PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

dokumen-dokumen yang mirip
1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Aplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit...Fitrya Russanti

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Pengembangan Kapasitas, Kesimpulan & Rekomendasi DIFS Live Pakan Sapi Perah WORKSHOP PENUTUPAN DIFS LIVE PROJECT JAKARTA, NOVEMBER 21, 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang masih tradisional dan skala kepemilikan rendah menyebabkan produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Menurut data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya mencapai 1.017.930 ton/tahun, sedangkan kebutuhan susu dalam negeri yaitu sebesar 3.120.000 ton/ tahun. Pembangunan peternakan sebagai industri yang dikendalikan oleh manusia mencakup empat komponen, yaitu peternak sebagai subjek, ternak sebagai objek, lahan sebagai basis ekologi budidaya serta lingkungan dan teknologi sebagai alat. Pembangunan usaha peternakan diarahkan dalam rangka meningkatkan penerimaan peternak. Program peningkatan usaha peternakan sapi perah tradisional agar lebih maju dan menguntungkan dapat dilakukan melalui penerapan inovasi teknologi. Adopsi teknologi merupakan suatu jembatan dalam upaya meningkatkan produktivitas suatu usaha. Demikian juga pada usaha ternak sapi perah, peternak harus mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan peternak. Dengan kata lain, inovasi teknologi merupakan alat untuk memecahkan persoalan yang terjadi di kalangan peternak. Kecamatan Ciater merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Subang. Sejak Tahun 2007 wilayah ini sudah dikenal sebagai wilayah peternakan sapi perah. Usahaternak sapi perah di Kecamatan Ciater didominasi oleh peternak

2 rakyat. Persoalan yang sering muncul didalam usahaternak sapi perah rakyat diantaranya yaitu rendahnya skala kepemilikan sapi perah, rendahnya pendapatan peternak, produktivitas ternak yang masih rendah dan tingginya tingkat biaya produksi. Adopsi teknologi peternak sapi perah dalam bidang breeding, feeding dan manajemen di Kecamatan Ciater pun masih rendah, sehingga rata-rata produksi susu yang dihasilkan masih rendah. Maka, untuk meningkatkan produksi susu perlu adanya inovasi teknologi dalam bidang breeding, feeding dan manajemen. Upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak sapi perah di Kecamatan Ciater yakni diantaranya dengan mengganti bibit dengan bibit yang telah diseleksi, melakukan perubahan pada bangunan kandang dan melakukan teknologi pakan yakni berupa penambahan silase dalam pemberian pakan. Kegiatan tersebut merupakan upaya dalam peningkatan faktor genetik dan faktor lingkungan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak. Penggantian bibit, perubahan kandang dan pelaksanaan teknologi pakan merupakan rangkaian program dari PT. Danone Dairy Indonesia yang diberi nama Dairy Development in Ciater Programs. DDCP merupakan proyek pemberdayaan peternak sapi perah di wilayah Ciater yang dimulai pada Tahun 2011. DDCP didanai oleh Danone Dairy Indonesia yang diimplementasikan oleh Yayasan Sahabat Cipta bekerjasama dengan Koperasi Peternak Susu Bandung Utara. Program bibit bergulir, perubahan kandang dan pemberian silase dilakukan dalam waktu yang berbeda. Perubahan kandang dilaksanakan pada Tahun 2011 dengan perubahan kandang secara keseluruhan dengan jumlah penerima 11 orang peternak. Program perubahan kandang diberi nama Demo-Farm atau kandang percontohan. Peternak yang tidak mendapatkan program Demo-Farm tetap

3 mendapatkan perubahan kandang, namun hanya pada bagian bak pakan dan bak minum. Hampir keseluruhan peternak sapi perah di Kecamatan Ciater mendapatkan perubahan bak pakan dan bak minum. Program bibit bergulir dilaksanakan pada Tahun 2011 dan 2013, sedangkan pelaksanaan teknologi pakan berupa penambahan pemberian silase pada manajemen pemberian pakan peternak yang dilaksanakan pada Tahun 2014. Ketersediaan hijauan pada musim kemarau tidak sama seperti pada saat musim penghujan. Peternak akan mencari hijauan semakin jauh dari biasanya. Semakin jauh peternak mencari hijauan, semakin besar juga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi. Teknologi pakan dapat mengatasi kurangnya hijauan pada saat musim kemarau dan mengurangi biaya produksi. Teknologi pakan yang dapat diterapkan antara lain silase. Silase dapat menggunakan berbagai macam bahan baku hijauan seperti rerumputan, legume maupun limbah pertanian. Semakin bagus kualitas bahan yang digunakan, maka semakin bagus juga kandungan dan kualitas silase yang dihasilkan. Silase yang digunakan di Kecamatan Ciater ini yaitu silase tanaman jagung. Tanaman jagung dapat digunakan sebagai alternatif hijauan pada musim kemarau karena pemanfaatan tanaman jagung pasca panen belum termanfaatkan secara optimal. Nilai kecernaan pada kulit jagung dan tongkol jagung cukup tinggi sama dengan nilai kecernaan rumput gajah, sehingga pemanfaatan tanaman jagung dapat mencukupi kebutuhan hijauan ternak. Sehingga dengan penggunaan silase jagung dapat meningkatkan kualitas dan produksi susu. Kandang yang dibuat semakin layak dan nyaman untuk ternak dapat meningkatkan produksi susu. Disamping itu penyediaan bibit bergulir sebagai upaya perbaikan genetik dalam peningkatan produksi ternak di Kecamatan Ciater

4 ini. Produksi yang semakin meningkat akan berpengaruh juga terhadap penerimaan peternak. Semakin tinggi produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi penerimaan usaha. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha peternak sapi perah di Kecamatan Ciater. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh inovasi teknologi (pakan, kandang dan bibit) terhadap penerimaan usaha peternak sapi perah di Kecamatan Ciater 2. Seberapa besar tingkat efisiensi teknis faktor produksi usaha ternak sapi perah di Kecamatan Ciater 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh inovasi teknologi (pakan, kandang dan bibit) terhadap penerimaan usaha peternak sapi perah di Kecamatan Ciater 2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi teknis faktor produksi usaha ternak sapi perah di Kecamatan Ciater

5 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Sebagai informasi dalam rangka usaha pengembangan peternak sapi perah pada masa mendatang 2. Sebagai informasi dasar bagi penelitian lebih lanjut 1.5 Kerangka Pemikiran Usahaternak sapi perah pada prinsipnya diupayakan untuk mencapai produktivitas seoptimal mungkin dengan manajemen yang sebaik-baiknya. Produktivitas usaha sapi perah sama dengan usaha komersial lainnya yaitu ditentukan oleh faktor produksi dan besarnya hasil produksi. Susu sebagai salah satu hasil komoditi peternakan merupakan bahan makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia khususnya dari susu setiap tahunnya terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa terdapat peningkatan konsumsi susu dari 2.964.000 ton/tahun pada Tahun 2011 menjadi 3.120.000 ton/tahun pada Tahun 2012. Berdasarkan informasi yang diperoleh, produksi susu peternak sapi perah di Kec. Ciater masih belum optimal. Pada Tahun 2009 produksi susu hanya mencapai 6,8 liter/ekor/hari, namun pada Tahun 2010 produksi susu rata-rata meningkat menjadi 9,2 liter/ekor/hari (Tawaf dan Surianingrat, 2011).

6 Berdasarkan penelitian yang sudah ada, produksi susu rata-rata peternak sapi perah di Indonesia masih rendah hanya sekitar 8-10 liter/ hari (Subandriyo, 2006). Semua kegiatan usaha termasuk usahaternak sapi perah diarahkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya maka produksi yang dihasilkan harus tinggi. Hal itu dapat dilakukan dengan adanya peningkatan faktor produksi dan adopsi berbagai teknologi. Peningkatan produksi susu dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah induk dengan cara perbaikan faktor genetik dan faktor lingkungan. Kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, masa kering, kandang, frekuensi pemerahan, tatalaksana pemberian pakan (Sudono dan Setiawan, 2003). Produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Dalam rangka membangun usaha peternakan, pada Tahun 2011 PT. Danone Dairy Indonesia membuat satu program yang diberi nama Dairy Development in Ciater Programs (DDCP). DDCP bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis peternak, memperbaiki kebiasaan makan dan pelayanan medis untuk sapi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas susu. Adapun program-program yang dilaksanakan yaitu penyediaan kredit bibit yang telah diseleksi, perubahan kandang, dan penggunaan teknologi pakan berupa penambahan pakan silase pada manajemen pemberian pakan di peternak. Inovasi teknologi yang dilakukan haruslah memiliki prinsip Terlihat, Terdengar dan Terasa. Selain dapat dilihat bagaimana inovasinya, hasil dari penerapan inovasi tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh peternak. Program

7 DDCP dilaksanakan dengan menggunakan metode Learning by Doing, yang artinya belajar sambil melakukan. Peternak diharapkan dapat belajar melalui perbuatan langsung yang dilakukan langsung oleh peternak secara aktif baik individual maupun kelompok. Apabila inovasi dianggap menguntungkan atau bermanfaat, maka peternak akan menerapkan inovasi tersebut. Keuntungan tersebut dapat berupa keuntungan langsung yaitu berupa peningkatan produktivitas atau pendapatan usahatani, atau keuntungan tidak langsung lainnya (Sudana, 1988). Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Makanan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi baik untuk hidup pokok maupun untuk pertumbuhan dan produksi. Sapi perah yang unggul tidak akan berproduksi secara optimal apabila kebutuhan makannya tidak terpenuhi. Ransum sapi perah terdiri dari dua jenis yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Hijauan merupakan pakan pokok dan konsentrat sebagai pakan penguat atau sumber protein dan energi. Tinggi rendahnya produksi susu umumnya disebabkan oleh ketersediaan pakan serta penentuan hijauan sebagai pakan utama ternak ruminansia yang masih kurang baik (Winugroho, dkk., 2005). Peningkatan produksi susu sapi perah sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Apabila kebutuhan pakan ternak baik secara kuantitas dan kualitasnya terpenuhi, maka ternak akan berproduksi secara maksimal. Adanya teknologi pakan yakni berupa penambahan silase pada manajemen pemberian pakan di peternak akan membuat kebutuhan makan ternak semakin terpenuhi. Dengan menggunakan silase, peternak tidak perlu khawatir akan pemenuhan hijauan ternak pada saat musim kemarau. Dengan penggunaan pakan

8 silase ditambah dengan pemberian konsentrat akan mengakibatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan semakin meningkat. Pelaksanaan inovasi teknologi kandang diharapkan dapat meningkatkan produksi ternak, karena kandang yang baik dan nyaman akan membuat ternak berproduksi secara maksimal. Ruang kandang yang cukup dan kebersihannya terjaga akan sangat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Persyaratan umum untuk kandang sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup, tempat pakan yang lebar sehingga memudahkan sapi dalam mengkonsumsi pakan yang disediakan, tempat air dibuat agar selalu tersedia sepanjang hari (Sudono dan Setiawan, 2003). Masalah lain yang terdapat di peternak Kecamatan Ciater adalah kurangnya modal dan rendahnya faktor genetik ternak (Tawaf dan Surianingrat, 2011). Faktor bibit merupakan faktor produksi yang penting, sebab 30% dari tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh faktor bibit (genetik) dari ternak tersebut. Bibit yang unggul bila ditunjang oleh keadaan lingkungan yang cocok maka akan sangat menunjang dalam pencapaian tingkat produksi susu yang tinggi. Solusi untuk mengatasi masalah rendahnya faktor genetik ternak di peternak sapi perah di Ciater yaitu dengan adanya inovasi bibit. Inovasi bibit yakni berupa pemberian kredit sapi secara bergulir untuk peternak sapi perah di Kecamatan Ciater. Dalam pelaksanaan program perbibitan bergulir ini, peternak dapat membayar kredit dengan hasil penjualan pedet dan pemotongan dari hasil susu yang disetorkan. Program bibit bergulir ini sangat membantu peternak dalam pemenuhan bibit untuk replacement stock.

9 Aplikasi teknologi pakan dan kandang merupakan upaya untuk meningkatkan faktor lingkungan, dan aplikasi teknologi bibit merupakan upaya peningkatan dalam faktor genetik. Faktor lingkungan mempengaruhi 70% produksi susu dan 30% oleh faktor genetik ternak. Adanya peningkatan faktor genetik dan faktor lingkungan yang semakin baik, maka produksi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Peningkatan produksi akan sangat mempengaruhi jumlah penerimaan usaha peternak. Semakin tinggi produksi maka semakin tinggi penerimaan usaha yang didapat oleh peternak. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil hipotesis bahwa terdapat pengaruh positif dari adanya pelaksanaan teknologi pakan, kandang dan bibit pada usaha peternakan sapi perah yakni berupa kenaikan penerimaan usaha peternak yang disebabkan oleh adanya peningkatan produksi susu. 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di peternak sapi perah selama satu bulan yaitu pada 15 Mei sampai dengan 15 Juni 2015 yang bertempat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.