BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Metode statistik merupakan bidang pengetahuan yang mengalami pertumbuhan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Objek penelitian dalam meramalkan partisipasi angkatan kerja dan tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan (Forecasting)

Setengah Penganggur Kabupaten/Kota Karangasem AGUSTUS 2015

PROYEKSI ANGKATAN KERJA DI KOTA BINJAI PADA TAHUN 2008 BERDASARKAN DATA LIMA (5) TAHUN SEBELUMNYA TUGAS AKHIR MUHAMMAD ALFI SYAHRIN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

Febriyanto, S.E., M.M.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

TIME SERIES. Deret berkala dan Peramalan

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

ANALISIS DERET BERKALA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANGKA INDEKS. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA METODA -- METODA PERAMALAN METODA PERAMALAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

Deret Berkala dan Peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

STATISTIKA DESKRIPTIF Dosen:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Operasional. PERAMALAN (Forecasting)

Universitas Gadjah Mada

BAB 2 LANDASAN TEORI. dengan faktor-faktor pengubahnya (mortalitas, natalitas, migrasi dan distribusi).

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu yang akan datang berdasarkan data empiris. Data empiris(terhitung)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

Waktu (Tahun)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memecahkan permasalahan yang diangkat. Namun tidak semudah dibayangkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Trend Sekuler Linier. Analisis Runtut Waktu (Time Series) adalah analisis pergerakan atau perubahan variabel bisnis/ekonomi dari waktu ke waktu.

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Produk Domestik Regional Bruto

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Katalog BPS :

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data Berdasarkan sumbernya, data dan informasi yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah yang diperoleh langsung dari sumbernya yang belum mengalami perubahan atau pengolahan apapun (data mentah) sedangkan data sekunder adalah data yang dalam pengumpulannya tidak dilakukan oleh peneliti tetapi melalui suatu lembaga terkait. Dalam penelitian Tugas Akhir ini, penulis menggunakan data sekunder dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. 2.2 Pengumpulan Data Pertumbuhan penduduk yang pesat membawa akibat pada tingkat pertumbuhan angkatan kerja, tidak hanya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang berubah tetapi perubahan juga terjadi pada tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Angkatan kerja ini di defenisikan sebagai penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Analisa dan pembahasan mengenai ketenaga kerjaan ini disajikan meliputi komposi si angkatan kerja, jumlah penduduk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja. 5

2.3 Pengertian Angkatan Kerja Tenaga kerja adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki usia kerja (working age population). Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab. Angkatan kerja (labour force) secara demografi angkatan kerja bergantung dari tingkat partisipasi angkatan kerja, yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang menjadi angkatan kerja. Jadi, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yang memproduksi barang dan jasa. Kelompok angkatan kerja terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu: 1. Angkatan kerja yang bekerja a. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit dua hari. b. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah pekerja tetap, petani-petani dan orang-orang yang bekerja dalam keadilan. 6

2. Angkatan kerja yang mencari pekerjaan a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari/ mendapatkan pekerjaan. b. Mereka yang bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan. c. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Bukan angkatan kerja (not in the labour force) adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Jadi, mereka bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari: 1. Sekolah adalah mereka yang kegiatannya hanya bersekolah. 2. Mengurus rumah tangga adalah untuk mereka yang kegiatannya hanya mengurus rumah tangga mendapat upah. 3. Penerimaan pendapatan adalah untuk mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan tetapi memperoleh penghasilan, misalnya pensiun, bunga simpanan, hasil persewaan dan sebagainya. 4. Lainnya adalah untuk mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain karena usia lanjut, lumpuh, dungu dan sebagainya. 7

2.3.1 Jenis Pekerjaan Urutan jenis pekerjaan diurutkan pada tingkat produktifitas kerja, mulai dari yang paling produktif sampai dengan yang tidak produktif. Selain itu, jenis pekerjaan seringkali dihubungkan dengan tingkat pendidikan, keterampilan dan jumlah jam kerja untuk mengetahui dimana ada setengah pengangguran dan tempat tinggal. Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan oleh orang-orang yang mencari pekerjaan dan pernah bekerja. Jenis pekerjaan ini dibagikan dalam 7 (Tujuh) golongan yaitu: 1. Tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain. 2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan. 3. Tenaga administrasi, tenaga tata usaha. 4. Tenaga penjualan. 5. Tenaga usaha. 6. Tenaga usaha pertanian. 7. Tenaga produksi dan sejenisnya, dan operator alat-alat pengangkutan. 2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Angka TPAK dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan. Bila angka TPAK kecil maka dapat di katakan bahwa penduduk usia kerja baik yang sedang sekolah maupun mengurus rumah tangga dan lainnya. Dengan demikian angka TPAK di pengaruhi oleh faktor sosial ekonomi maupun faktor demografis. Beberapa faktor demografis yang dianggap penting pengaruhnya terhadap TPAK adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan status perkawinan. 8

TPAK = Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut : 1. Setengah menganggur adalah jika seseorang bekerja tidak tetap diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya. 2. Pengangguran tidak ketara, di dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktifitasnya. 3. Pengangguran friksionil adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut. 2.3.3 Status Kedudukan dalam Pekerjaan dari Angkatan Kerja Klasifikasi status pekerjaan sejak tahun 1971 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2000 dan tampaknya untuk periode seterusnya, di bandingkan dengan klasifikasi lapangan usaha maupun jenis pekerjaan yang selalu mengalami penyesuaian. Dengan demikian analisis perubahan atau status pekerjaan maupun pertumbuhannya mudah dilakukan. Status/kedudukan dalam pekerjaan dari angkatan kerja dibagi dalam (empat) golongan yaitu: 9

1. Pengusaha tanpa buruh adalah mereka yang melakukan usaha/pekerjaan atas resiko/tanggungan sendiri dan tidak memakai buruh yang dibayar atau hanya anggota rumah tangganya dengan membayar upah. 2. Pengusaha pakai buruh adalah seseorang yang dalam usahanya dibantu oleh salah satu atau beberapa buruh yang dibayar. 3. Buruh/pekerja adalah mereka yang bekerja dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang. 4. Pekerja keluarga adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha yang dilakukan salah seorang anggota rumah tangga tanpa mendapat gaji/upah. 2.3.4. Lapangan Pekerjaan/usaha Menurut Chris Manning (1993) analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitikberatkan pada alokasi angkatan kerja yang bekerja menurut sektor, trend perpindahan dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya. Lapangan pekerjaan/usaha adalah kegiatan dari usaha/perusahaan/ instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan pekerjaan/usaha ini dibagi dalam 10 (sepuluh) golongan yaitu: 1. Pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan. 2. Pertambangan dan penggalian. 3. Industri pengolahan. 4. Listrik, gas dan air. 5. Bangunan. 6. Perdagangan, rumah makan dan hotel. 7. Angkutan, penyimpanan, dan komunikasi. 10

8. Keuangan, asuransi dan perdagangan tak bergerak. 9. Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial dan pribadi. 10. Kegiatan yang tidak / belum jelas. 2.4 Peramalan Forecasting adalah peramalan atau perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi. Ramalan yang dilakukan pada umumnya akan berdasarkan data yang terdapat di masa lampau yang dianalisis dengan mengunakan metode-metode tertentu. Forecasting diupayakan dapat meminimumkan pengaruh ketidakpastian. Dengan kata lain bertujuan mendapatkan ramalan yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan Mean Absolute Deviation, Absolute Error, dan sebagainya. Atas dasar logika, langkah dalam metode peramalan secara umum adalah mengumpulkan data, menyeleksi dan memilih data, memilih model peramalan, menggunakan model terpilih untuk melakukan peramalan, evaluasi hasil akhir. Berdasarkan sifatnya, peramalan dibedakan menjadi: 1. Peramalan Kualitatif Peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan kualitatif didasarkan pada pengamatan kejadian-kejadian di masa sebelumnya digabung dengan pemikiran dari penyusunnya. 2. Peramalan Kuantitatif Peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu yang diperoleh dari pengamatan nilai nilai sebelumnya. Hasil peramalan yang dibuat tergantung 11

pada metode yang digunakan, menggunakan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda. 2.5 Metode-Metode Peramalan Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam prakteknya terdapat berbagai metode peramalan antara lain: 1. Deret berkala atau Deret Waktu Data deret waktu adalah data hasil pencatatan secara terus menerus dari waktu ke waktu (periodik), biasanya dalam interval waktu yang sama. Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang panjang atau cukup lama. Gerakan ini yang menggambarkan keadaan yang secara terus menerus bergarak dari waktu ke waktu secara stabil (Supangat, 2008:167). 2. Causal Methods atau sebab akibat merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variable lain yang mempengaruhinya tetapi bukan waktu. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari: a. Metode regresi dan kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik least squares yang dianalisis secara statis. b. Model Input Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang. 12

c. Model ekonometri, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang dan jangka pendek. 2.6 Data Deret Berkala Deret waktu merupakan serangkaian pengamatan/observasi yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, biasanya dengan interval-interval yang sama (Murray R. Spiegel, 1972: 301). Deret waktu adalah waktu sekumpulan hasil observasi yang diatur dan didapat menurut urutan kronologis, biasanya dalam interval waktu yang sama (Sudjana, 198:240). Data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan, jumlah penduduk, jumlah kecelakaan, jumlah kejahatan, dsb). 2.6.1 Komponen Deret Berkala Empat Komponen Deret Berkala: 1. Trend Sekuler, yaitu gerakan yang berjangka panjang, lamban seolah-olah alun ombak dan berkecenderungan menuju ke satu arah, arah menaik atau menurun. 2. Variasi Musim, yaitu ayunan sekitar trend yang bersifat musiman serta kurang lebih teratur. 3. Variasi Sikli, yaitu ayunan trend yang berjangka lebih panjang dan agak lebih tidak teratur. 4. Variasi Random/Residu, yaitu gerakan yang tidak teratur sama sekali. 13

2.6.2 Pengolahan Data Analisis Deret Berkala Data kuantitatif deret berkala merupakan bahan analisis trend sekunder, variasi musim (seasonal), dan variasi siklikal. Pada hakekatnya, pengolahan dan penyesuaian data harus dilakukan sebelum data tersebut digunakan untuk tujuan analisis. Berkaitan dengan hal tersebut, pengguna data harus memperhatikan beberapa tentang permasalahan tentang: 1. Variasi Penanggalan. 2. Perubahan Harga. 3. Perubahan Penduduk. 4. Perbandingan Data. A. Variasi Penanggalan Pada umumnya, setahun dianggap memiliki 365 hari. Meskipun satu tahun terdiri dari 12 bulan, setiap bulan dapat memiliki jumlah hari yang berbeda yang bervariasi antara 28 sampai dengan 31 hari. Sebelum data time series digunakan untuk tujuan analisis, pengguna data wajib mengadakan penyesuaian terhadap jumlah hari dalam bulan atau jumlah hari kerja dalam bulan. Data tentang konsumsi, penjualan, dan sebagainya umumnya disesuaikan atas dasar jumlah hari dalam 1 bulan. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan dengan cara membagi angka konsumsi bulanan atau angka penjualan bulanan dengan jumlah hari dalam 1 bulan yang bersangkutan agar diperoleh angka konsumsi atau penjualan per hari. Sebaliknya, jika kita ingin angka-angka konsumsi bulanan tersebut tidak berubah, maka angka 14

konsumsi harian yang diperoleh harus dikalikan dengan jumlah hari rata-rata per bulan sebanyak 365/12 = 30,4167 hari. B. Perubahan Harga Dalam banyak kasus, data deret berkala terdiri dari angka-angka nilai produksi. Jika menggunakan deret berkala untuk menganalisis perubahan fisik yang bebas dari pengaruh fluktuasi harga, data kuantitatif tersebut harus di deflasikan dengan indeks harga yang sesuai sebelum dapat digunakan untuk tujuan analisis. Deret berkala tentang penjualan, pendapatan, ongkos bahan mentah dan sebagainya, harus di deflasikan agar fluktuasinya bebas dari perubahan harga-harganya. Proses deflasi penting sekali mengingat angka-angka nilai produksi yang meningkat kemungkinan di sebabkan oleh kenaikan harga, sedangkan jumlah fisiknya mungkin saja konstan bahkan menurun. C. Perubahan Penduduk Ada kalanya, ingin mengetahui fluktuasi produksi per kapita atau konsumsi per kapita. Dalam hal demikian, angka-angka produksi atau konsumsi harus dibagi dengan jumlah penduduk. Angka per kapita sedemikian itu sebenarnya telah memasukkan unsur perubahan penduduk di dalamnya. Perhitungan per kapita tersebut penting sekali karena produksi bisa saja menunjukkan gerekan meningkat (naik), tetapi per kapitanya menurun jika kenaikan jumlah penduduk lebih cepat di banding kenaikan produksinya. 15

D. Perbandingan Data Semua data deret berkala yang digunakan sebagai dasar analisis, seharusnya betul-betul sebanding. Jika sumber data berbeda, maka perlu dilakukan penelitian terhadap perumusan istilah-istilah oleh beberapa sumber yang berbeda. Perumusan yang berbeda tentang suatu istilah yang sama oleh beberapa sumber, perlu disesuaikan sebelum data tersebut digunakan. Sebagai contoh, terdapat dua sumber yang berbeda dimana keduanya merumuskan suatu istilah yang sama yaitu produksi sikat. Sumber yang pertama merumuskan istilah sikat sebagai gabungan perusahaan atau industri yang memproduksi sikat gigi, sikat lantai, dan sebagainya. Sedangkan sumber yang kedua merumuskan istilah sikat sebagai gabungan dari perusahaan atau industri sikat gigi saja. Berdasarkan model klasik, nilai deret berkala atau time series (Y) merupakan gabungan perkalian dari nilai-nilai komponennya, dan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: Y = T x C x S x I Jadi suatu data runtut waktu merupakan hasil kali dari 4 komponen yaitu trend (T), cyclus (C), seasonal (S) dan irregular (I). 2.6.3 Trend Sekunder Perkembangan suatu kejadian, gejala atau variabel yang mengikuti gerakan trend sekunder dapat disajikan dalam bentuk: 1. Persamaan trend, baik persamaan linier maupun persamaan non linier. 2. Gambar/grafik yang dikenal dengan garis/ kurva trend, baik garis lurus maupun lengkung. 16

2.6.4 Trend Linear Trend Linier adalah trend yang variabel X nya (periode waktu) berpangkat paling tinggi satu (Dergibson, 2000). Sering kali data deret waktu jika digambarkan ke dalam plot mendekati garis lurus. Deret waktu seperti inilah yang termasuk dalam trend linier. Penentuan persamaan dan garis trend linier dapat dilakukan dengan metodemetode berikut: 1. Metoda tangan bebas (freehand method). 2. Metoda setengah rata-rata (semi average method). 3. Metoda matematis. 4. Metoda kuadrat terkecil (least square method). 17