitis Dengan Pemeriksaan Skrining di Kelurahan Kalibanteng Kulon Lebdosari Semarang Freya Nazera Iskandar 2013 Cross Section al Variabel Bebas : Sikap Variabel Terikat : Pencegah an Servisitis 8.Tidak Ada Pemeriksa an kesehatan Ada sikap wanita usia subur pencegaha n servisitis

11 Beberapa hal yang membedakan penelitian ini penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah : 1. Penelitian ini dilakukan pada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Freya Nazera Iskandar dilakukan pada wanita usia subur (20-35 tahun) di kelurahan Kalibanteng Kulon Lebdosari kota Semarang. 2. Variabel dalam penelitian ini yang tidak ada pada penelitian sebelumnya yaitu kekambuhan servisitis. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini meliputi materi Ilmu Kesehatan Masyarakat kajian Epidemiologi Penyakit Menular. 2. Ruang Lingkup Materi Materi ini ditunjukan terhadap keadaan faktor-faktor yang berhubungan kekambuhan servisitis pada Wanita Pekerja Seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2016. 3. Ruang Lingkup Metode Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan metode wawancara yaitu menggunakan kuesioner. 4. Ruang Lingkup Sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah Wanita Pekerja Seks (WPS)

12 5. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan pada para Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang. 6. Ruang Lingkup Waktu Adapun waktu pelaksanaan dilakukan dari mulai penyusunan proposal sampai skripsi dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2015 sampai bulan Januari 2016

xiv xiv