I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

I. PENDAHULUAN. Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (23 28)

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

PERLEBAHAN DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

MOTIVASI PETANI DALAM BUDIDAYA LEBAH MADU (Apis Cerana) DI DESA BUANA SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

ISSN Journal of Sustainable Forest. Jurnal ISSN Halaman Bandar Lampung September 2013 JURNAL SYLVA LESTARI

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (29 36)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

TINJAUAN PUSTAKA. Hasil Hutan Non Kayu Hasil hutan dibagi menjadi dua bagian yaitu hasil hutan kayu dan hasil

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. penangkaran sederhana dan penangkaran modern. Penangkaran sederhana

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura

TEKNOLOGI PERBENIHAN BAWANG MERAH MELALUI TSS (TRUE SHALLOT SEED) S u w a n d i

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KERJASAMA PEMANFAATAN HUTAN LINDUNG

KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 09 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN KHUSUS PENEBANGAN JENIS KAYU ULIN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV APLIKASI PERMASALAHAN

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Dalam rangka menunjang

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH SEL SISIRAN KOLONI LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN

Kabupaten/Kota (Ha) (Btg) (Kg/Thn)

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera

I. PENDAHULUAN. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

Key words : morphology, Apis dorsata Fabr., Aggregation.

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik nabati dan hayati beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu. Hasil hutan bukan kayu merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum digali untuk dikelola secara lestari sampai saat ini. Beberapa faktor yang menyebabkan belum berkembangnya HHBK adalah: hasil hutan bukan kayu masih terabaikan dibandingkan dengan hasil hutan kayu, kurangnya pengetahuan masyarakat akan hasil hutan bukan kayu, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan hasil hutan bukan kayu, dan tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan. Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah madu. Madu adalah salah satu produk perlebahan yang telah dikenal oleh masyarakat luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Madu lebah dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat berbagai macam penyakit. Madu berasal dari serbuk sari dan nektar yang terdapat pada bunga-bungaan yang dihasilkan oleh lebah madu.

2 Lebah madu adalah salah satu jenis serangga yang hidup dan berkembang biak dengan serbuk sari dan madu. Bangsa lebah beranggotakan 12.000 spesies. Semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Lebah madu termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Lebah madu memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu. Jenis-jenis lebah madu endemik Indonesia adalah A. andreniformis, A. koschevnikovi, A. dorsata, dan A. cerana (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu jenis lebah madu yang banyak diusahakan di Propinsi Lampung adalah Apis cerana Fabr. Apis cerana Fabr. merupakan jenis lebah madu yang memiliki potensi ekologi, ekonomi, dan sosial yang perlu dikembangkan dengan teknologi lokal yang ramah lingkungan (Hilmanto, 2010). Salah satu tempat yang dapat dijumpai sebagai pengelolaan lebah madu Apis cerana Fabr. sebagai HHBK adalah di hutan rakyat di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Desa Buana Sakti memiliki luas mencapai 950,18 ha dengan kondisi alamnya berupa dataran rendah. Areal perkebunan masyarakat berada di areal hutan rakyat dengan luas mencapai 137,5 ha. Penduduk Buana Sakti menjadikan hasil perkebunan dan pertanian sebagai sumber pendapatan utama. Dalam memperoleh pendapatan tambahan, penduduk desa juga melakukan kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. dengan hasil produksi berupa koloni lebah madu.

3 Dalam memperoleh hasil penangkaran yang berkesinambungan, penerapan manajemen penangkaran yang baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur?. C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. dilihat dari aspek perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan proses penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran, dan hasil penangkaran yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. 2. Mengevaluasi kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

4 D. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi bagi para petani lebah madu Apis cerana Fabr. tentang manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana sehingga diketahui manajemen penangkaran yang diterapkan untuk meningkatkan keberhasilan penangkaran lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. 2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur selaku pembuat kebijakan dalam menunjang keberhasilan masyarakat. 3. Sebagai acuan bagi peneliti lain. E. Kerangka Pemikiran Hasil hutan bukan kayu dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu. Salah satu keunggulan HHBK yaitu tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya. Salah satu HHBK yang berpotensi dikembangkan di Propinsi Lampung adalah lebah madu Apis cerana Fabr. Apis cerana Fabr. memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi iklim setempat yaitu berdasarkan Smith dan Ferguson, Propinsi Lampung termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu Desember-Juni dengan temperatur rata-rata 24-34 0 C (Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, 2011), sehingga lebah ini mendapat banyak perhatian untuk dilestarikan dengan upaya penangkaran.

5 Selain itu, dengan adanya upaya penangkaran lebah Apis cerana Fabr., dapat menambah pendapatan bagi kelompok tani yang membudidayakannya. Berdasarkan Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010), penangkaran lebah madu merupakan upaya pemeliharaan dan pembesaran bibit lebah madu dengan tetap mempertahankan jenisnya. Hasil yang dapat diperoleh dari penangkaran lebah madu merupakan hasil produksi berupa koloni lebah dan hasil lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani. Agar hasil produksi tetap berkesinambungan dan tidak menurun secara drastis maka diperlukan manajemen penangkaran lebah madu. Adanya manajemen dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. akan menentukan cara-cara pengelolaan terhadap penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang memiliki manajemen penangkaran yang baik meliputi perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan proses penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran dan hasil penangkaran, akan mempengaruhi hasil produksi dari lebah madu tersebut. Jika telah diketahui manajemen penangkaran yang telah diterapkan oleh kelompok tani, maka dapat dilakukan perbaikan atau peningkatan manajemen jika diperlukan. Sehingga dapat diperoleh manfaat yang lebih maksimal dari kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Bagan kerangka penelitian disajikan pada gambar 1 berikut ini :

6 Hasil hutan bukan kayu (madu hutan) Lebah madu Apis cerana Fabr. Penangkaran lebah Manajemen penangkaran Perencanaan persyaratan teknis Pelaksanaan penangkaran Teknologi pengembangan penangkaran Produksi penangkaran Mengevaluasi manajemen penangkaran yang diterapkan Manajemen penangkaran yang baik (pustaka) Peningkatan keberhasilan penangkaran Apis cerana Fabr. Gambar 1. Bagan kerangka penelitian.