BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Aspek Perubahan Lahan terhadap Kondisi Tata Air Sub DAS Cisangkuy-DAS Citarum

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (UU RI No.41 th.1999). Hutan merupakan suatu ekosistem yang kompleks, selain berfungsi sebagai habitat tempat tumbuhnya keanekaragaman hayati, hutan juga memiliki fungsi klimatologis, hidrologis dan ekonomis. Keberadaan hutan juga berfungsi sebagai produsen oksigen dan penyerap karbon. Kabupaten Bandung memiliki potensi kehutanan yang cukup besar. Kawasan hutan yang ada di Kabupaten Bandung dibagi menjadi tiga kawasan, meliputi kawasan hutan negara, hutan konservasi dan hutan rakyat. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Bandung (http://www.bandungkab.go.id), hutan negara di Kabupaten Bandung seluas 37.728 ha yang dikelola oleh Perhutani dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jabar I. Kawasan hutan konservasi memiliki luas 8.248,48 ha yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jabar I. Sementara itu luas hutan rakyat di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 mencapai 6.132 ha yang tersebar di 31 kecamatan. Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Tahun 1991-2008 Tahun Perubahan (%) No Penutupan Lahan 1991-2001- 1991-1991 2001 2008 2001 2008 2008 1 Hutan 8738.8 6157.6 5702.0-29.5-7.4-34.8 2 Kebun/Perkebunan 3452.2 3961.6 3575.8 14.8-9.7 3.6 3 Permukiman/terbangun 1283.7 1549.0 3482.0 20.7 124.8 171.2 4 Sawah Irigasi 2736.4 2661.0 2171.1-2.8-18.4-20.7 5 Sawah Tadah Hujan 2032.6 1963.8 1826.1-3.4-7.0-10.2 6 Semak belukar 1106.7 3271.2 2754.7 195.6-15.8 148.9 7 Tegalan/Ladang 4770.5 3464.7 3933.4-27.4 13.5-17.5 8 Tegalan/Ladang bersemak 3376.2 4379.2 3952.9 29.7-9.7 17.1 9 Tubuh air 298.1 387.2 397.4 29.9 2.6 33.3 Luas Total 27795.3 27795.3 27795.3 Sumber : Risdiyanto, dkk (2009, hlm.1) 1

2 Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Ci Tarum Hulu yang berada di Kabupaten Bandung. Luas hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy pada tahun 1991 adalah 8.738,8 Ha dan pada tahun 2008 seluas 5.702 Ha. Artinya dalam 17 tahun terakhir telah terjadi penurunan luas hutan sebesar 34,8 %. Sementara itu, penggunaan lahan untuk permukiman dan semak belukar meningkat pesat. Penggunaan lahan untuk permukiman mengalami peningkatan sebesar 171, 2 %, sedangkan semak belukar meningkat hingga 148,9%. Menurut Risdiyanto, dkk (2009, hlm. 1) dinamika perubahan penggunaan lahan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kondisi hidrologis suatu Daerah Aliran Sungai. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain adalah perubahan iklim mikro, limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi. Keberadaan hutan yang memiliki banyak fungsi dan manfaat untuk kehidupan, namun keberadaannya tidak dapat dihindarkan dari gangguan hutan. Gangguan hutan yang terjadi dapat bersifat fisik maupun biologis. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia merupakan salah satu aktor dalam melakukan gangguan terhadap hutan. Salah satunya dalam kegiatan perambahan hutan atau penyerobotan lahan hutan. Penyerobotan lahan hutan merupakan salah satu jenis gangguan hutan yang disebabkan oleh manusia yang sasaran pokoknya adalah lahan hutan (Sastrosemito dalam Samsudin, 2006, hlm. 7). Menurut Eridiana (hlm. 15-16), bahwa sumber kerusakan yang paling utama adalah penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Mereka melakukan pencurian kayu dengan cara menebang pohon secara liar, pembakaran hutan yang kemudian digunakan untuk keperluan usaha tani mereka (perambah hutan). Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang tergolong rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perambahan hutan. Kondisi sosial ekonomi merupakan faktor penting yang berperan terhadap kelestarian hutan. Seperti yang dikemukakan oleh Nasendi dan Machfud (dalam Samsudin, 2006, hlm. 5) bahwa : kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan akan sangat menentukan keberhasilan pengusahaan hutan (pemanfaatan dan pelestarian hutan). Masalah deforestasi, degradasi hutan, kebakaran hutan, pencurian hasil hutan

3 dan tekanan-tekanan terhadap hutan lainnya merupakan tantangan dan ancaman yang dapat timbul sebagai akibat dari permasalahan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan Dalam Grand Strategy Penanganan Perambahan KPH Bandung Selatan (2012, hlm.1) menyebutkan bahwa, gangguan keamanan hutan yang paling dominan di KPH Bandung Selatan adalah perambahan hutan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sekitar hutan, terutama daerah pegunungan yang cocok untuk sayuran. Perambahan hutan di Kabupaten Bandung merupakan salah satu permasalahan yang krusial dan menjadi prioritas untuk segara ditangani karena keberadaannya dapat menganggu ekologi hutan. Perambahan yang terjadi di kawasan hutan lindung di Bandung Selatan seluas 1.420,73 ha dengan jumlah perambah 3.012 orang (Perhutani, 2013). Sebagian besar perambahan terjadi di Pangalengan, Banjaran dan Ciparay yang merupakan segitiga jalur perambahan terluas di Bandung Selatan. Perambahan yang terjadi di Pangalengan seluas 427,30 Ha, dengan jenis sayuran yang dibudidayakan adalah kol, bawang daun dan wortel. Setiap aktivitas manusia, dalam mencapai kehidupannya mempunyai dampak yang menimbulkan kerusakan lingkungan, baik dalam akibat jangka pendek (short term effect) maupun jangka panjang (long term effect) (Siahaan, 2007, hlm. 122). Perambahan hutan disamping menyebabkan kerusakan secara hidrologis juga kelestarian alam itu sendiri, ditambah lagi di Bandung Selatan terdapat hulu situ Ci Santi yang merupakan salah satu sumber air bagi kelangsungan sungai Ci Tarum yang merupakan pembangkit listrik yang dilaluinya (PLTA Saguling, PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur) (KPH Bandung Selatan). Adanya perambahan hutan telah terbukti menyebabkan terganggunya fungsi hidrologis dalam arti terganggunya keberadaan sumber daya air, dan terganggunya kesuburan tanah serta tingginya tingkat erosi yang menyebabkan pendangkalan sungai-sungai yang ada disekitarnya dan longsor. Kegiatan perambahan hutan memang memberikan kontribusi ekonomi yang cukup tinggi bagi perambah (terutama para pemilik modal), tetapi yang menikmatinya hanya sebagian kecil saja selebihnya hanya menikmati rusaknya lingkungan.

4 Berdasarkan permasalahan yang telah penulis paparkan, maka perlu adanya suatu upaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan cara mengkaji terlebih dahulu kondisi sosial ekonomi perambah. Serta bagaimana hubungan kondisi sosial ekonomi dengan kegiatan perambahan yang dilakukan di dalam hutan. Sehingga penulis mengambil judul Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perambah dengan Karakteristik Perambahan Hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunanakan pendekatan ekologi dengan tema analisis interaksi manusia dan lingkungannya. Dalam tema analisis interaksi antara manusia dan lingkungannya yang menjadi penekanan adalah perilaku (behavior) manusia (Yunus, 2010, hlm. 96). B. Rumusan Masalah Perambahan hutan di Kabupaten Bandung merupakan salah satu permasalahan yang krusial dan menjadi prioritas untuk segara ditangani karena keberadaannya dapat menganggu ekologi hutan. Menurut Perhutani perambahan hutan sebagian besar berada dibawah tegakan, baik tegakan yang sudah besar/tinggi maupun di bawah tegakan yang masih muda seperti di bawah tegakan pinus, eucalyptus, damar maupun rimba campur. Adapun komoditas yang dibudidayakan berupa sayuran seperti kentang, kol, wortel, dll; yang cepat menghasilkan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam rangka mendorong penurunan perambah hutan, pada tahun 2003 dilaksanakan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di dalam kawasan hutan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat diluar kawasan hutan. Dalam PHBM masyarakat diarahkan untuk melakukan alih komoditas sayuran menjadi komoditas tanaman kehutanan dan tanaman perkebunan, seperti kopi, teh, rumput gajah dan kapolaga. Selain itu pada tahun yang sama keluar Surat Edaran dari Gubernur Jawa Barat Nomor.522/1224/Binprod, tanggal 20 Mei 2003 tentang larangan tumpangsari pada kawasan hutan Bandung Selatan dan Bandung Utara dan SK Menteri Kehutanan nomor.195/ tentang Re-Scoring kawasan hutan dari hutan produksi menjadi hutan lindung. Namun berdasarkan hasil observasi

5 lapangan menunjukkan bahwa masyarakat desa sekitar hutan masih melakukan kegiatan tumpang sari berupa tanaman kopi dengan sayuran. Berdasarkan permasalahan tersebut, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu? 2. Bagaimana karakteristik perambahan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu? 3. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah dengan karakteristik perambahan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu. 2. Mengetahui karakteristik perambahan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu. 3. Mengetahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan karakteristik perambahan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal: a. Menambah sumber literatur geografi, yaitu mengenai aktivitas perambahan hutan; b. Memberikan gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah serta hubungannya dengan karakteristik perambahan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu Kabupaten Bandung; dan

6 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan masukan bagi pengelola kawasan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Kabupaten Bandung. Selain itu, hasil penelitian ini diharap dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mencari solusi untuk mengurangi tingkat perambahan hutan yang terjadi, sehingga tidak terjadi lagi perambahan di masa yang akan datang. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab I menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini diuraikan mengenai teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan, masalah kehutanan di Indonesia, perambahan hutan dan masyarakat sekitar hutan. BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, seperti lokasi penelitian, metode dan sampel, metode penelitian yang digunakan, definisi operasional, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian hingga cara menganalisis data yang telah diperoleh. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan mengenai pengolahan dan analisis data yang berkaitan dengan masalah penelitian dan hipotesis penelitian yang menghasilkan berbagai temuan seperti: a) Kondisi geografis Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu, terdiri atas kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy hulu.

7 b) Kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah dan karakteristik perambahan hutan di Sub Daerah Aliran Ci Sangkuy Hulu. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V berisi pemaparan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pemaparan saran dari hasil penelitian.