BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York.

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KRITERIA DAN INDIKATOR PENATAAN PASAR TRADISIONAL

ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR ADE CAHYA TRISTYANTHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan pelanggan, diperoleh nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB II TINJAUAN OBJEK

Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa)

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBAR PERSETUJUA}I JTJRNAL

Pasar rakyat SNI 8152:2015

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

RETRIBUSI PASAR DAN PENYEDIAAN FASILITAS UNTUK PEDAGANG PASAR DI PASAR TANJUNG JEMBER

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 24 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. praktiknya, pengaturan tata letak memiliki beragam dampak strategis dalam kegiatan. tanggapan yang cepat (Heizer dan Render, 2011).

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3. Pengelolaan air kotor dan kotoran manusia (Sawage and Exreta Disposal) 4. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS VITALITAS DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR ATAS

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

STANDAR USAHA LAPANGAN GOLF NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR. I. PRODUK A. Tempat 1. Luas lahan paling sedikit 10 ha dengan batas-batas yang jelas.

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

Transkripsi:

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan bagi penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung. Selain temuan studi, akan dibahas pula rekomendasi bagi penataan pasar tradisional di Kota Bandung, saran bagi studi lanjutan yang perlu dilakukan, serta catatan studi yang berisikan kelemahan studi yang dilakukan. 5.1 Temuan Studi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh beberapa temuan yang berkaitan dengan penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung. Temuan tersebut antara lain: Ketiga kelas pasar tradisional di Kota Bandung didominasi oleh pengunjung berjenis kelamin wanita (82,22). Pengunjung yang paling banyak ditemukan bekerja sebagai ibu rumah tangga (51%), merupakan tamatan SMU/sederajat (37,78%), dan memiliki pendapatan kena pajak (50%). Jarak yang ditempuh pengunjung ke pasar kelas I lebih besar dibandingkan jarak yang ditempuh pengunjung kelas II, dan jarak tempuh pengunjung pasar kelas II lebih besar dibandingkan pasar kelas III. Sebagian besar pengunjung pasar tradisional berbelanja lebih dari 4x seminggu (60%), pada selang waktu 06.00 09.00 (55,56%), selama 0.5 1 jam (58,89%) dan berjalan kaki untuk sampai ke lokasi pasar (38,89%). Namun khusus untuk pengunjung pasar kelas I sebagian besar menggunakan motor pribadi (35,67%). Barang dagangan yang paling banyak dibeli di ketiga kelas adalah sayuran (84,44%) Berdasarkan observasi, didapatkan penilaian terhadap penataan fisik pasar sampel sebagai berikut: 99

o Sebagian besar penilaian kriteria penataan pasar di ketiga kelas pasar tergolong cukup baik. Meskipun pasar kelas III memiliki nilai paling tinggi d iantara ketiga kelas pasar (2.08 dari skala 3), namun perbedaan nilai keseluruhan kriteria pada ketiganya hanya sedikit (2.01 dan 1.92). Dari 9 pasar yang diteliti hanya 1 unit pasar yang memiliki nilai baik, yaitu Pasar Gang Saleh. Pasar yang memiliki nilai kurang baik pun hanya 1 unit, yaitu Pasar Karapitan. Satu-satunya kriteria yang dinilai kurang baik secara keseluruhan adalah estetika pasar. Namun estetika pasar kelas III ternyata sudah tergolong kategori cukup baik dengan nilai 2,33. o Nilai kriteria paling tinggi dari keseluruhan pasar sampel adalah tingkat keselamatan di dalam pasar dengan nilai 2.14. Dalam kriteria ini pasar kelas I memiliki nilai paling tinggi (2.37) dan termasuk kategori baik, sedangkan nilai terendah dimiliki pasar kelas III dengan nilai 1.93. o Ketiga unit pasar kelas I memiliki nilai terendah pada kriteria estetika (1.00). Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar memiliki nilai tertinggi pada kriteria keselamatan (2.44), sedangkan Pasar Kiaracondong memiliki nilai tertinggi pada aksesibilitasnya (2.25). o Nilai kriteria tertinggi rata-rata pada pasar kelas II berada pada tingkat keselamatannya (2.11), namun pada Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Cihapit nilai tertinggi berada pada kriteria keamanan (2.60 dan 2.40). Sebaliknya pada kriteria keamanan tersebut, Pasar Karapitan memiliki penilaian yang paling rendah dibandingkan kriteria yang lain (1.20). o Kriteria penataan yang dinilai paling rendah dari keseluruhan sampel pasar kelas III adalah faktor kenyamanan (1.92). Tetapi untuk penilaian per pasarnya, Pasar Gempol memiliki nilai terendah pada kriteria estetika (1.50), dan Pasar Puyuh memiliki nilai terendah pada kriteria keselamatan (1.67). Berkebalikan dengan Pasar Gempol, nilai estetika Pasar Gang Saleh dan Pasar Puyuh merupakan nilai tertinggi (2.75), dan menjadikan kriteria tersebut sebagai kriteria dengan nilai rata-rata tertinggi pada pasar kelas III (2.33). 100

o Komponen pasar yang dinilai paling baik dari ketiga kelas pasar adalah air bersih (2.58), dan nilai paling rendah pada komponen papan informasi (1.00). Penilaian komponen tiap pasar sampel sangat beragam, pada setiap unit pasar nilai terbesar terdapat pada komponen yang berbeda-beda meskipun berada dalam kelas yang sama. Berdasarkan persepsi responden, didapatkan penilaian terhadap penataan fisik pasar sampel sebagai berikut: o Sebagian besar penilaian kriteria penataan pasar di ketiga kelas pasar tergolong cukup baik (1.78). Nilai rata-rata kriteria pasar kelas I paling tinggi dari pasar kelas II dan III, dan nilai rata-rata kriteria pasar kelas II lebih tinggi (1.74) daripada pasar kelas III (1.69). o Nilai kriteria paling tinggi dari keseluruhan pasar sampel adalah tingkat keamanan di dalam pasar dengan nilai 2.34. Sementara kriteria yang secara umum dinilai kurang baik adalah estetika (1.51) dan kecukupan fasilitas (1.61). o Pasar kelas I memiliki nilai tertinggi pada aksesibilitas (2.46) dengan nilai terendah 1.57 pada kriteria estetika. Pasar Anyar memiliki nilai rata-rata kriteria paling tinggi dalam sampel pasar kelas I (2.39). Ketiga unit pasar kelas I memiliki nilai terendah pada kriteria estetika. Nilai kriteria tertinggi untuk Pasar Ujungberung dan Kiaracondong terdapat pada kriteria aksesbilitas (2.27 dan 2.70), sedangkan nilai tertinggi bagi kriteria penataan Pasar Anyar adalah 2.65 untuk kriteria kenyamanan. o Pasar kelas II memiliki nilai tertinggi pada tingkat keamanan (2.33) dengan nilai terendah 1.51 pada kriteria estetika. Pada pasar kelas II, kriteria dengan nilai tertinggi untuk Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Cihapit terlihat pada kriteria keamanan (2.05 dan 2.50) dan nilai terendah pada kriteria estetika (1.43 dan 1.53). Sementara pada Pasar Karapitan nilai tertinggi terlihat pada kriteria keselamatan (2.10) dengan nilai terendah pada kecukupan fasilitasnya (1.55). 101

o Pasar kelas III memiliki nilai tertinggi pada kriteria keamanan (2.46) dengan nilai terendah 1.39 pada kecukupan fasilitasnya. Ketiga pasar kelas III memiliki nilai paling tinggi pada kriteria keselamatan di dalam pasar. Sementara nilai terendah Pasar Gang Saleh terdapat pada kriteria kecukupan fasilitas (1.33), Pasar Gempol pada kriteria estetika (1.30), dan Pasar Puyuh pada kriteria kesehatan (1.40). Berdasarkan perbandingan penilaian berdasarkan observasi dan persepsi responden didapatkan penilaian yang sama di sebagian besar kriteria. Perbedaan penilaian observasi dan persepsi pada tiap kelas hanya ditemukan beberapa kriteria, yaitu pada aksesibilitas dan keselamatan pada pasar kelas I, kecukupan fasilitas pada pasar kelas II, dan kesehatan, estetika serta kecukupan fasilitas pasar kelas III. Pengguna di tiga kelas pasar memilih bangunan pasar dan tempat pembuangan sampah sebagai komponen pasar yang paling perlu untuk diperbaiki (prioritas I). Komponen pasar kelas I yang menurut penggunanya perlu mendapatkan prioritas untuk mengalami perbaikan adalah bangunan utama. Menurut pengguna pasar kelas II, perbaikan komponen yang perlu diutamakan adalah bangunan dan gang antar kios. Sementara itu di pasar kelas III, prioritas komponen yang perlu diperbaiki antara lain bangunan pasar, dan tempat pembuangan sampah. Komponen-komponen yang dijadikan prioritas perbaikan oleh pengguna di masing-masing pasar, seperti bangunan, gang antar kios, dan tempat pembuangan sampah lebih cenderung berkaitan dengan kenyamanan dan aksesibilitas dari suatu pasar. Sedangkan jika dilihat, komponen yang paling sedikit dipilih oleh pengguna, seperti pemadam kebakaran, papan informasi, dan drainase, berkaitan dengan kriteria keselamatan dan kesehatan dari suatu pasar. 102

Sebagian besar responden (58,89%) di ketiga kelas pasar berpendapat bahwa tidak ada fasilitas baru yang perlu ditambahkan namun perlu dilakukan perbaikan terhadap fasilitas yang sudah ada. 5.2 Kesimpulan Studi Dari temuan-temuan studi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan tujuan dan sasaran studi ini, antara lain: a. Dari kajian literatur yang telah dilakukan, didapatkan 7 kriteria penataan pasar yang baik, yaitu aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan kecukupan fasilitas pasar serta fasilitas penunjangnya. Komponen penilaian penataan fisik pasar antara lain: Komponen utama, yang meliputi bangunan, kios dagang, gang antar kios, dan jalan utama. Komponen pendukung, yang meliputi identitas (papan nama, gapura atau tugu), papan informasi, toilet, mushola, air bersih, drainase, parkir, pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah. Dari kriteria dan komponen yang tersebut, kemudian dirumuskan indikator penilaian sebagai berikut: Tabel V.1 Komponen dan Indikator Penilaian Penataan Fisik Pasar Tradisional Komponen Bangunan pasar Kios dagang Indikator Akses keluar masuk dapat mudah ditemukan Dilengkapi penerangan yang dapat menjangkau seluruh wilayah (Ma ruf, 2006). Terdapat pagar pembatas dengan lingkungan luar pasar (Triyono, 2006). Terdapat pos keamanan Kondisi bangunan baik, tidak mudah runtuh, tidak membahayakan keselamatan. Bangunan bersih, bebas sampah, tidak lapuk, berjamur dan berserangga Ventilasi bangunan mencukupi Bangunan permanen (Sulistyowati, 1999). Bangunan menarik dan menyenangkan melalui indera (Gold,1980) Ukuran pasar mencukupi jumlah pedagang yang berjualan dan pelanggan yang datang, tidak ada pasar tumpah (Triyono, 2006). Setiap kios dagang dapat mudah diakses oleh pengguna pasar Kondisi kios baik, tidak mudah runtuh, tidak membahayakan keselamatan Kios dagang bersih dan bebas sampah Terdapat pembagian segmen kios berdasarkan barang yang didagangkan (Ma ruf, 2006). 103

Komponen Indikator Kios dagang menarik dan menyenangkan melalui indera (Gold, 1980) Ukuran kios mencukupi kebutuhan pedagang dan pembeli untuk beraktivitas Gang antar Gang tertata dengan baik sehingga dapat memudahkan sirkulasi (Ma ruf, 2006). kios Gang tidak terlalu sempit dan berdesakan Gang mendapatkan cukup penerangan Gang bersih dari rintangan yang menghalangi sirkulasi jalan (Ma ruf, 2006). Gang terhindar dari lalu lintas barang dan kendaraan Gang bersih, bebas dari sampah, tidak becek dan cukup mendapat cahaya (Ma ruf, 2006). Lebar gang tidak terlalu sempit untuk dilalui, cukup untuk minimal 2 orang (Ma ruf, 2006). Jalan utama Jalan utama mudah ditemukan dan dicapai Jalur masuk pejalan dan kendaraan terpisah Jalan bersih dari sampah dan tidak berlubang atau becek Kondisi jalan rata, tidak bergelombang, tidak berlubang dan layak digunakan Jalan masuk cukup lebar untuk 2 orang jalan beriringan (Ma ruf, 2006). Dapat dilalui kendaraan darurat, seperti ambulans & pemadam kebakaran Identitas Identitas pasar diletakkan di tempat yang menarik perhatian dan mudah dilihat Identitas menarik, mudah dimengerti dan dapat dibaca dengan jelas Terdapat papan nama, gapura atau tugu yang memberikan identitas pasar Papan Papan informasi letaknya menarik untuk dilihat (Triyono, 2006). informasi Papan informasi mudah dimengerti dan dapat dibaca dengan jelas (Triyono, 2006). Papan informasi menarik perhatian Tersedia beberapa papan informasi yang menunjukkan arah ke bagian-bagian pasar yang sulit ditemukan Toilet Toilet umum mudah ditemukan Kondisi toilet baik dan tidak membahayakan keselamatan Toilet harus selalu kering, beraroma harum, bersih dan bebas sampah (Triyono, 2006). Toilet umum tersedia mencukupi kebutuhan pelanggan Mushola Mushola mudah ditemukan Kondisi mushola baik dan tidak membahayakan keselamatan Mushola bersih dan bebas sampah Tersedia perlengkapan shalat seperti mukena dan sajadah Mushola tersedia dan ukurannya mencukupi Air bersih Fasilitas air bersih mudah ditemukan Air bersih layak pakai, bersih dan tidak bau (minum dan MCK) Air bersih tidak berada di dekat pembuangan sampah Air bersih mencukupi kebutuhan pedagang dan pelanggan Drainase Drainase kering, dan tidak tersumbat sampah Tidak ada air yang tergenang akibat drainase yang kurang Parkir Tempat parkir mudah diakses, pintu keluar dan masuk mudah ditemukan (Ma ruf, 2006). Tersedia petugas pengatur parkir (Triyono, 2006). Tempat parkir bersih dan cukup mendapat cahaya (Ma ruf, 2006). Terdapat garis-garis pembatas parkir yang sesuai dengan ukuran mobil/motor (Triyono, 2006). Ruang parkir yang tersedia mencukupi kebutuhan Pemadam kebakaran Tempat pembuangan sampah Sumber: Hasil Analisis, 2007 Letak tabung pemadam dan tempat hidran mudah diketahui pelanggan dan pedagang (Triyono, 2006). Tabung pemadam dan tempat hidran tersedia lengkap yang dapat menjangkau seluruh wilayah pasar (Triyono, 2006) Tabung pemadam dan tempat hidran tersedia mencukupi kebutuhan Tempat pembuangan sampah mudah ditemukan dan dapat diakses dengan truk pengangkut sampah Daerah sekitar pembuangan sampah tidak terdapat sampah yang berceceran Tempat pembuangan sampah tidak menyatu dengan bangunan pasar Besarnya tempat pembuangan mencukupi kebutuhan 104

b. Berdasarkan penilaian dari hasil observasi dan studi persepsi yang telah dilakukan terhadap 9 unit pasar tradisional, diketahui bahwa kondisi fisik pasar berdasarkan observasi dan persepsi sebagian besar sama dengan kondisi cukup. Hal ini dapat terjadi karena karakteristik penduduk Indonesia yang cenderung tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan, sehingga sebagian besar memilih cukup untuk seluruh indikator. Sedangkan nilai keduanya yang cenderung cukup, menunjukkan bahwa pasar tradisional saat ini masih dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu.namun, untuk memiliki daya tarik pasar terhadap konsumen yang besar, kita tidak boleh puas dengan nilai cukup ini. c. Dari banyaknya komponen yang diprioritaskan untuk diperbaiki (prioritas I dan II) makin rendah kelas pasar, makin banyak komponen yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan. Prioritas utama perbaikan komponen pasar di seluruh pasar sampel adalah bangunan pasar. Prioritas tersebut sama pada ketiga kelas pasar, namun untuk pasar kelas I gang antar kios juga termasuk prioritas utama, dan tempat pembuangan sampah untuk pasar kelas III. Komponen-komponen yang dijadikan prioritas perbaikan oleh pengguna di masing-masing pasar, seperti bangunan, gang antar kios, dan tempat pembuangan sampah lebih cenderung berkaitan dengan kenyamanan dan aksesibilitas dari suatu pasar. Sedangkan komponen yang paling sedikit dipilih oleh pengguna, seperti pemadam kebakaran, papan informasi, dan drainase, berkaitan dengan kriteria keselamatan dan kesehatan dari suatu pasar. Prioritas kelas I sebagian besar berkaitan dengan faktor kenyamanan dan kecukupan fasilitas, Pasar Kelas II lebih memprioritaskan pada komponen-komponen kenyamanan, keselamatan, kesehatan dan kecukupan fasilitas. Sedangkan untuk Pasar Kelas III, kompoenn yang diprioritaskan untuk diperbaiki berkaitan dengan kenyamanan dan kecukupan fasilitas. Perbedaan antara prioritas kelas I, III dengan prioritas pasar kelas II dipengaruhi oleh kondisi setiap unit pasar di kelas-kelas tersebut, dimana diketahui kondisi fisik Pasar Kelas II memiliki nilai yang paling rendah meskipun masih dalam rentang kategori nilai yang sama. 105

d. Sebagian besar responden di ketiga kelas pasar berpendapat bahwa tidak perlu dilakukan penambahan fasilitas baru, namun responden menyatakan perlu dilakukan perbaikan terhadap fasilitas yang sudah ada. Fasilitas baru yang menurut sebagian kecil responden perlu ditambahkan antara lain: fasilitas keamanan, drainase/selokan, taman atau ruang terbuka hijau, dan fasilitas parkir di pasar kelas I, tempat parkir, pagar, tempat sampah organik dan non organik, fasilitas keamanan, dan segmentasi pasar di pasar kelas II, dan fasilitas kebersihan, parkir, toilet, pengerasan lantai/ubin, dan penyediaan pos keamanan di pasar kelas III. Perbedaan antara masing-masing kelas pasar terjadi karena perbedaan peniliaian responden di setiap kelas pasar terhadap kondisi fisiknya. Hal ini juga dapat terjadi karena perbedaan kebutuhan responden terhadap fasilitas di dalam pasar. e. Perbaikan fisik pasar tradisional dapat meningkatkan daya tarik pasar terhadap konsumennya. Namun perbaikan kondisi fisik saja belum cukup untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern. Untuk itu, perlu dilakukan pengelolaan pasar yang sejalan dengan perbaikan kondisi fisik pasar tradisional. 5.3 Rekomendasi Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penataan pasar tradisional dan penataan pusat perdagangan di Kota Bandung. Beberapa arahan perbaikan yang dapat diberikan untuk setiap pasar tradisional di Kota Bandung antara lain: Pengelola pasar hendaknya memperhatikan keindahan pasar melalui dekorasi ruangan di dalam dan diluar bangunan, penataan vegetasi dan penerangan, dan sebagainya. Kondisi estetika pasar tradisional saat ini secara umum kurang baik, sehingga dengan penataan estetika tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya tarik pasar tradisional. 106

Penyediaan fasilitas pendukung di dalam pasar seperti tempat parkir, toilet, mushola dan tempat pembuangan sampah juga perlu diperhatikan dan disediakan sesuai kebutuhan. Untuk meningkatkan kenyamanan di dalam pasar, perlu dilakukan pengerasan lantai/ubin di dalam dan luar bangunan, karena pada umumnya kondisi lantai pasar sudah buruk dan seringkali becek. Kios-kios dagang juga perlu dibagi berdasarkan barang yang dijual sehingga memudahkan pengunjung pasar untuk berbelanja. Dari arahan perbaikan tiap unit pasar sampel penelitian di atas, dapat dirumuskan arahan perbaikan untuk tiap kelas pasar dan pasar tradisional di Kota Bandung secara umum. Arahan perbaikan tersebut antara lain: a. Pasar Kelas I Perbaikan estetika pasar melalui penataan komponen dan penyediaan vegetasi baik di dalam maaupun di luar bangunan pasar. Komponen yang perlu diperhatikan antara lain kondisi bangunan yang pada umumnya sudah tua dan perlu dilakukan revitalisasi, perbaikan jalan utama, serta penyediaan identitas, papan informasi, toilet, mushola, kios dagang dan tempat parkir yang mencukupi kebutuhan pengunjungnya. b. Pasar Kelas II Estetika dari pasar-pasar kelas ini masih rendah dan perlu dilakukan perbaikan berupa penataan komponen di dalam dan di luar bangunan pasar. Perbaikan komponen dengan memprioritskan perbaikan bangunan pasar dan kios dagangnya. Komponen lain yang perlu diperbaiki, yaitu kios dagang dan jalan utama. Fasilitas pasar yang perlu disediakan antara lain papan informasi, tempat pembuangaan sampah, toilet, tempat parkir, pos keamanan dan mushola. c. Pasar Kelas III Pada pasar kelas ini komponen yang perlu diperhatikan adalah kondisi bangunan pasar serta penyediaan tempat pembuangan sampah. Pada 107

umumnya unit-unit pasar pada kelas ini tidak disediakan tempat pembuangan khusus sehingga sampah yang berserakan seringkali menjadi penyebab ketidaknyamanan berbelanja di pasar-pasar tersebut. Komponen lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi kios dagang, dan drainase, apakah masih cukup layak untuk digunakan. Sementara komponen yang perlu diperhatikan penyediaannya adalah identitas pasar, papan informasi, toilet, mushola, alat pemadam kebakaran, tempat parkir dan tempat pembuangan sampah. Arahan perbaikan untuk setiap unit pasar sampel adalah sebagai berikut: a. Pasar Ujungberung: Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan tingkat kenyamanan pasar melalui perbaikan bangunan, dan penambahan serta perbaikan kios dagang. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain perbaikan jalan utama, penambahan fasilitas toilet, papan informasi, tempat parkir, identitas dan papan informasi pasar, serta penambahan dan perbaikan tempat pembuangan sampah. Perbaikan estetika pasar juga perlu dilakukan dengan penataan kios dagang dan perbaikan bangunan. b. Pasar Anyar: Perbaikan utama yang perlu dilakukan adalah perbaikan bangunan pasar, jalan utama dan drainase, serta penambahan toilet. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antar lain pengaturan gang antar kios, perbaikan fasilitas mushola, serta penyediaan papan informasi, identitas pasar, dan air bersih. c. Pasar Kiaracondong: Komponen yang diutamakan untuk diperbaiki pada pasar ini adalah jalan utamanya. Perlu dilakukan pengerasan ulang karena banyaknya lubang dan permukaan jalan yang bergelombang. 108

Perbaikan lain yang perlu dilakukan adalah pengaturan gang yang terlalu sempit, perbaikan papan identitas pasar, serta penambahan fasilitas mushola dan papan informasi. d. Pasar Cihaurgeulis: Perbaikan yang diprioritaskan untuk dilakukan adalah renovasi bangunan yang sudah cukup tua, dan pembuatan tempat pembuangan sampah yang lebih layak dan mencukupi kebutuhan. Komponen lain yang perlu diperbaiki antara lain jalan utama dan gang antar kios, serta penambahan toilet, tempat parkir, papan informasi, mushola, serta pos keamanan. e. Pasar Karapitan Perbaikan yang perlu diutamakan pada pasar ini adalah perbaikan bangunan pasar dan kios dagang, pelebaran gang antar kios, serta penyediaan toilet dan tempat pembuangan sampah. Perbaikan selanjutnya yang perlu dilakukan antara lain perbaikan jalan utama dan drainase, penyediaan air bersih yang mencukupi kebutuhan, serta penambahan identitas, papan informasi, tempat parkir, mushola dan pos keamanan. f. Pasar Cihapit: Komponen yang perlu diutamakan untuk diperbaiki adalah gang antar kios dan jalan utama pasar. Jalan utama pasar ini hanya berupa gang sempit dan menurunkan aksesbilitas pengunjung untuk mencapai kios dagang, sehingga jika memungkinkan akses masuk perlu dipindahkan atau dilakukan pelebaran. Komponen lain yang perlu diperbaiki antara lain bangunan pasar, kios dagang dan identitas pasar. Komponen yang perlu dilakukan penambahan antara lain papan informasi, toilet, alat pemadam kebakaran, air bersih, tempat pembuangan sampah, serta tempat parkir. 109

g. Pasar Gang Saleh: Komponen yang perlu diutamakan untuk diperbaiki dari pasar ini adalah bangunan pasar, kios dagang dan penyediaan fasilitas toilet dan tempat parkir yang memadai. Perbaikan lain yang selanjutnya perlu dilakukan antara lain penyediaan papan informasi, alat pemadam kebakaran, air bersih, dan fasilits kebersihan, serta penataan gang antar kios. h. Pasar Gempol: Komponen yang perlu diperbaiki pada pasar ini antara lain bangunan pasar, kios dagang, gang antar kios, dan penerangan di dalam dan luar pasar. Komponen yang perlu ditambahkan pada pasar ini antara lain identitas pasar, papan infornasi, toilet, mushola, alat pemadam kebakaran, dan tempat pembuangan sampah i. Pasar Puyuh: Perbaikan yang perlu diutamakan pada pasar ini berupa perbaikan identitas pasar, perbaikan drainase dan penambahan tempat pembuangan sampah. Perbaikan yang juga perlu dilakukan antara lain perbaikan bangunan, dan penambahan fasilitas berupa papan informasi, toilet, mushola, alat pemadam kebakaran, air bersih, tempat parkir, dan pos keamanan. 5.4 Catatan Studi Studi mengenai arahan penataan fisik pasar tradisional ini tidak luput dari berbagai keterbatasan. Keterbatasan dalam studi ini antara lain: a. Responden yang dipilih hanya merupakan pengunjung pasar tradisional sehingga tidak diperoleh alasan tidak memilih pasar tradisional dari masyarakat yang berbelanja di pasar modern. b. Studi ini hanya terbatas pada penataan fisik pasar tradisional, dimana untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing pasar tidak hanya tergantung kepada penataan fisiknya saja melainkan pengelolaannya juga. 110

c. Studi ini hanya bersifat arahan, sehingga belum bersifat teknis atau secara terperinci menjelaskan konsep penataan yang harus diterapkan pada setiap komponennya. d. Pengambilan responden yang tidak terbagi antara waktu dan hari kerja atau hari libur menyebabkan kurang beragamnya responden yang didapat dan tidak dapat dilakukan analisa keterkaitan karakteristik responden tersebut dengan persepsi dan preferensi yang diberikan. 5.5 Studi Lanjutan Studi ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung dan dapat dijadikan masukan bagi penataan pasar di kota-kota lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam studi, maka untuk melengkapi hasil studi perlu dilakukan beberapa studi lanjutan sebagai berikut: a. Studi mengenai peningkatan pengelolaan pasar tradisional. b. Studi mengenai konsep penataan pasar tradisional. c. Studi mengenai daya saing pasar tradisional terhadap perkembangan pasar modern. 111