III. DATA PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PRANCANGAN

6 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 3. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB V HASIL DAN ANALISA

#2 Anthropometry. By : Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. Industrial Engineering Dept. University of Brawijaya

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PERANCANGAN

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Desain Kursi Kerja Ergonomis bagi Perajin Karawo

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

Concept Scoring Tempat Gantungan Baju Jadi dan Baju Siap Fitting Perancangan Tata Letak Fasilitas Fisik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB II Landasan Teori

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN ANTROPOMETRI: EVALUASI DESAIN PERABOT RUANG BACA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN KURSI PEMBATIK TERHADAP KONDISI ANTROPOMETRI PEKERJA BATIK TULIS

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemilihan Studi

Panduan Survei Data Anthropometri

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Briefing Desain. Analisa. Sketsa Awasl. penyelesaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK. TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 KERAJINAN TEKSTIL

BAB V HASIL DAN ANALISA

DESAIN YANG BAIK DAN BENAR oleh: Dwi Retno SA, M.Sn.

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

III. DATA PERANCANGAN

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA

Transkripsi:

III. DATA PERANCANGAN 1. Tabel Data Perancangan Rincian Data A. Data Objek Perancangan Buku tentang desain furniture Data material rotan sintetis dari berbagai sumber (webseite dan buku) Dasar-dasar pembuatan desain guna menunjang dalam pembuatan furniture Primer (Utama) Sifat Data Sekunder (Penunjang) Manfaat Data dalam Perancangan Guna memperkuat keakuratan info tentang metode pembuatan furniture dengan lingkup konsep, inovasi dan implementasi. Keakuratan info tentang furniture berbahan dasar rotan sintetis, serta penerapan bentukbentuk yang sudah ada. Melakukan pendekatan pada dasar-dasar desain untuk melakukan proses perancangan. Kesiapan Data Sudah Belum Anlisis teori sebagai penunjang pembuatan furniture Untuk mengoptimalkan proses perancangan. B. Data Teknis Perancangan Brain Storming Alur dalam penentuan konsep dan ide Identifikasi material rotan sintetis/ plastik Pemilihan media pendukung Untuk mengetahui tentang karakteristik rotan sintetis/ plastik Untuk dijadikan sebagai konstruksi furniture 23

Pemilihan warna dan proses finishing furniture Untuk mengetahui pengapplikasian warna saat finishing Tabel 2. Data Perancangan (Sumber: Gadis Nawaqibullaeli) 2. Rincian Data Perancangan 2.1 Identifikasi Karakter Rotan Sintetis Rotan sintetis berbentuk seperti bilah-bilah rotan, dengan panjang dalam satu gulungan bisa mencapai pluhan meter. Rotan sintetis ini memiliki banyak pilihan tekstur, waarna serta bentuk. Material furniture berbahan dasar rotan sintetis ini sudah diminati di Eropa dan Amerika, sebagai bahan yang sudah masuk kedalam kategori Green. Material rotan sintetis ini mudah digunakan sebagai pelapis bahan-bahan furniture, yang bisa dengan mudah digabungkan dengan konstruksi bahan pendukung seperti kayu, besi maupun stainless steel. Pilihan warna dan tekstur yang beragam memudahkan para desainer furniture untuk menciptakan karya-karya yang muntakhir. Berikut penulis jabarkan beberapa perbandingan material rotan sinetis dengan rotan alam: Rotan Alam 1. Rotan alam jika diberi tekanan berlebih atau mendapatkan beban berat akan mudah melengkung atau berubah bentuk. Rotan Sintetis Lebih kuat, sehingga ketika ditekan dengan kuat atau saat menerima beban yang cukup berat akan tidak mudah merubah bentuk dari rotan sintetis itu sendiri. 2. Dapat dengan mudah rusak dengan serangan hama atau kutu, dan dapat menimbulkan bau. 3. Sedkit keras dan kaku jika sudah diapplikasikan pada kursi, dan akan menimbulkan bunyi jika diduduki, sehingga manjadi kurang nyaman bagi pengguna. 4. Ketika pada proses menganyam, jumlah tekukan pada rotan alam akan terbatas dari ukuran panjang yang tersedia. Tahan terhadap serangan hama dan kutu karena terbuat dari bahan plastik. Karena terbuat dari plastik, rotan sintetis sangat lentur dan lunak, sehingga pada saat sudah diapplikasikan pada bentuk kursi akan lebih nyaman dan tdak menimbulkan bunyi saat sedang diduduki. Rotan sintetis berukuran puluhan meter dari setiap gulungannya, sehingga ketika pada proses menganyam akan lebih leluasa 24

5. Dapat dengan mudah ditumbuhi jamur atau lumut, dapat bereaksi ketika terkena zat kmia yang menyebabkan busuk dan perubahan warna pada material. 6. Jika ditempatkan diluar ruangan akan cepat rusak, keropos, ditumbuhi hama dan jamur. Karena sifatnya yang tidak tahan terhadap cuaca. 7. Dengan berjalannya waktu pemakaian, material rotan alam akan terkeropos dengan berbagai faktor. 8. Keelastisan bahan bergantung pada serabut batang rotan itu sendiri, sehingga bentuk-bentuk furniture yang dihasilkan terbatas. 9. Kurang mudah dibentuk, karena rotan alam memiliki tekstur lebih keras, dan dapat dengan mudah tercoak. 10. Proses menganyam atau pembuatan furniture memakan waktu yang lama, juga membutuhkan waktu untuk pengeringan dan proses yang panjang sebelum dijadikan bahan dasar furniture. 11. Setelah jadi atau setelah dianyam, produk furniture berbahan rotan alam akan lebih berat karena teksture bahan yang padat, sehingga lebih sulit untuk dipindahpindahkan. 12. Rotan alam tidak mempunyai varian warna yang banyak, karena hanya cocok dengan warna aslinya saja, jika diberikan pewarna tambahan tidak dapat maksimal, dan warna tidak akan tahan lama. Tidak dapat ditumbuhi jamur serta lumut yang dapat menyebabkan material lapuk dan dapat tahan pada saat ketika terkena zat kimia sehingga tidak mengalami perubahan warna dan pembusukan. Sangat tahan terhadap cuaca sehingga cocok untuk ditempatkan di dalam maupun di luar ruangan. Umur pemakaian pada material rotan sintetis akan lebih lama karena dapat tahan keropos. Karena berbahan dasar plastik, sehingga tingkat keelastisan lebih tinggi, sehingga eksplorasi bentuk furniture pun lebih luas dan beragam. Lebih mudah dibentuk, karena tingkat kelenturan yang tinggi. Kemampuan tekukan pada saat dibentuk menjadi furniture dibatasi oleh kepadatan bukan dari serat. Proses pembuatan bahan dasar cepat karena menggunakan cetakan mesin dan dapat kering dengan cepat. Walaupun mempunyai tekstur yang padat, berat keseluruhan pada material rotan sintetis setelah jadi produk furniture atau setelah dianyam akan lebih ringan, sehinga dapat dengan mudah dipindahkan. Banyak sekali varian warna yang ditawarkan, warna akan tahan lama, karena warna dibuat hanya dengan mencampurkan zat kimia (zat pewarna) pada larutan awal saat proses pembuatan yang sesuai dengan pesanan konsumen, sehingga dapat dengan mudah memadukan selera. 25

13. Terdapat sambungan-sambungan pada saat proses menyaman, sehingga akan terlihat kurang rapih setelah menjadi produk furniture. Terlihat lebih rapih karena tidak terdapat sambungan pada material rotan sintetis. Tabel 3. Perbandingan material rotan (sumber: http://puslit2.petra.ac.id/gudangpapper/files/2086.pdf) 2.2 Identifikasi Furniture Rak Rumah atau ruangan akan terlihat berantakan jika barang-barang yang terdapat didalamnya tidak mendapatkan tempat yang baik. Untuk menyimpan barang-barang didalam rumah atau ruangan dibutuhkan tempat penyimpanan khusus (storage) baik berupa ruangan ataupun furniture. Furniture dalam bentuk ruang diakomodasi oleh ruangan gudang. Sementara storage dalam bentuk furniture difasilitasi oleh rak atau lemari. Dalam sebuah rumah, rak dapat diletakan pada interior setiap ruangan, dan masing-masing rak dalam setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda. Selain hadir untuk mewadahi kebutuhan fungsional, keberadaan rak sebagai pengisi interior juga dapat dimaksimalkan sebagai elemen estetik suatu ruang. Bentuk rak dapat didesain menarik dengan suatu komposisi yang harmonis. Rak juga dapat dihadirkan dengan bentuk atraktif yang mengagumkan, tetapi juga dapat diciptakan dengan bentuk simpel minimalis yang elegan. Agar tampilan bentuk rak lebih menonjol, perlu didukung dengan penggunaan material yang tepat. 2.3 Objek Refrensi Sebuah perancangan suatu desain haruslah memiliki suatu objek refrensi sebagai bahan acuan inspirasi, acuan, rujukan serta sebagai bahan pembanding. Berikut beberapa desain yang menjadi inspirasi : Gambar 5. Rak sepatu berbahan dasar kayu 26

Gambar 6. Rak sepatu berbahan dasar plastic (sumber: http://furnikidz.com/colorful-shoe-rack-by-flexi/) rak sepatu berbahan dasar kayu jati( sumber: http:// home-with-interior.com/) Gambar 7. Rak sepatu berbahan dasar kayu jati (sumber: http://furnikidz.com/colorful-shoe-rack-by-flexi/) rak sepatu berbahan dasar kayu jati( sumber: http:// home-with-interior.com/) 2.4 Pengukuran Ergonomi dan Antropometri Ergonomi memfokuskan pada bagaimana sesuatu diciptakan supaya menghasilkan suatu integrasi antara keterbatasan badan manusia dan aktifitas. Ergonomis tidak memaksakan manusia yang disesuaikan pada pekerjaan atau 27

ruang, tetapi pekerjaan atau ruang yang disesuaikan dengan keterbatasan manusia. Tujuan ergonomis adalah menciptakan desain yang bermanfaat dan praktis bagi manusia dengan mempertimbangkan keterbatasan manusia aspek fisikal maupun psikologis. Selain ergonomi dalam menciptakan sebuah produk furniture dibutuhkan juga pengukuran antropometri. Secara definisi antropometri dapat dinyatakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran suatu dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000, hal.125). Dalam perancangan furniture bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang berhbungan langsung dengan manusia harus disesuakan dengan data antropometri manusia. Dan data antropometri pada dasarnya memiliki variasi yang sangat besar, maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang menggunakan produk hasil rancangan tersebut. 2.4.1 Pengukuran Data Antropometri Variasi dalam ukuran tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa dan posisi tubuh. Berdasarkan posisi tubuh, terdapat dua cara pengukuran antropometri, yaitu: a. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension atau static antrhopometry). Pada pengukuran ini tubuh diukur dengan berbagai posisi standar dan tidak bergerak. Dimensi yang diukur pada posisi ini antara lai berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun posisi duduk, ukuran kepala, tinggi/ panjang lutut pada saat berdiri/ duduk dan sebagainya. b. Pengkuran dimensi fungsional tubuh (fungtional body dimensions atau dynamic antrhopometri). Pengukura dilakukan pada posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakangerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. 28

2.4.2 Dimensi Tubuh Manusia Berikut adalah gambar yang merupakan bagian-bagian tubuh manusia yang pada umumnya perlu diukur dimensinya untuk applikasi sebuah perancangan desain furniture. Gambar 8. Dimensi Bagian Tubuh Manusia (Sumber: Manusia Dan Ergonomi) 29

Keterangan: 1. Stature, tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai ujung kepala). 2. Eye height, tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3. Shoulder height, tinggi bahu dalam posisi tegak. 4. Elbow height, tinggi siku dalam posisi tegak. 5. Hip height, tinggi pinggul dalam posisi berdiri tegak. 6. Knuckle height, tinggi kepalan tangan terjulur lepas dalam posisi tegak. 7. Fingertip height, tinggi ujung jari terbuka kebawah dalam posisi tegak. 8. Sitting height, tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas empat duduk/ pantat sampai dengan kepala) 9. Sitting eye height, tinggi mata dalam posisi duduk. 10. Sitting shoulder height, tinggi bahu dalam posisi duduk. 11. Sitting elbow height, tinggi siku dalam posisi duduk. 12. Thigh thickness, tebal atau lebar paha. 13. Buttock-knee lenght, panjang paha yang diukur dari pantat hingga ujung lutut. 14. Buttock-popliteal lenght, panjang paha yang diukur dari pantat hingga bagia belakang dari lutut/ betis. 15. Knee height, tinggi lutut (diukur baik dalam posisi duduk maupun berdiri). 16. Popliteal height, tinggi tubuh pada posisi duduk yang diukur dari lantai samai dengan dasar paha. 17. Shoulder breadth (bideltoid), lebar bahu terluar. 18. Shoulder breadth (biocromial), lebar bahu dalam. 19. Hip breadth, lebar pinggul/ pantat. 20. Chest, tebal dada dalam keadaan membusung. 21. Abdminal depth, tebal perut. 22. Shoulder-elbow length, panjang siku dari bahu dalam keadaan tegak lurus. 23. Elbow-fingertrip length, panjang siku dari ujung jari-jari pada posisi tegak lurus. 30

24. Upper limb lenght, panjang lengan dari bahu sampai ujung jari tengah. 25. Shoulder-grip lenght, panjang lengan dari bahu sampai kepalan. 26. Head lenght, tebal kepala. 27. Head breadht, lebar kepala. 28. Hend lenght, panjang tangan. 29. Hand breadht, lebar tangan. 30. Foot lenght, panjang kaki. 31. Foot breadht, lebar kaki. 32. Span, lebar antara ujung jari kanan dan jari kiri pada saat lengan terbuka paling lebar. 33. Elbow span, lebar antara ujung siku kanan dan jari kanan pada saat kedua siku terbuka kesamping. 34. Vertical grip reach (berdiri), panjang jangkauan tangan keatas pada saat berdiri. 35. Vertical grip reach (duduk), panjang jangkauan tangan keatas pada saat duduk. 36. Forward grip reach (berdiri), panjang jangkauan tangan pada saat berdiri dari ujung belakang punggung sampai kepalan. 37. Body weight, masa badan (kg). 2.5 Penganyaman 2.5.1 Pengertian Anyaman Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang masih ditekuni sampa dengan saat ini. Disamping banyak kegunaannya juga karena unsur kemudahannya. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan mulai dari bentuk dan motif yang bervariasi sehingga bentuk dan motif tidak terlihat monoton. Dengan demikian maka anyaman adalah suatu kegiatan keterampilan masyarakat dalam pembuatan barang dengan cara atau teknik susup menyusup, tindih menindih dan saling lipat melipat antara rotan satu dengan lainnya sehingga saling menguatkan (Rosiana, 2009:9). 31

Setiap produk mungkin saja memiliki bentuk anyaman yang sama atau berbeda cara mengerjakannya. Anyaman yang sering digunakan adalah anyaman sasag, anyaman kepang dan anyaman persegi. Anyaman sasag banyak digunakan untuk pembuatan keranjang, anyaman kepang untuk pembuatan bilik dan anyaman persegi untuk pembuatan furniture rotan. Gambar 9. Anyam Sasag Gambar 10. Anyam Kepang Gambar. Anyam Kepang Gambar 11. Anyam Persegi 32

Selain jenis-jenis tersebut masih banyak corak anyaman yang merupakan pengembangan dari jenis anyaman sasag dan anyaman kepang. Corak-corak tersebut dapat digunakan untuk pembuatan produk-produk tertentu. 2.5.2 Teknik Menganyam Menganyam merupakan salah satu seni tradisi tertua didunia. Kegiatan menganyam ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi bentuk yang kuat, kemudian manusia mengembangkannya menjadi karya seni anyaman. Di Indonesia tradisi ini sudah menjadi karya seni yang turun menurun dilakukan dibeberapa daerah Aceh dan Sumatra Selatan. Pada awalnya kegiatan menganyam dilakukan menggunakan bahan-bahan alam, serta menggunakan bahan tekstil sebagai bahan dasarnya. Menganyam merupakan salah satu teknik kriya tekstil dengan menyilangnyilangkan bagian lusi (arah vertikal) dengan bagian pakan (arah horizontal) hingga berbentk suatu pola tertentu. Teknik anyaman dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Anyaman silang tunggal. Merupakan anyaman yang memiliki dua arah sumbu yang saling tegak lurus atau miring satu sama lainnya. 2. Anyaman silang ganda. Menganyam dengan teknik ini sama dengan silang tunggal ialah menyisipkan dan menumpang dua benda dipilih, yaitu pakan dan lusi yang diselusup dan ditumpangi tidak hanya satu tepi tetapi dua, tiga, empat, lima dan seterusnya sehingga dikenal dengan ganda dua, ganda tiga, ganda empat, ganda lima dan seterusnya sesuai dengan benda pipih yang dilompati dan disusupi. 3. Anyaman tiga sumbu. Teknik ini sama dengan teknik anyaman silang, hanya saja perlu diingat bahwa benda pipih, yaitu pakan dan lusi yang akan dianyam tersusun menurut tiga arah. Teknik anyaman ini memberi peluang untuk memperoleh hasil anyaman tiga sumbu jarang dan anyaman tiga sumbu rapat, sedangkan anyaman tiga sumbu rapat dengan pola bentuk heksagonal (segi enam beraturan) atau belah ketupat. 4. Anyaman empat sumbu. Teknik anyaman ini berprinsip menyisip dan menumpangkan benda pipih yaitu pakan dan lusi secara satu sama lainnya berbeda arah. Hanya saja benda pipih yang berbeda arah disini makin banyak jumlahnya (empat buah sumbu). Jenis anyaman empat 33

sumbu termasuk jenis anyaman yang berlubang-lubang dengan pola oktogonal (segi delapan beraturan). Gambar 12. Jenis-jenis anyaman (Sumber: Soemarjadi 1991). 34