BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sehari -hari. Masalah ini sering muncul karena adanya salah satu pihak yang

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

buatwasiat.com WASIAT DAN PELAKSANAANNYA KE ATAS SAUDARA BARU SEMINAR PERANCANGAN HARTA SECARA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama


Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA JASA HAIR EXTENSION DI BE YOUNG SALON

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

[ Indonesia Indonesian

BAB IV ANALISIS. Setelah mempelajari duduk perkara No 709/Pdt.G/2006/PA.Bgl dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

Transkripsi:

68 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH A. Analisis sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah oleh yayasan al- Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan Dari hasil observasi yang penulis lakukan oleh yayasan al-hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, terkait sengketa tanah yang digunakan oleh yayasan al-hikmah, Kasus ini menjelaskan berdasarkan fakta-fakta dilapangan tentang obyek tanah yang digunakan yayasan al-hikmah di jadikan sengketa oleh ahli waris dikarnakan adanya pembagian tanah warisan yang tidak adil, dimana tanah yang dipakai yasayasan al-hikmah adalah tanah waris yang belum di bagikan sehingga menyebakan salah satu ahli waris tidak bisa menerimanaya dan menjadi masalah sampai sekarang. Dengan demikian tanah yang digunakan yayasan al-hikmah yang menjadi sengketa statusnya sebagai harta warisan peninggalan dari Alm Sarmuji yang belum dibagi warisannya tetapi oleh ahli waris yang tertua sudah di waqafkan ke yayasan al-hikmah atas sepengetahuan mayoritas masyarakat tanpa sepengetahuan ahli waris yang lain. Hal ini yang menyebakan kesalah fahaman anatara ahli waris serta merasa tidak dinggap dan merasa kurang dihargai, disebabkan keadaan ekonomi yang kurang mencukupi serta lemahnya pengetahuan ilmu agama, maka tanah yang sudah 68

69 dipakai yayasan al-hikmah ingin diminta kembali karena tanah tersebut masih belum dibagikan ke ahli waris. Dari kejadian di atas dimasyarakat maenjadi gunjingan, dikucilkan. Sedangkan Rosidi tokoh agama di Desa Pettong menyayangkan perbuatan yang dilakukan oleh ahli waris. Tokoh masyarakat setempat tidak membiarkan terjadi berlarut-larut mereka melakukan pendekatan kepadanya dengan jalan persuasif seperti memberi nasehat agar tidak mengulangi lagi perbuatannya tersebut. Menanggapi hal tersebut, bagi orang yang memahami masalah sengketa tanah yang di gunakan yayasan al-hikmah maka sangat menyayangkan atas tindakan ahli waris. Prolematika sengketa ahli waris terhadap tanah yang di gunakan yayasan al-hikmah. 1. Merasa kurang dari pembagian harta warisan karena keadaan ekonomi yang memaksa. Serta di butukan dana sebagai dana pernikahan anaknya 2. Lemahnya pengetahuan agama. Sehingga kadang-kadang orang melakukan sesuatu yang menyimpang dari aturan. Kecuali berdosa dia juga menanggung beban malu terhadap masyarakat. 3. Merasa tidak dilibatkan dalam musyawarah kluarga. Dampak sengketa ahli waris terhadap tanah yang di gunakan yayasan al-hikmah adalah sebagai berikut: 1. Reaksi masyarakat menjadi kurang baik. Masyarakat di Desa Pettong umumnya berpengetahuan masih kurang, sehingga kalau terjadi sesuatu akan menjadi omongan terutama hal-hal yang kurang cocok. masyarakat

70 selalu menilai kurang baik, tidak simpati dan kadang-kadang juga memperpanjang masalah tersebut sampai ke tempat lain. 2. Dikucilkan oleh masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Walaupun kaya tetap masih membutuhkan pertolongan orang lain. Demikian juga halnya dengan orang tersebut. Karena tindakannya, dia dibenci masyarakat. Persoalan sengketa ahli waris ini dapat ditentukan jalan keluarnya dalam Islam, agama yang menghilangkan kesempitan dalam muamalat tanpa sama sekali menghindarkan diri dari ketentuan yang ditetapkan oleh Allah Swt. Dengan cara ini sesuatu yang sulit dalam memecahkan persoalan seperti pembagian warisan dalam keadaan tertentu dapat diselesaikan. Ilmu fara> id dalam hukum Islam sudah ada ketentuan menurut sya>ra. Sumber utama hukum kewarisan dalam Islam yaitu al-quran dan al-sunnah Nabi Muhammad Saw. Didalamnya menerangkan secara jelas tentang pewaris, ahli waris, harta warisan, serta bagian-bagian tiap-tiap ahli waris. Islam mengenal kata الصلح yaitu perdamaian dalam segala macam masalah. Islam membolehkan perdamaian dengan catatan tidak keluar dari syara. Walau demikian sistem faraid dalam Islam memberi peluang kepada para ahli waris untuk membagi warisan tanpa harus mengikuti detail pembagian yang telah ditetapkan oleh al-qur an dan al-hadits. Atas dasar kesepakatan damai para ahli waris, besaran bagian masing-masing ahli waris kemudian bisa berubah sesuai kesepakatan para ahli waris tersebut. Atas dasar kesadaran penuh dan keikhlasan setiap ahli waris, satu ahli waris bahkan bisa saja sepenuhnya

71 diberikan kepada ahli waris yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan obyektif dan rasional. B. Tinjauan hukum Islam terhadap Sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah di Yayasan al-hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan Persoalan sengketa ahli waris terhadap tanah yang belum dibagi yang dipakai oleh yayasan, meskipun pada awalnya dimulai dari persoalan sepele kemudian berakumulasi sampai pada puncaknya menjadi sengketa anatara sesama ahli waris yang pada mulanya hal seperti ini dimulai dari ambisi masalah kepemilikan atas tanah sengketa untuk menjadi hak mutlak. Dari sekian permasalahan ini salah satu ahli waris bisa melakukan tindakan semena-mena terhadap ahli waris yang lainnya. al-qur an surat an-nisa ayat 7 Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibubapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (QS. An-Nisa ayat 7) 1 Jika dipahami dengan teliti bahwa setiap ahli waris dengan sendirinya pasti mendapatkan bagian warisan dari pewaris. Lebih jelasnya adalah bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu- bapa 1 Departemen Agama RI, al-qur an dan Terjemahnya, 115.

72 dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. Pembagian warisan bisa dilaksanakan setelah hak-hak pewaris dilaksanakan, mulai dari biaya pemakaman, melunasi hutang-hutangnya, zakat, wasiat dan sebagainya yang berkaitan dengan pewaris terselesaikan. Sisa harta pewaris setelah dikurangi dengan biayabiaya semuanya, maka diperbolehkan untuk dibagi-bagikan kepada ahli warisnya dengan bagian yang adil dan merata atau sesuai bagiannya yang telah ditetapkan. Ayat ini menjelaskan bahwa bagi seseorang laki-laki dan perempuan ada nasib dari harta peninggalan orang tua dan karib kerabat. Kata nasib berarti bagian, saham, atau jatah dalam bentuk sesuatu yang diterima dari pihak lain. Oleh itu jumlah harta yang ditinggalkan si pewaris, disadari atau tidak, telah terdapat hak ahli waris. Dalam hal ini pewaris tidak perlu menjanjikan sesuatu sebelum ia meninggal, begitu pula ahli waris tidak perlu meminta haknya. Dalam hukum Islam, jika ahli waris sudah mendapatkan bagian warisannya masing-masing dengan jelas hak miliknya tersebut, maka ahli waris tersebut boleh mentasarubkan harta atau hak miliknya tersebut sesuai kemauannya sendiri. Karena itu sudah sah untuk ditasarubkan. Begitu juga sebaliknya kalau seseorang belum mempunyai hak milik yang jelas, maka orang tersebut tidak sah untuk mentasarubkan hartanya. Bentuk wujud tasarub disini salah satunya misalnya, mewaqafkan tanah. Dalam hukum

73 Islam menjelaskan bahwa waqaf seseorang dikatakan sah apabila rukun dan syaratnya terpenuhi. Jika seseorang mewaqafkan tanah tetapi tanah tersebut bukan miliknya yang mutlak atau belum jelas kepemilikannya, maka waqaf tersebut dinyatakan tidak sah untuk dijalankan. Memberikan barang yang bukan miliknya sama halnya dengan mencuri atau menghasab. Dan dalam hukum Islam mewaqafkan tanah warisan yang belum dibagi adalah tidak diperbolehkan. Dalam hukum Islam, Masalah hukum mengasihkan tanah warisan yang belum dibagi tidak diperbolehkan bahkan tidak sah hukumnya untuk diadakan. Karena sama halnya dengan mengambil hak milik orang lain, sedangkan dalam hukum Islam dijelaskan kalau mengambil hak orang lain sama halnya mencuri atau mernghasab. Analisis penulis terhadap penyelesaian sengketa ahli waris terhadap penggunaan tanah di yayasan al- Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan sama dengan hukum hibbah, jadi hukum pemberian tanah tersebut tidak sah karena tampa persetujuan dari ahli waris yang lain. Mengenai tujuan dilarangnya mengasihkan warisan yang belum dibagi menyebabkan damapak sosial diantaranya: a. Mencegah segala perbuatan yang merugikan orang lain b. Melindungi hak milik atau harta orang lain c. Menindak pelaku yang bersalah agar jerah atas perbuatanya d. Memelihara keutuhan hubungan persaudaraan bersama diantara ahli waris.

74 Dari paparan di atas diketahui terdapat kesamaan antara syarat yang diatur dengan cara syariat Islam maupun yang dipraktekkan masyarakat Desa Pettong Tanah Merah Bangkalan. Hukum waris Islam menjunjung tinggi hak-hak ahli waris, dan sangat relevan dengan hak asasi manusia karena tidak membedakan apakah ia lakilaki maupun perempuan, orang dewasa, anak-anak, dan orang-orang di bawah perwalian. Semua mereka mendapatkan haknya, yaitu harta pusaka dari pewaris banyak maupun sedikit berdasarkan ketentuan yang berlaku. Sistem pembagian warisan dan besarnya bagian masing-masing ahli waris dalam Islam telah tertentu sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt, dalam al-quran dan al-hadits Rasulullah Saw, namun demikian tidak menutup jalan dilakukan musyawarah antara ahli waris untuk membagi warisan atas kehendak kerelaan ahli waris, yaitu secara kesepakatan damai, juga dengan jalan takharuj yaitu pengunduran diri seorang ahli waris dari hak yang dimilikinya, dan hanya meminta imbalan berupa sejumlah uang atau barang tertentu dari salah seorang ahli waris lainnya. Kedua jalan ini dibenarkan untuk ditempuh oleh Islam sepanjaang tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dan atas dasar kerelaan. Sedangkan hukum wakafnya dinyatakan sah apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf ada 4 ( empat ), yaitu : Waqif ( orang yang mewakafkan harta ), Mauquf Bih ( barang atau harta yang diwakafkan ), Mauquf Alaih ( pihak yang diberi wakaf / peruntukan wakaf), Shighat ( pernyataan atau ikrar wakaf sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya ). Syarat wakaf, yaitu :

75 Syarat waqif, Orang yang mewakafkan ( waqif ) diisyaratkan memiliki kecakapan hukum atau kamalul ahliyah ( Legal competent ) dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak di sini meliputi empat kriteria, yaitu : (1) Merdeka, Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak ( hamba sahaya), tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian Abu Zahrah mengatakan bahwa para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan hartanya bila ada ijin dari tuannya, karena ia sebagai wakil darinya. (2) Berakal sehat Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak mumayyis dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya. (3) Dewasa ( Baligh ) Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa ( baligh ) hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak miliknya.(4) Tidak berada di bawah pengampuan ( boros / lalai ) Dipandang tidak cakap untuk berbuat kebaikan ( taharru ), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan istihsan, wakaf orang yang berada dibawah pengampuan terhadap dirinya sendiri selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak benar, dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain. Syarat mauquf bih ( harta yang diwakafkan ) Syarat sahnya harta wakaf (1) Harta yang diwakafkan segala sesuatu yang

76 dapat disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal ( bukan dalam keadaan darurat ). (2) Diketahui dengan yakin ketika diwaqifkan Harta yang akan diwakafkan harus diketahui dengan yakin ( ainun ma lumun ), sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan (3) Milik waqif harta yang diwakafkan milik penuh dan mengikat bagi waqif ketika ia mewakafkannya. Untuk itu tidak sah mewakafkan sesuatu yang bukan milik waqif. (4) Terpisah, bukan milik bersama ( musya ). Mewakafkan sebagian dari musya untuk dijadikan yayasan atau masjid tidak sah. Jadi Tanah yang di wakafkan untuk yayasan al-hikmah tidak sah karena tidak memenuhi persyaratan wakaf.