BAB I PENDAHULUAN. Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan

1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tubuh secara fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Effects of Prenatal Hipoxic-Ischemic On Renal Histopathological image of Rattus. Norvergicus Sprague-dawley Strain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metabolisme karbohidrat

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

GLIKOLISIS. DRA.YUSTINI ALIOES.MSI,APT Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

fosfotriose isomerase, dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3- bisfosfogliserat melalui gliseraldehid 3-fosfat.

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METABOLISME HETEROTROF. Kelompok 8 : Mica Mirani ( ) Ulin Ni'mah Setiawati ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

METABOLISME KARBOHIDRAT

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Metabolisme karbohidrat - 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian International Agency for Research on cancer (IARC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahunnya, terkumpul sekitar 92 juta donasi. darah dari seluruh dunia. Rata-rata, 50% dari total

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya jenis cacat lain yang ditemukan pada berbagai organ (Santoso, 2004). kafein tidak berdampak terhadap perkembangan fetus.

Metabolisme karbohidrat - 2

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca)

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Oksigen sangat penting dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan berbagai aktivitas fungsi tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Apabila pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak tercukupi, baik akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel maka dapat terjadi hipoksia (Imelda, 2009). Ketidakseimbangan dalam tubuh akan memberikan dampak yang tidak baik. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempertahankan kondisi tubuh agar tetap seimbang, salah satu caranya adalah dengan menjaga pola hidup sehat. Pola hidup sehat ada tiga macam. Pertama, melakukan hal-hal yang berguna untuk kesehatan. Kedua, menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan. Ketiga, melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan penyakit yang diderita. Semua pola ini dapat ditemukan dalilnya dalam agama, baik secara jelas atau tersirat, secara khusus atau umum, secara medis maupun non medis. Allah berfirman: 1

2 "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" QS al-a râf [7]: 31 Hipoksia adalah suatu keadaan di mana jaringan tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup (James et al., 2008). Hipoksia adalah penyebab paling umum cedera dan kematian seluler (Nakanishi, 2009). Hipoksia ini akan mempengaruhi respirasi oksidasi aerob. Pada kondisi aerob (tersedia oksigen) sistem enzim mitokodria mampu mengkatalisis oksidasi asam piruvat menjadi H2O dan CO2 serta menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat). Ketika tidak tersedia oksigen maka akan terjadi proses respirasi anaerob. Pada kondisi anaerob (tidak tersedia oksigen), suatu sel akan dapat mengubah asam piruvat menjadi CO2 dan etil alkohol serta membebaskan energi (ATP), atau oksidasi asam piruvat dalam sel otot menjadi CO2 dan asam laktat serta membebaskan energi (ATP). Proses anaerob ini akan berakhir dengan kematian sel (James et al., 2008). Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang atau penggunaan berlebihan di jaringan maka metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobik. Perubahan terjadi karena untuk menyediakan energi yang cukup untuk metabolisme (Reksodiputro et al., 2009). Pada metabolisme anaerob terjadi asidosis di sitosol karena adanya pembentukan asam laktat, yang kemudian menjadi laktat dan H +. Keadaan ini menggangu fungsi enzim intrasel

3 sehinga menghambat proses glikolisis yang merupakan sumber ATP terakhir menjadi terhenti. Bila kekurangan energi semakin berlanjut sel cenderung terpajan dengan kerusakan oksidatif. (Silbernagi, 2007). Kondisi hipoksia sering dijumpai pada masa kehamilan. Oksigen yang diperoleh janin dari ibu melalui plasenta akan diikat oleh sel darah merah (eritrosit) janin, untuk selanjutnya ditransportasi dan didistribusikan melalui sistim kardiovaskuller ke seluruh tubuh (sel), untuk dimanfaatkan dalam proses metabolisme. Oksigen yang cukup diperlukan untuk perkembangan janin, dan dalam rahim hipoksia dapat menyebabkan dampak buruk terhadap perkembangan janin. Paparan hipoksia prenatal jangka pendek dan jangka kronis memiliki dampak yang berbeda pada perkembangan janin (Powell et al., 2004). Apabila kondisi ini berkelanjutan maka akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkarbia, dan fetal asidosis (Hansen & Soul, 2012). Sejumlah faktor lingkungan dan maternal, termasuk dataran tinggi, merokok, anemia, preeklampsia, penyakit paru, dan disfungsi plasenta atau masalah tali pusat, dapat menyebabkan hipoksia prenatal. Hipoksia prenatal dapat menyebabkan gangguan sebesar 72% pada sistem saraf pusat, ginjal 42%, jantung serta gastrointestinal 29%, dan paru 26% (Mach et al., 2012). Hipoksia prenatal juga memegang peran penting dalam memicu fetal growth restriction dan mempengaruhi perkembangan organ penting janin seperti ginjal. Hipoksia prenatal masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara maju dan berkembang (Mach et al., 2012). Kurang lebih empat sampai sembilan juta bayi lahir dalam keadaan hipoksia setiap tahunnya.

4 Angka kejadian hipoksia lebih tinggi pada negara berkembang, di Cape Town didapatkan 4,6 per 1000 kelahiran hidup dan di Nigeria didapatkan 26 per 1000 kelahiran hidup (Haider & Bhutta, 2006). Periode paling penting dari manusia adalah selama perkembangan janin, tahap di mana ibu dapat mempengaruhi janin dengan paparan lingkungan yang merugikan yang dapat memiliki efek jangka panjang selama masa dewasa. Dua tantangan yang paling umum untuk janin selama masa perkembangan adalah penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi. Ada berbagai penyebab stres maternal yang dapat mempengaruhi berat badan lahir pada keturunannya, misalnya diet rendah protein, paparan nikotin, malnutrisi janin, dan hipoksia. Melihat besarnya pengaruh hipoksia iskemik prenatal terhadap ginjal, maka peneliti tertarik untuk mengkaji keterkaitan antara pengaruh hipoksia iskemik prenatal dengan gambaran histopatologi ginjal. B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan tingkat kerusakan ginjal yang dinilai melalui gambaran histopatologi antara tikus Rattus norvegicus galur Spraguedawley yang diberi induksi hipoksia iskemik prenatal dengan yang tidak diberi induksi hipoksia iskemik prenatal? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kerusakan ginjal yang dinilai melalui gambaran histopatologi antara pemberian induksi hipoksia iskemik prenatal pada usia kehamilan 7 hari dengan usia kehamilan 11 hari pada tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipoksia prenatal terhadap ginjal. 2. Tujuan khusus Mengetahui perbedaan tingkat kerusakan ginjal yang dinilai melalui gambaran histopatologi antara pemberian induksi hipoksia iskemik prenatal pada usia kehamilan 7 hari dengan 11 hari pada tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi kalangan medis a. Menambah pengetahuan kedokteran di bidang fisiologi dan histologi mengenai pengaruh hipoksia iskemik prenatal terhadap gambaran histopatologi ginjal. b. Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya yang mengkaji pengaruh kondisi hipoksia iskemik prenatal terhadap kesehatan tubuh. 2. Bagi penulis a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian.

6 b. Menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh hipoksia iskemik prenatal terhadap gambaran histopatologi ginjal. c. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam mengelola penelitian. d. Mengembangkan daya nalar dan semangat keingintahuan. e. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari perkuliahan. 3. Bagi perguruan tinggi a. Pengamalan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat. b. Sebagai sumbangan dalam mengkaji ilmu yang berkaitan dengan hipoksia iskemik prenatal dan gambaran histopatologi ginjal untuk kegiatan akademis dan penelitian selanjutnya. c. Meningkatkan hubungan kerjasama dan saling pengertian antara pendidik dan mahasiswa. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Priantono et al., (2014) dengan judul Pengaruh Induksi Hipoksia Hipobarik Intermiten pada Aktivitas Spesifik Manganese Superoxide Dismutase dan Kadar Malondialdehyde Ginjal Tikus. Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk studi eksperimental. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian disertasi Program Doktor Ilmu Biomedik yang menelusuri peran Hypoxia Inducible Factor 1A (HIF-1A) pada induksi hipoksia hipobarik sehingga perlakuan

7 hipobarik intermiten telah dilakukan di Lakespra Saryanto. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2008 hingga Desember 2009. Pada penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan aktivitas MnSOD dalam jaringan ginjal tikus yang bermakna antara berbagai perlakuan pajanan hipoksia hipobarik intermiten. Akan tetapi, terdapat perbedaan kadar MDA dalam jaringan ginjal tikus yang bermakna antara berbagai perlakuan pajanan hipoksia hipobarik intermiten 2x dibandingkan kontrol dan antara perlakuan pajanan hipoksia hipobarik intermiten 3x dan 4x terhadap perlakuan pajanan 2x. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan aktivitas MnSOD dengan perubahan kadar MDA pada ginjal tikus. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan yakni pada tempat penelitian, perlakuan, dan variabel peneltian. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan pada aktivitas spesifik manganese superoxide dismutase dan kadar malondialdehyde ginjal tikus, melainkan pada gambaran histopatologi pada tikus yang telah diberi perlakuan hipoksia iskemik prenatal. Kondisi hipoksia iskemik prenatal diperoleh dengan melakukan ligasi pada uterus induk tikus pada usia kehamilan tertentu. Yang kemudian dilakukan pengamatan pada struktur morfologi nefron dengan pewarnaan haematoxylin-eosin (HE) pada bayi tikus. 2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gonzalez-Rodriguez et al., (2013) dengan judul Fetal Hypoxia Results in Programming of Aberrant Angiotensin II Receptor Expression Patterns and Kidney Development. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa Bahwa

8 hipoksia janin merugikan mempengaruhi perkembangan ginjal pada tikus janin dan keturunannya dan mengubah pola ekspresi angiotensin II tipe 1 (AT1R) dan tipe 2 (AT2R) reseptor. Pada penelitian ini induk tikus yang hamil pada usia kehamilan tertentu dibagi menjadi kelompok normosik dan hipoksik, anak tikus yang lahir kemudian diambil ginjalnya untuk dianalisa ekspresi proteinnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipoksia janin menyebabkan perkembangan ginjal yang menyimpang dan mempercepat proses penuaan ginjal selama perkembangan postnatal, yang dapat menyebabkan untuk peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan pada ekspresi protein ginjal tikus, melainkan pada gambaran histopatologi pada tikus yang telah diberi perlakuan hipoksia iskemik prenatal 3. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Xia et al., (2014) dengan judul Prenatal Exposure to Hypoxia Induced Beclin 1 Signaling-Mediated Renal Autophagy and Altered Renal Development in Rat Fetuses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dampak hipoksia dalam perkembangan dan autophagy ginjal pada janin tikus. Pada penelitian ini tikus yang sedang hamil diberi perlakuan hipoksia selama masa kehamilan, kemudian pada usia gestasi 21 hari ginjal janin tikus dikumpulkan untuk diamati perkembangannya. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dampak hipoksia pada perkembangan ginjal janin berhubungan dengan apoptosis ginjal dan Beclin 1 signaling-mediated autophagy. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan yakni ginjal yang diamati tidak diambil pada usia

9 gestasi 21 hari, melainkan setelah persalinan, yang kemudian dilakukan pengamatan pada gambaran histopatologi ginjal dengan pewarnaan haematoxylin-eosin (HE) pada anak tikus.