BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK DAERAH BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. terutama melalui pembayaran pajak, digunakan oleh pemerintah untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan, sebagai mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting dalam mensukseskan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan atau menyelesaikan studi pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Maka dari itu mahasiswa diwajibkan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dimaksudkan untuk dapat mengetahui atau memahami tatacara kerja di Kantor Pelayanan Pajak. Pajak merupakan sumber utama penerimaan yang dipergunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan, sehingga Direktorat Jenderal Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Negara serta masyarakatnya. Tuntutan terhadap meningkatnya penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan merupakan alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari tahun ketahun, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan

menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang Perpajakan di Indonesia, dari menggunakan sistem pemungutan pajak official assessment hingga kini menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment yang mana Wajib Pajak diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang (Fidel, 2008:6), sehingga dapat dikatakan Wajib Pajak memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan tersebut. Pada kenyataannya masih banyak terdapat Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Akibat dari tindakan Wajib Pajak ini maka dilakukanlah tindakan penagihan pajak Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa. Yang berfungsi sebagai sarana pencairan tunggakan pajak. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus adalah bagaimana penagihan pajak terhadap Wajib Pajak dapat berjalan lancar.

Karena lancar tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari sektor pajak tersebut. Dalam hal penagihan pajak Aparatur Pajak Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagai sarana pelunasan pajak terhutang. Namun kenyataannya dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Tagihan Pajak atau Surat Teguran atau surat lainnya. Begitu juga Surat Teguran bukan merupakan saran yang dapat menjamin pendapatan Negara berupa pajak dapat diterima / diperoleh dengan cepat. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak menjawab atas diterbitkannya Surat Teguran tersebut dan harus dilakukan Penagihan Pajak dan Biaya Penagihan Pajak. Oleh karena itu, Surat Paksa merupakan salah satu sarana pengadministrasian yang penting dalam melaksanakan Penagihan guna mencapai penerimaan Negara dari sektor Pajak. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dalam melaksanakan Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM) yang merupakan salah satu tindak lanjut dari Laporan Tugas Akhir yang merupakan syarat kelulusan dalam Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan judul Pelaksanaan Penagihan Aktif dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya. Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah : 1.1 Untuk dapat mengetahui Tatacara Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 1.2 Untuk mengetahui kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 1.3 Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 1.4 Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Manfaat bagi mahasiswa yaitu : a. Menerapkan teori yang di dapat selama dibangku kuliah ke dalam dunia kerja. b. Hasil praktik dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan ilmu khususnya di bidang Penagihan Pajak. c. Menempah mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampil dalam menghadapi dunia kerja. d. Meningkatkan kemampuan, memperluas, memantapkan keterampilan mahasiswa dalam menjalin hubungan yang baik.

2.2 Bagi Program Studi Diploma III FISIP USU yaitu : a. Membuat dan mengaplikasikan kurikulum yang nyata. b. Membuka interaksi antara dosen, Program Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan mahasiswa dengan instansi dalam hal ini Kantor Pajak Pratama Medan Kota. c. Mempromosikan kegunaan dan kualitas sumber daya mahasiswa. d. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya. e. Memberi bukti yang nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan selama dibangku kuliah. 2.3 Bagi Kantor Pajak Pratama Medan Kota a. Menjalin hubungan baik dengan, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. b. Meningkatkan dan mendorong pemunculan pemikiran-pemikiran baru untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. c. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota kepada khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. d. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam hal meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

C. Uraian Teoritis Gambaran penagihan aktif pajak meliputi : 1. Pengertian penagihan pajak. Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penangung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. (Mardiasmo, 2008:46) 2. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak Dasar hukum pelaksanaan pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa. 3. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Jurusita Tugas Jurusita Pajak : a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. b. Memberitahukan Surat Paksa. c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan. d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak. Jurusita Pajak juga dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintahan Daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak lain. Wewenang Jurusita Pajak antara lain : a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. b. Meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional, Bea cukai, dan Lembaga lainnya. c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahu maksud dan tujuan penyitaan.

Sedangkan Kewajiban Jurusita Pajak adalah : a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita pajak. b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus/surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling). c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus/surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling). d. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat Paksa. e. Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa. f. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor pejabat yang menerbitkannya, mengumuman melalui media massa, atau cara lain dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat kedudukannya. g. Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dan mencatatnya dalam Berita Acara apabila Wajib Pajak menolak menerima salinan Surat Paksa dan Surat Paksa tersebut dianggap telah diberitahukan. h. Memperlihatkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).

i. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS), dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi, dan Penanggung Pajak. j. Menempelkan segel sita pada barang-barang yang disita. 4. Proses Penagihan Pajak a. Surat Teguran b. Surat Paksa c. Penyitaan d. Lelang. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini yang paling mendasar antara lain : 1. Tatacara pelaksanaan Penagihan Aktif kepada Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, pada seksi Penagihan. 2. Kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis melakukan metodemetode yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Adapun metode yang digunakan penulis adalah : 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan, kegiatan yang harus dilakukanoleh mahasiswa sebelum melaksanakan PKLM pada objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM dan menerima surat pengantar dari Fakultas. 2. Studi Literatur Studi literatur, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teoriseperti Undang-Undang, buku, maupun literatur lain yang berhubungan dengan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 3. Observasi Lapangan Observasi lapangan, kegiatan penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mengharapkan bantuan dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan nantinya akan dijadikan bukti dalam daftar dokumentasi penulis.

4. Pengumpulan Data Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri antara lain : 4.1 Data primer (bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota) 4.2 Data sekunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang berhubungan dengan Penagihan Pajak). 5. Analisis dan Evaluasi Penulis melakukan analisa dan evaluasi data mengenai proses Penagihan Pajak pada Kantor Pajak Prtama Medan Kota. F. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai yang terkait dengan Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan laporan.

2. Observasi Yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung atas kegiatan Penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 3. Dokumentasi Yaitu dapat berupa struktur organisasikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM. G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dalam hal penulisan Laporan ini sistematika penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan secara terperinci sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM Dalam bab ini akan di jelaskan gambaran umum objek/lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, danbidang-bidang kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. BAB III : GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pengertian penagihan pajak, dasar hukum penagihan pajak, tugas, wewenang, kewajiban jurusita pajak, dan gambaran proses Penagihan aktif atau hal-hal lain yang berhubungan. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI Dalam bab ini penulis menganalisa data yang telah diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana seperti Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dan Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal yang dibahas dan juga mengemukakan saran berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN