BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Diagram Alur Berfikir. Gambar 3.1 Diagram Alur Berfikir

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB III METODE ANALISIS

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

B A B IV A N A L I S A

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY. Fratika Arie Yolanda NIM :

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

PERANCANGAN JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI KECAMATAN NGAGLIK

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME PERUMAHAN NATAENDAH KOPO DENGAN OPTISYSTEM

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER DI SMK DARUSSALAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM. mendukung proses implementasi, antara lain: Operating System yang digunakan pada komputer Server.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

Analisis Performansi Konektifitas Pada Jaringan Wireless Broadband di Bandung

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Evaluasi Kinerja Jaringan Nirkabel Berbasis Radius Server

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

BAB IV HASIL DAN ANALISA

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DENGAN TEKNOLOGI GPON DI PT TELKOM, Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

B A B III I M P L E M E N T A S I E T H E R N E T O V E R

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

PERANCANGAN JARINGAN LAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II, BANDUNG

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN DESAIN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PADA PERUMAHAN BUAH BATU SQUARE BANDUNG [5]

ANALISIS QUALITY OF SERVICE JARINGAN WIRELESS SUKANET WiFi DI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA

Bab III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai

Transkripsi:

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1 Spesifikasi Sistem GPON 1. Optical Line Termination (OLT) Berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan media transmisi fiber optic. Gambar 4.1 OLT ZTE ZXA10 C220 OLT yang oleh PT Telkom adalah OLT ZTE ZXA10 C220. OLT ini terdiri dari 14 slot yang masing masing slot terdiri dari service board dan control board. Gambar 4.2 Frame Arsitektur ZXA10 C220 89

Pada gambar 4.2 adalah frame arsitektur dari ZXA10 C220 yang terdiri dari service frame, service board dan control board, berikut adalah fungsi service board dan control board yang terdapat pada service frame ZXA10 C220. 1. Service Board Berfungsi sebagai board layanan dan juga sebagai port downlink kearah pelanggan, service board berada pada slot 1 6 dan 9 14, yang terdiri beberapa macam tipe board service berbeda yaitu tipe board GPFA dan CEIBB, EIGMF, E1T1F. Pada PT.Telkom slot 1 5 dan 8-13 berisi tipe service board GPFA, yang berfungsi untuk mentransmisikan data ke pelanggan. Terdiri dari 4 port, yang masing masing port bisa di split untuk 256 CPE. 2. Control Board Berfungsi sebagai board control yaitu memiliki fungsi memonitor perangkat dan konfigurasi perangkat serta berfungsi sebagai uplink GE untuk setiap service board, control board terdiri dari beberapa macam tipe board control berbeda yaitu tipe board EIGMF, CL1A, CE1B, GCSA, dan GCSA, pada PT.Telkom seluruh slot control board berisi tipe board GSCA yang mendukung uplink 1GE atau 10 GE ke arah penyedia layanan. Berikut akan dijelaskan prinsip dasar sistem GPON : Gambar 4.3 Transmisi Downstream Dari OLT Sampai ONU 90

91 Pada gambar 4.3 merupakan ilustrasi dari transmisi downstream dari pusat terminal GPON yaitu OLT sampai perangkat CPE yaitu ONU, pada arah downstream sinyal data dan suara akan dienkapsulasikan menjadi satu paket lalu di broadcast melewati rangkaian splitter PON sampai kearah ONU dengan menggunakan panjang gelombang 1490 nm. Sinyal tersebut berisi tanda pengenal yang dimiliki oleh ONU dan layanan yang di minta oleh ONU (dalam gambar 4.3 diilustrasikan dengan nomor 1, 2 dan 3). Selanjutnya ONU akan otomatis mengambil isi paket sesuai dengan tanda pengenal yang berada pada paket tersebut dan mendapatkan sesuai dengan layanan yang pertama kali di minta oleh ONU. Gambar 4.4 Transmisi Upstream Dari ONU sampai OLT Pada gambar 4.4 merupakan ilustrasi dari transmisi upstream dari perangkat CPE yaitu ONU sampai pusat terminal GPON yaitu OLT, pada arah upstream sinyal data dan suara akan dienkapsulasikan menjadi satu paket lalu di broadcast melewati rangkaian splitter PON sampai kearah OLT dengan menggunakan panjang gelombang 1310 nm, sinyal tersebut berisi tanda pengenal yang dimiliki oleh ONU dan layanan yang di minta oleh ONU (dalam gambar 4.4 diilustrasikan permintaan layanan ONU dengan nomor 1, 2 dan 3 yang berasal dari ONU yang berbeda).

92 Selanjutnya OLT akan mengurutkan paket yang dikirimkan oleh ONT berdasarkan time port ONT (dalam gambar 4.4 diilustrasikan dengan pengurutan nomor yang berasal dari ONT, terlihat nomor 1 terlebih dahulu dikirimkan dari ONT) dan meneruskannya sampai ke arah penyedia layanan, sesuai permintaan layanan tiap tiap ONU. 4.1.1 Perancangan GPON Pada sub bab ini akan dijelaskan tahapan dalam proses survey, desain lokasi penempatan AP dan ONT, Rancangan topologi FTTH untuk implementasi WiFi-ID, serta konfigurasi GPON terhadap hasil instalasi fisik. a. Survey Lokasi Penempatan AP dan ONT Pada tahapan ini akan dibahas survey lokasi pada penempatan AP dan ONT dan pembuatan denah lokasi sesuai dengan hasil survey tersebut, berikut prosedur survery lokasi penempatan AP dan ONT : Survey lokasi untuk menentukan daerah jangkauan AP, yang bertujuan untuk menentukan banyaknya AP dan ONT yang akan di pasang pada lokasi tersebut, dengan ketentuan daerah jangkauan setiap AP adalah 30 m. Menentukan jalur distribusi kabel utp dari ONT yang sudah direncanakan letaknya hingga letak AP yang sudah direncanakan, untuk dapat menjangkau seluruh lokasi pemasangan AP dengan ketentuan panjang maximal kabel UTP adalah 80m. Pembuatan denah lokasi sesuai dengan hasil survey lokasi. Lokasi yang kami gunakan untuk implementasi adalah

93 Lotte Mart Jakarta Barat yang menghasilkan data hasil survey sebagai berikut : Luas Lokasi = 120 m x 140 m Luas Pasar Swalayan = 100 m x 100 m Total AP yang digunakan = 4 AP (Access Point) Total ONT yang digunakan = 2 ONT Gambar 4.5 Denah Lokasi Penempatan AP dan ONT b. Topologi FTTH Existing Dari Pusat Terminal Pada tahapan ini menggambarkan konfigurasi jaringan FTTH existing yang akan digunakan untuk implementasi GPON pada layanan WiFi-ID sesuai dengan hasil survey penempatan AP dan ONT pada tahapan sebelumnya.

94 Gambar 4.6 Topologi Jaringan FTTH Untuk Implementasi WiFi-ID Topologi ini merupakan rancangan standard topologi FTTH eksisting yang dimiliki oleh PT.Telkom, dimana terdapat 1 OLT, 1 ODC yang menggunakan splitter pasif 1:4 dan 1 ODP yang menggunakan 1 buah splitter pasif 1:8. Kabel fiber optik yang digunakan dengan ketentuan sambungan pada setiap 2 KM. seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 4.7 Sambungan per 2 KM c. Perhitungan Redaman Jaringan Existing Perhitungan redaman bertujuan untuk menjelaskan redaman dengan range yang ditentukan oleh PT.Telkom sebesar 15 28 db. Dengan adanya perhitungan Redaman ini maka jaringan tersebut

95 bisa dikatakan bagus atau tidak akan terjadi gangguan secara teknikal dari media transmisi apabila berada pada range tersebut atau tidak melebihi range tersebut. Berikut list Redaman yang telah ditentukan PT.Telkom : Redaman Range = 15 28 db Redaman Kabel = 0.5 db/ KM Redaman Splice = 0.2 db/ Sambungan Redaman Patch Core = 0,5 db 1,0 db / Sambungan Redaman Splitter 1 : 4 = 6 db Redaman Splitter 1 : 8 = 11 db Redaman Splitter 1:16 = 15 db Rumus yang digunakan untuk menghitung redaman total seperti pada tabel 4.1 ini : Tabel 4.1 Rumus Redaman Total Redaman TOTAL = Redaman Kabel OLT ODC + Redaman Kabel ODC ODP + Redaman Kabel ODP ONU + Redaman Splitter ODC + Redaman Splitter ODP + Redaman Splice Total + Redaman Patch Core Perhitungan Redaman dari OLT sampai ONT sebagai berikut :

96 1. ONT A Redaman Kabel OLT-ODC = 4.7 KM x 0.5 db = 2.35 db Redaman Kabel ODC-ODP= 0.5 KM x 0.5 db = 0.25 db Redaman Kabel ODP-ONU= 0.07 KM x 0.5 db = 0.035dB Redaman Splitter 1:4 ODC = 6 db Redaman Splitter 1:8 ODP = 11 db Redaman Splice Total = 3 x 0.2 db = 0.6 db Redaman Patch Core = 0.5 + 0.7 + 0.6 = 1.8 db Redaman TOTAL ONU A = 21.03 db Masih berada pada range yang ditentukan yaitu 15 28 db. 2. ONT B Redaman Kabel OLT-ODC = 4.7 KM x 0.5 db = 2.5 db Redaman Kabel ODC-ODP= 0.5 KM x 0.5 db = 0.25 db Redaman Kabel ODP-ONU= 0.1 KM x 0.5 db = 0.05 db Redaman Splitter 1:4 ODC = 6 db Redaman Splitter 1:8 ODP = 11 db Redaman Splice Total = 3 x 0.2 db = 0.6 db Redaman Patch Core = 0.5+0.7+0.9 = 2.1 db Redaman TOTAL ONU B =22.06 db Masih berada pada range yang ditentukan yaitu 15 28 db. Setelah semua redaman yang dihitung sesuai dengan range yang ditentukan PT.Telkom maka perancangan topologi tidak menyalahi aturan yang telah ditetapkan, sehingga banyaknya splitter yang ada di ODC ataupun ODP bisa diimplementasikan sesuai jumlah perhitungannya, yaitu 1:4 pada splitter ODC dan 1:8 pada splitter ODP. 4.1.2 Konfigurasi GPON Setelah dilakukannya instalasi fisik pada lokasi penempatan AP sesuai dengan desain lokasi penempatan AP dan ONT, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan konfigurasi GPON untuk

97 layanan WiFi-ID terhadap perangkat yang sudah dipasang di lokasi penempatan AP. Pada tahapan ini akan dibahas cara melakukan konfigurasi GPON untuk layanan WiFi-ID yang di implementasikan pada penelitian ini yaitu di lotte mart daan mogot yang menggunakan 2 ONT sesuai dengan hasil survey yang dilakukan. Konfigurasi bisa menggunakan CLI (command line interface) pada perangkat OLT melalui telnet. Konfigurasi bisa dilakukan setelah ONT yang terpasang dilokasi sudah terhubung ke port OLT melalui jaringan FTTH yang digunakan dalam implementasi penelitian ini. Berikut tahapan dan cara konfigurasi GPON untuk layanan WiFi-ID : Register ONT pada Port OLT Gambar 4.8 ONT Yang Belum Teregister Pada Port OLT Setelah dipastikan bahwa ONT sudah terhubung pada port OLT maka akan muncul report ONT yang belum terkonfigurasi seperti yang ditunjukkan Gambar 4.8, yang

98 memperlihatkan bahwa 2 ONT yang terpasang belum terdaftar / teregister pada port OLT yang digunakan yaitu port 0/5/1. Selanjutnya adalah melakukan register 2 ONT tersebut pada port OLT 0/5/1, berikut cara untuk melakukan register ONT pada port OLT. Gambar 4.9 Register ONT A Pada Port OLT 0/5/1 Gambar 4.10 Register ONT B Pada Port OLT 0/5/1

99 Setelah melakukan register ONT terhadap Port OLT 0/5/1, selanjutnya adalah melakukan cek hasil register yang sebelumnya telah dilakukan, gambar 4.11 menunjukkan register yang terdapat pada port OLT 0/5/1. Gambar 4.11 Daftar Register ONT Pada Port OLT 0/5/1 Konfigurasi VLANID Pada Port Uplink OLT VLANID yang digunakan oleh OLT harus dibuat berdasarkan VLANID yang telah ditentukan oleh WAC (Wide Access Controller), konfigurasi VLAN pada OLT sebagai berikut : Gambar 4.12 Konfigurasi VLANID Pada Port Uplink OLT

100 Setelah melakukan konfigurasi VLANID pada port uplink OLT, selanjutnya adalah melakukan cek hasil konfigurasi VLANID yang sebelumnya telah dibuat, gambar 4.13 menunjukkan status VLANID yang terdapat pada port uplink OLT 0/5/1. Gambar 4.13 Cek Status VLANID Pada Port Uplink OLT Konfigurasi Bandwidth Profile Bandwidth Profile berfungsi sebagai bandwidth yang akan digunakan pada arah downstream dan upstream ONT, bandwidth profile disesuaikan dengan layanan yang akan digunakan pada ONT dan jumlah AP yang akan dihubungkan pada ONT, dalam hal ini bandwidth profile yang digunakan adalah 30 Mbps untuk layanan WiFi-ID pada lokasi implementasi, karena menggunakan 2 AP pada ONT A dan 2 AP pada ONT B serta margin toleransi sebesar 10 Mbps. Berikut adalah tahapan dalam membuat bandwidth profile untuk jalur upstream dan downstream.

101 Gambar 4.14 Membuat Bandwidth Profile Gambar 4.15 Konfigurasi Bandwidth Profile Pada gambar 4.14 merupakan konfigurasi tcont (T- Container) pada jaringan GPON, dimana T-CONT tersebut berfungsi sebagai besarnya paket yang terjaminkan untuk dikirimkan dan diterima oleh segmen CPE yaitu berupa perangkat ONT dan AP, pada konfigurasi T-CONT tersebut digunakan command Fixed 30720 yang berarti ukuran paket

102 yang dijamikan adalah maksimal sebesar 30720 Kbps untuk arah upstream dan downstream dari ONT, sehingga apabila traffic padat, perangkat GPON akan tetap menjaminkan ukuran paket tersebut sesuai dengan T-CONT yang dikonfigurasikan tersebut. Pada gambar 4.15 menggambarkan konfigurasi downstream dan upstream sesuai dengan T-CONT yang sudah dibuat, didalam gambar tersebut downstream yang di konfigurasikan adalah sebesar 30720 Kbps dan upstream yang dikonfigurasikan sebesar 30720 Kbps, sesuai dengan layanan WiFi-ID, untuk menjamin bandwidth masing-masing AP adalah sebesar 10Mbps, karena menggunakan 2 AP pada masing-masing ONT dan menambahkan margin toleransi bandwidth sebesar 10 Mbps untuk menjaga kualitas layanan pada lokasi apabila terjadi link down pada jaringan GPON. Konfigurasi ONT Pada tahapan konfigurasi ONT, dalam tahapan ini semua konfigurasi yang dilakukan sebelumnya akan dipetakan kedalam perangkat ONT dengan membuat virtual port sebagai jalur virtual OLT ke ONT, dan mapping layanan berdasarkan VLAN ke dalam virtual port tersebut. Gambar 4.16 Konfigurasi ONT A

103 Gambar 4.17 Konfigurasi ONT B Pada gambar 4.16 dan 4.17 memperlihatkan konfigurasi dari vport sebagai jalur virtual dari ONT dari dan ke arah OLT dengan menggunakan gemport sebagai layanan yang akan diproses oleh OLT, dimana layanan tersebut merupakan layanan WiFi-ID dengan menggunakan bandwidth profile sesuai dengan T-CONT yang telah dikonfigurasikan sebelumnya. Gambar 4.18 Konfigurasi VLANID dan Bandwidth Profile Pada ONT A

104 Gambar 4.19 Konfigurasi VLANID dan Bandwidth Profile Pada ONT B 4.2 Deskripsi Hasil Pengukuran Performansi Jaringan GPON Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur ONT pada jaringan berbasis GPON, didapat data pengukuran berdasarkan acuan parameter kualitas jaringan dan QoS (Quality of Service) sebagai berikut: 4.2.1 Hasil Pengukuran Kualitas jaringan GPON Berikut hasil pengukuran parameter kualitas jaringan pada jaringan GPON, data kualitas jaringan yang digunakan didapat dari hasil pengukuran 4 jaringan GPON yang sudah ada, dan 1 jaringan GPON hasil implementasi penelitian ini.

105 Tabel 4.2 Hasil pengukuran Attainable Rate Jaringan GPON Keterangan Attainable Rate (Kbps) Downstream Upstream ONT Jarak 1KM 29048 28724 ONT Jarak 2KM 29174 29012 ONT Jarak 3KM 28374 28082 ONT Jarak 5KM 28079 27804 ONT Jarak 7KM 27779 27102 Mean Attainable Rate GPON 28491 28145 Pada tabel 4.2 merupakan hasil pengukuran attainable rate jaringan GPON, yang menunjukkan hasil dari pengukuran antara ONT yang terletak pada radius 1-7 KM dari pusat terminal, yang masing-masing ONT dihubungkan dengan 2 AP. Didapat hasil pengukuran pada pengukuran ONT pertama yang berjarak 1 KM nilai attainable Rate yang didapat sebesar 29048 Kbps pada downstream dan 28724 Kbps pada upstream. Kemudian pada pengukuran ONT berjarak 2 KM didapat attainable Rate sebesar 29174 Kbps pada downstream dan 29012 Kbps pada upstream. Hingga pengukuran AP berjarak 7 KM didapat attainable Rate sebesar 27779 Kbps pada downstream dan 27102 Kbps pada upstream. Dari hasil penarikan data pada sistem jaringan GPON pada parameter Attainable Rate ONT mampu memberikan bandwidth pada masing-masing AP sebesar 10 Mbps. Pada sistem jaringan ini juga diketahui bahwa jarak yang ditempuh data untuk sampai pada titik user tidak terlalu berpengaruh signifikan, karena GPON memiliki mekanisme DBA (Dynamic Bandwidth Allocation) yang menjamin bandwidth dari masing-masing ONT sesuai dengan yang telah dikonfigurasikan pada T-CONTAINER.

106 Tabel 4.3 Hasil pengukuran Attenuation Jaringan GPON Keterangan Attenuation (db) Downstream Upstream ONT Jarak 1KM 20,1 19,8 ONT Jarak 2KM 20,7 20,5 ONT Jarak 3KM 21,5 21,7 ONT Jarak 5KM 22,8 23,4 ONT Jarak 7KM 24,5 24,8 Mean Attenuation GPON 21,92 22,04 Pada tabel 4.3 memaparkan hasil pengukuran parameter atenuasi dari 5 ONT yang berjarak 1 7 KM dari pusat terminal pada jaringan GPON. Pada jarak 1 KM tingkat attenuation sebesar 20,1 db pada downstream dan 19,8 db pada upstream. Berlanjut hingga pengukuran ONT yang berjarak 7 KM dari pusat terminal yang tercatat memiliki tingkat attenuation sebesar 24,5 db pada downstream dan 24,8 db pada upstream. Tabel 4.4 Hasil pengukuran SNR Jaringan GPON Keterangan SNR (db) Downstream Upstream ONT Jarak 1KM 31,05 31,76 ONT Jarak 2KM 29,87 29,79 ONT Jarak 3KM 28,46 27,18 ONT Jarak 5KM 25,01 24,89 ONT Jarak 7KM 27,31 26,54 Mean SNR GPON 28,34 28,03

107 Pada tabel 4.4 merupakan hasil pengukuran parameter SNR pada ONT yang berjarak 1 7 KM dari pusat terminal. Hasil yang didapat pada pengukuran ONT pertama yaitu nilai SNR sebesar 31,05 db pada downstream dan 31,76 db pada upstream. Hingga didapat pengukuran AP berjarak 7 KM nilai SNR sebesar 27,31 db pada downstream dan 26,54 db pada upstream. Makin besar nilai SNR yang dihasilkan pada sebuah jaringan maka akan menghasilkan kualitas jaringan yang baik. 4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Layanan (QoS) Jaringan GPON Berikut akan ditampilkan hasil pengukuran parameter kualitas layanan pada jaringan GPON, data hasil implementasi penelitian ini kemudian dilakukan pengukuran parameter throughput, packet loss, latency, dan jitter pada simulasi 1-5 user selama 50 detik, berikut hasil pengukuran tersebut : Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Throughput Jaringan GPON Jumlah Client Throughput (Kbps) 1 9520 2 9515 3 9510 4 9503 5 9492 Mean 9508 Kategori 95% Indeks QoS 4 Pada tabel 4.5 merupakan hasil pengukuran parameter throughput dari jaringan GPON, data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah client dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran throughput pada 1 client yaitu

108 sebesar 9520 Kbps, 2 client sebesar 9515 Kbps, 3 client sebesar 9510 Kbps, 4 client sebesar 9503 Kbps, dan 5 client sebesar 9492 Kbps. Dari 5 hasil pengukuran throughput tersebut didapat rata-rata sebesar 9508 Kbps yang artinya bandwidth yang mampu di sediakan oleh jaringan GPON sudah mencapai bandwidth yang diinginkan PT.Telkom yakni sebesar 10 Mbps atau sama dengan 10240 Kbps, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS throughput jaringan GPON dikategorikan pada indeks 4. Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Delay/Lantency Jaringan GPON Jumlah Client Latency (ms) 1 9 2 25 3 33 4 47 5 57 Mean 34,20 Kategori <150 Indeks QoS 4 Pada tabel 4.6 merupakan hasil pengukuran parameter latency dari jaringan GPON, skenario untuk pengukuran latency adalah membanjiri jaringan dengan melakukan koneksi TCP antara PC client dan PC server, dimana salah satu pihak menjadi client dan pihak lain menjadi server. Setelah skenario dilakukan maka selanjutnya adalah memulai proses membanjiri jaringan, lalu melihat berapa latency yang dihasilkan. Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah client dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran latency pada simulasi 1 client sebesar 9 ms, 2 client

109 sebesar 25 ms, 3 client sebesar 33 ms, 4 client sebesar 47 ms, dan 5 client sebesar 57 ms. Dari 5 hasil pengukuran latency didapatkan ratarata sebesar 34,20 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil pengukuran latency jaringan GPON dapat dikategorikan ke dalam indeks 4. Dengan demikian indeks pencapaian GPON untuk Latency berada pada level yang sangat baik, karena kadar rata-rata yang tercatat masih dibawah batas yaitu masih dalam lingkup dibawah 150ms. Sehingga performa jaringan GPON tentu hanya mengalami sedikit kendala dalam parameter ini. Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Packet Loss Jaringan GPON Jumlah Client Packet Loss (%) 1 3,5 2 4,54 3 5,21 4 6,49 5 7,79 Mean 5,51 Kategori >3% Indeks QoS 3 Pada tabel 4.7 merupakan hasil pengukuran parameter packet loss dari jaringan GPON, merepresentasikan kadar paket data yang tidak diterima oleh user karena hilang dalam proses pengiriman data. Skenario yang digunakan dalam pengukuran packet loss adalah membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang memakai bandwidth sebesar 10 Mbps/client pada simulasi 1-5 client yang melakukan koneksi dengan server, lalu melihat berapa packet loss yang dihasilkan, untuk kemudian dicari rata-rata dari hasil penarikan data tersebut.

110 Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran packet loss pada 1 client sebesar 3,5 %, 2 client sebesar 4,54 %, 3 client sebesar 5,21 %, 4 client sebesar 6,49 %, dan 5 client sebesar 7,79 %. Dari 5 hasil pengukuran packet loss didapatkan ratarata sebesar 5,51%. Sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil pegukuran packet loss jaringan GPON dapat dikategorikan ke dalam indeks 3. Indeks 3 merupakan kategori yang masuk ke dalam jangkauan Baik. Kadarnya yaitu apabila rata-rata packet loss sudah melebihi angka 3% dan masih dibawah kisaran 15%. Untuk selebihnya akan dikategorikan kedalam indeks 2, dan apabila rata-rata kisaran packet loss berada dibawah 3% maka tergolong ke dalam kategori indeks 4 yang artinya Sangat Baik. Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Jitter Jaringan GPON Jumlah Client Jitter (ms) 1 5,31 2 7,11 3 20,31 4 31,60 5 47,32 Mean 22,33 Kategori 0-75ms Indeks QoS 3 Pada tabel 4.8 merupakan hasil pengukuran parameter jitter dari jaringan GPON, skenario dari pengukuran jitter adalah membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang memakai bandwidth sebesar 10 Mbps/client pada simulasi 1-5 client yang terhubung dengan server, lalu melihat berapa jitter yang dihasilkan dari koneksi tersebut.

111 Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran jitter pada 1 client sebesar 5,31 ms, 2 client sebesar 7,11 ms, 3 client sebesar 20,31 ms, 4 client sebesar 31,60 ms, dan 5 client sebesar 47,32 ms. Dari 5 hasil pengukuran jitter didapatkan rata-rata sebesar 22,33 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil pegukuran jitter jaringan GPON dikategorikan ke dalam indeks 3. 4.3 Analisis dan Perbandingan Performansi Jaringan Setelah dilakukan pengukuran dan mendapatkan hasil dari seluruh parameter uji yang ditentukan, berikut akan ditampilkan perbandingan performansi jaringan DSLAM dan GPON yang disajikan dalam bentuk grafik histogram. 4.3.1 Analisis dan Perbandingan Kualitas Jaringan DSLAM dan GPON 1. Komparasi SNR Jaringan DSLAM dan GPON 40 30 SNR Upstream (db) 31,76 29,79 27,18 24,89 26,54 SNR Downstream (db) 20 10 0 20,8 11,3 6,6 6 5,8 1 2 3 4 5 DSLAM GPON 40 20 0 31,05 29,87 28,46 20,8 25,01 27,31 19,7 18 10,2 9,2 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.20 Perbandingan Data SNR Jaringan DSLAM dan GPON

112 Pada gambar 4.20 membuktikan bahwa pada sistem DSLAM nilai SNR yang dihasilkan berpengaruh pada faktor kualitas Redaman dari kabel tembaga terhadap noise yang diterimanya, dikarenakan pada DSLAM menggunakan media akses kabel tembaga yang terpengaruh oleh faktor induktor, yaitu semakin panjang jalur yang disediakan untuk fluks medan magnet, maka menghasilkan semakin besarnya hambatan terhadap fluks medan itu dalam nilai gaya medan tertentu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penurunan dari nilai SNR berturut turut pada DSLAM yaitu : 20.6 db, 11.3 db, 6,6 db, 6 db, dan 5.8 untuk upstream dan pada GPON : 31.76 db, 29.79 db, 27.18 db, 24.89 db, dan 26.54 db untuk downstream, pada AP 1 AP 5 yang berjarak 1 5 KM dari pusat terminal. Sedangkan pada sistem DSLAM downstream SNR dengan hasil pada percobaan AP ke-1 hingga AP ke-5 berturut turut nilai SNR dari hasil pengukuran dari pusat terminal adalah 31.05 db, 29.87 db, 28.46 db, 25.01 db, dan 27.31 db untuk GPON : 31.05 db, 29.87 db, 28.46 db, 25.01 db, 27.31 db untuk downstream. Tabel 4.9 Rata-rata Pengukuran SNR Jaringan DSLAM dan GPON DSLAM DSLAM GPON GPON Upstream Downstream Upstream Down,stream Mean SNR (db) 10,1 15,58 28,03 28,34 Pada tabel 4.9 menunjukkan rata-rata nilai SNR upstream dan downstream jaringan DSLAM dan GPON, pada jaringan DSLAM rata-rata SNR pada upstream sebesar 10,1 db dikategorikan kedalam Fair dan pada downstream sebesar 15,58 db masuk kategori Good pada tabel parameter kualitas jaringan. Untuk sistem GPON rata-rata nilai SNR pada upstream sebesar 28,032 db dan di

113 kategorikan kedalam Excellent, begitu juga pada downstream 28,34 db dikategorikan Excellent. 2. Komparasi Attainable Rate Jaringan DSLAM dan GPON Attainable Rate Upstream (Kbps) 40000 20000 0 28724 29012 28082 27804 27102 1012 1002 986 904 848 1 2 DSLAM 3 GPON 4 5 Attainable Rate Downstream (Kbps) 40000 20000 0 29048 29174 28374 28079 27779 9644 8992 7024 5009 2140 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.21 Perbandingan Data Attainable Rate Jaringan DSLAM dan GPON Pada gambar 4.21 menunjukkan tingkat Attainable Rate dari jaringan DSLAM dan GPON. Attainable Rate menunjukkan kecepetan maksimum data yang dapat ditransmisikan melalui jaringan, yang merujuk pada kapasitas maksimum data yang dapat ditransmisikan melalui saluran tersebut, attainable rate dari jaringan DSLAM masih dibawah angka 10240 Kbps yang berarti belum sanggup memenuhi harapan PT.Telkom untuk menyediakan bandwidth 10Mbps pada setiap AP, belum lagi pada jaringan DSLAM

114 menggunakan kabel tembaga sehingga nilai attainable rate masih tergantung pada jarak jaringan yang dilaluinya. Sedangkan pada jaringan GPON penurunan attainable rate tidak terlalu signifikan bisa dilihat bahwa pada pengukuran ONT 1 ONT 5 yang berjarak 1-7 KM, kisaran penurunan attainable rate hanya sebesar 1Mbps. Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Pengukuran Attainable Rate DSLAM dan GPON Mean Attainable Rate (Kbps) DSLAM DSLAM GPON GPON Upstream Downstream Upstream Downstream 950,4 6561,8 28145 28491 Hasil rata-rata dari pengukuran parameter attainable rate pada DSLAM untuk upstream sendiri didapati data sebesar 950,4 Kbps dan 6561,8 Kbps pada pengukuran downstream. Sedangkan didapati angka sebesar 28145 Kbps pada upstream dengan GPON dan 28491 Kbps pada downstream, maka GPON lebih handal dalam penyediaan kapasitas laju bit per detik untuk upstream dan downstream. 3. Komparasi Attenuation Jaringan DSLAM dan GPON 30 25 20 15 10 5 0 Attenuation Upstream (db) 27,5 25,5 23,6 23,4 24,8 19,8 20,5 21,7 13,6 14,3 1 2 3 4 5 80 60 40 20 0 Attenuation Downstream (db) 52 60 67,1 33 20,1 19,6 20,7 21,5 22,8 24,5 1 2 3 4 5 DSLAM GPON DSLAM GPON

115 Gambar 4.22 Perbandingan Data Atenuation Jaringan DSLAM dan GPON Pada gambar 4.22 tertera data atenuation dari DSLAM dan GPON. Atenuasi akan berpengaruh positif terhadap kualitas jaringan apabila memiliki nilai semakin rendah dan sebaliknya akan berpengaruh negatif terhadap kualitas jaringan apabila nilai semakin besar. Satuan yang digunakan adalah (db). Data yang tercatat pada grafik diatas menampakkan tingkat atenuasi upstream pada DSLAM yang didapat yaitu : atenuasi sebesar 13,6 db pada pengukuran pertama hingga kelima sebesar 14,3 db, 23,6 db, 25,5 db, dan beranjak naik pada pengukuran terakhir sebesar 27,5 db. Sedangkan pada downstream : 19,6 db, 33 db, 52 db, 60 db dan 67,1 db. Pada upstream GPON tercatat berturut-turut dari pengukuran pertama hingga terakhir, sebesar 19,8 db, 20,5 db, 21,7 db, 23,4 db dan terakhir sebesar 24,8 db. Sedangkan pada downstream : 20,1 db, 20,7 db, 21,5 db, 22,8 db dan 24,5 db. Tabel 4.11 Rata-rata Hasil Pengukuran Attenuation DSLAM dan GPON Mean Atenuasi (db) DSLAM DSLAM GPON GPON Upstream Downstream Upstream Downstream 20,9 46,34 22,04 21,92 Hasil rata-rata pada parameter Attenuation didapat DSLAM untuk upstream sebesar 20,9 db termasuk kedalam kategori Excellent dan 46,34 db pada downstream termasuk dalam kategori Good, sedangkan pada jaringan GPON termasuk dalam kategori Outstanding pada upstream dan downstream.

116 4.3.2 Analisis dan Perbandingan QoS Jaringan DSLAM dan GPON 1. Grafik Komparasi Throughput Jaringan DSLAM dan GPON 10000 8000 6000 4000 2000 0 Throughput (Kbps) 9520 9515 9510 9503 9492 6817 6813 6808 6798 6793 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.23 Perbandingan Data Throughput Dari gambar 4.23 diketahui bahwa tingkat throughput kedua sistem sangat berbeda jauh. Pada pengukuran parameter throughput GPON dapat mencapai 9520 Kbps pada pengukuran pertama dibanding dengan DSLAM yang hanya mampu menghasilkan 6817 Kbps pada pengukuran pertama. Selanjutnya pada pengukuran berikutnya kedua sistem cenderung mengalami penurunan sedikit demi sedikit hingga pada pengukuran terakhir diketahui hasil untuk parameter throughput yang didapat pada DSLAM sebesar 6793 Kbps dan 9492 Kbps pada GPON. Tabel 4.12 Rata-rata Throughput DSLAM dan GPON DSLAM GPON Mean Throughput (Kbps) 6805,8 9508 Tabel 4.12 merupakan hasil rata-rata pengukuran pada parameter kualitas layanan throughput pada jaringan DSLAM dan

117 GPON, dimana rata-rata throughput yang mampu dihasilkan oleh DLSAM adalah sebesar 6805,8 Kbps, sedangakan pada GPON parameter throughput yang mampu dihasilkan jauh lebih baik dengan 9508 Kbps, apabila dikategorikan kedalam tabel QoS untuk throughput maka DSLAM masuk kedalam indeks 3 dan GPON masuk kedalam indeks 4, apabila maksimum througput yang diharapkan adalah 10 Mbps sesuai dengan harapan PT.Telkom. 2. Grafik Komparasi Latency/Delay Jaringan DSLAM dan GPON 140 120 100 80 60 40 20 0 Latency/Delay (ms) 132 118 101 82 36 57 47 33 25 9 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.24 Perbandingan Data Latency/Delay Pada gambar 4.24 menggambarkan perbandingan hasil pengukuran delay antara jaringan DSLAM dan GPON pada saat jaringan dipakai untuk koneksi TCP dengan simulasi menggunakan 1 5 client, pada gambar tersebut terjadi delay yang cukup besar pada sistem DSLAM, yaitu yang tertinggi mencapai 132 ms. Sedangkan, pada sistem GPON hanya mencapai 57 ms untuk nilai delay tertinggi. Nilai delay terendah DSLAM didapat sebesar 36 ms dan GPON sebesar 9 ms. Dengan demikian GPON memiliki tingkat delay yang lebih rendah dibandingkan DSLAM. Hal ini dikarenakan jalur pengiriman

118 data pada DSLAM penuh pada saat jaringan dipakai untuk koneksi TCP antara client dan server yaitu perlakukan 1 5 client, sehingga waktu untuk response time antara client dan server semakin lama, pada jaringan DSLAM menggunakan media akses tembaga yang memiliki jalur pengiriman data terbatas sehingga hal tersebut bisa terjadi. Berbeda dengan GPON yang memiliki jalur pengiriman data lebih lebar sehingga waktu round trip time antara client dan server bisa lebih cepat meskipun jalur pengiriman sedang dipakai untuk koneksi TCP antara client dan server, hal tersebut dapat dibuktikan dengan rumus yang diperoleh pada bab 2 yaitu latency dihasilkan oleh jumlah bit yang dikirim dibagi dengan throughput (bandwidth sebenarnya dari jaringan) yang dimiliki oleh jaringan, dalam hal ini pembuktian akan dihitung pada pengujian latency 1 client dari masing-masing jaringan. Berikut hasil perhitungan latency jaringan DSLAM dan GPON: A. Perhitungan Latency jaringan DSLAM 1 Client Bit yang dikirim (Bit dalam PING) :32 Byte = 256 Bit. Mean Attainable Rate Dslam :6561 Kbps. Latency (Second) :256 / 6817 = 0,036 second. Latency (Milisecond) :0,037*1000 = 36 milisecond. B. Perhitungan Latency jaringan GPON 1 Client Bit yang dikirim (Bit dalam PING) :32 Byte = 256 Bit. Mean Attainable Rate GPON :28491 Kbps. Latency (Second) :256 / 28491 = 0,009 second. Latency (Milisecond) :0,009 *1000 = 9 milisecond. Tabel 4.13 Rata-rata latency/delay DSLAM dan GPON DSLAM GPON Mean Latency/Delay (%) 93,8 34,2

119 Jika diambil rata-rata dari gambar 4.24, maka akan didapat rata-rata nilai delay pada DSLAM sebesar 93,8 ms dan rata-rata nilai delay pada GPON sebesar 34,2 ms. Rata-rata nilai delay DSLAM jauh lebih besar dibandingkan GPON yang hanya mencapai rata-rata latency sebesar 34,2 ms. 3. Grafik Komparasi data Packet Loss Jaringan DSLAM dan GPON 30 25 20 15 10 5 0 Packet Loss (%) 27,8 23,11 20,36 15,63 10,9 3,5 4,54 5,21 6,49 7,79 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.25 Perbandingan Data Packet Loss Pada gambar 4.25 merupakan gambar grafik perbandingan hasil pengukuran packet loss pada jaringan DSLAM dan GPON. Parameter selanjutnya yang dilakukan pengukuran yaitu packet loss. Hasil pengukuran packet loss pada jaringan DSLAM yaitu 10,9 % 27,8 %. Sedangkan GPON menghasilkan nilai packet loss sebesar 3,5 % 7,79 % lebih rendah dibandingkan presentase Packet Loss DSLAM. Semakin rendah presentase tingkat packet loss yang hilang dapat dinyatakan bahwa jaringan tersebut lebih stabil untuk pengiriman data dari sumber sampai ke tujuan, karena presentase packet loss menandakan seberapa banyak paket data yang hilang

120 dalam perjalanan menuju tujuan. Dalam hal ini GPON memiliki presentase packet loss yang lebih rendah apabila dibandingkan DSLAM. Tabel 4.14 Rata-rata Packet Loss DSLAM dan GPON DSLAM GPON Mean Packet Loss (%) 19,56 5,51 Tabel 4.14 merupakan rata-rata hasil pengukuran dari 5 kali percobaan pengukuran berdasarkan pada jumlah client yang digunakan. Hasil rata-rata packet loss yang dihasilkan dari jaringan DSLAM sebesar 19,56%, sedangkan 5,51% pada GPON, apabila dikelompokkan kedalam tabel QoS versi TIPHON untuk packet loss maka DSLAM masuk ke dalam indeks 2, sedangkan GPON masuk ke dalam indeks 3. 4. Grafik komparasi data Jitter jaringan DSLAM dan GPON 100 80 60 40 20 0 Jitter (ms) 88,56 90,73 93,41 82,49 47,32 35,72 31,6 20,31 5,31 7,11 1 2 3 4 5 DSLAM GPON Gambar 4.26 Perbandingan Data Jitter Pada gambar 4.26 merupakan tabel perbandingan hasil pengukuran parameter uji yang terakhir yaiut jitter. Pada gambar

121 tersebut memperlihatkan nilai jitter pada DSLAM lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jitter pada GPON, dengan perolehan data pada DSLAM sebesar 35,72 ms hingga 93,41 ms. Sedangkan pada GPON didapati antara 5,31 ms 47,32 ms. Tabel 4.15 Rata-rata Jitter DSLAM dan GPON DSLAM GPON Mean Jitter (ms) 78,18 22,33 Rata-rata yang didapat dari dari jitter untuk kedua sistem adalah 78,18 ms untuk DSLAM dan 22,33 ms untuk GPON. Jitter merupakan variasi delay antar paket pengiriman yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat berpengaruh oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (collision) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik didalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion. Dikatakan congestion disini adalah kondisi yang terjadi pada lalu lintas data yang padat ketika banyak paket dalam jumlah besar harus melewati suatu jaringan yang sama pada waktu yang bersamaan. Semakin besar nilai jitter yang didapati dalam jaringan, maka akan berpengaruh terhadap penurunan QoS jaringan tersebut. Hal ini terjadi pada sistem jaringan DSLAM dengan tingkat jitter yang tinggi. Maka dengan ini GPON mampu lebih baik dibandingkan DSLAM, dan apabila dikelompokkan ke dalam tabel menurut TIPHON untuk jitter maka DSLAM dimasukkan ke dalam indeks 2 dan GPON ke dalam indeks 3. Dalam aspek parameter pengukuran jitter GPON unggul satu tingkat lebih tinggi pada indeks rata-rata jitter. Dengan kemampuan yang dimiliki GPON menghasilkan nilai jitter yang cukup kecil berdampak pada kualitas jaringan yang tentunya akan semakin baik. Karena ketentuan semakin kecil nilai jitter yang terkandung pada jaringan, maka akan semakin baik jaringan tersebut dalam hal performansinya.

122 4.3.3. Indeks Performansi Jaringan DSLAM dan GPON Berikut adalah hasil pengelompokkan data pengukuran parameter kualitas jaringan yang meliputi : Attainable Rate, SNR, dan Attenuation dan kualitas layanan QoS yang meliputi Throughput, Latency, Packet Loss, dan Jitter berdasarkan tabel yang ada pada tinjauan pustaka. 1. Grafik Hasil Pengelompokan Rata-rata Parameter QoS Rekapitulasi Hasil Parameter QoS Index 5 4 3 2 1 0 4 4 3 3 3 2 2 Throughput Packet Loss Jitter Delay/Latency Parameter QoS DSLAM GPON Gambar 4.27 Indeks QoS DSLAM dan GPON Gambar 4.27 mewakili hasil perhitungan perolehan indeks ukur dari 4 parameter QoS, yaitu : Throughput, Packet Loss, Jitter dan Delay/Latency pada kedua sistem jaringan yang di uji coba performanya. Pada gambar diatas perolehan untuk sistem DSLAM meliputi indeks Throughput : 3 (good), Packet Loss : 2 (fair), Jitter : 2 (fair) dan Delay/Latency : 4 (excellent). Sedangkan pada GPON meliputi indeks Throughput : 4 (excellent), Packet Loss : 3 (good), Jitter : 3 (good) dan Delay/Latency : 4 (excellent). Total keseluruhan dari rata-rata adalah DSLAM memperoleh indeks rata-rata sebesar 2,75. Sedangkan GPON memperoleh indeks rata-rata sebesar 3,5. Maka dengan demikian pada parameter QoS GPON lebih unggul daripada DSLAM.

123 2. Grafik Hasil Pengelompokan Kualitas Jaringan Downstream Downstream INDEX 6 5 4 3 2 1 0 5 5 4 3 3 2 SNR Attenuation Attainable Rate PARAMETER KUALITAS JARINGAN DSLAM GPON Gambar 4.28 Indeks Kualitas Jaringan DSLAM dan GPON Downstream Gambar 4.28 mewakili hasil perhitungan rata-rata dari 3 parameter ukur kualitas jaringan pada sisi downstream yang diujikan kepada sistem DSLAM dan GPON. Dari indeks perolehan tersebut DSLAM mendapat nilai indeks bervariatif pada ke-3 parameter uji kualitas jaringan, untuk SNR : 3 (good), attenuation : 2 (fair), dan attainable Rate : 3 (good). Sedangkan untuk perolehan GPON pada parameter uji rata-rata yang sama yaitu, SNR : 4 (excellent), attenuation : 5 (outstanding), dan attainable Rate : 5 (outstanding). Maka perolehan rata-rata untuk keduanya adalah dengan DSLAM sebesar 2,6. Sedangkan untuk GPON perolehan sebesar 4,6. Unggul dengan selisih indeks rata-rata 2 poin lebih baik daripada DSLAM membuat GPON dapat lebih baik dalam performa. Dengan demikian GPON mampu untuk lebih baik dibanding DSLAM pada kategori parameter jaringan tingkat downstream. Kualitas jaringan dari aspek downstream akan berpengaruh besar terhadap user yang menggunakan layanan PT.Telkom, maka dengan implementasi GPON diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dikalangan user yang menggunakan layanan PT.Telkom.

124 3. Grafik Hasil Pengelompokan Kualitas Jaringan Upstream Upstream INDEX 6 5 4 3 2 1 0 5 5 4 4 2 2 SNR Attenuation Attainable Rate PARAMETER KUALITAS JARINGAN DSLAM GPON Gambar 4.29 Indeks Kualitas Jaringan DSLAM dan GPON Upstream Gambar 4.29 merepresentasikan hasil rata-rata indeks perolehan dari parameter kualitas jaringan untuk kedua sistem yang diuji DSLAM dan GPON kategori upstream. Untuk DSLAM diperoleh berturut-turut pada parameter uji kualitas jaringan SNR : 2 (fair), attenuation : 4 (excellent), dan attainable Rate : 2 (fair). Sedangkan untuk GPON sendiri memperoleh hasil dari rata-rata pengukuran di tiap-tiap parameternya sebesar SNR : 4 (excellent), attenuation : 5 (outstanding), dan attainable Rate : 2 (fair). Sehingga dengan demikian rata-rata perolehan dari ke-3 parameter kualitas jaringan DSLAM mendapat poin indeks sebesar 2,6. Sedangkan GPON mendapat 4,3. Maka dapat diketahui untuk kategori upstream sistem GPON mampu lebih baik dari DSLAM. Unggul tipis dibanding DSLAM pada aspek Upstream adalah hal yang positif karena diimbangi dengan keunggulan pula di aspek Downstream yang dimiliki oleh sistem jaringan GPON. Sehingga dari beberapa paparan data diatas sudah dipastikan bahwa sistem jaringan GPON unggul dalam sektor QoS dan juga pada aspek kualitas jaringan, baik itu untuk arah upstream maupun downstream keduanya sama-sama memberikan kelebihan dibandingkan sistem sebelumnya yang digunakan, yakni menggunakan DSLAM.