Tarigan N.S, Tarigan A, Sukohar A, Carolia N Faculty of Medicine Lampung University

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

Kata kunci: Diabetes melitus, obat hipoglikemik oral, PERKENI.

Yeni Dwi Haryanti, et al, Analisis Pengaruh Biaya Obat terhadap Kepatuhan Kontrol Pasien... Fakultas Farmasi Universitas Jember 2

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN

pasien hipertensi di Puskesmas Mergansan dan Puskesmas Kraton Yogyakarta pada tahun 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 DAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

SKRIPSI NUR AMALIA ROSTIKARINA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Gambaran Status Gizi Pasien Hipertensi Lansia di RSUP H. Adam Malik Medan

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI EMPAT PUSKESMAS KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH: ABDULLAH SYAHRIL SITEPU NIM

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

Analisis Penggunaan Obat Antihipertensi di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit PMI Bogor: Perbandingan Cost Effectiveness dan Kualitas Hidup Pasien

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

Prosiding Farmasi ISSN:

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

* Dosen FK UNIMUS. 82

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RS SANTA CLARA MADIUN TAHUN 2011 FRANSISKA MADE RATNA KUMALA DEWI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Transkripsi:

Prescribing and Rationality of Antihypertension Drugs Utilization on Outpatient with Hypertension in Puskesmas Simpur During January-June 2013 Bandar Lampung Tarigan N.S, Tarigan A, Sukohar A, Carolia N Faculty of Medicine Lampung University Abstract Hypertension is one of the most common disease in the world. Hypertension still becomes problem because of the increasing prevalence, many patients that is not unsolved yet and inadequate treatment. Those things increase morbidity and mortality of hypertension. One of method to treat hypertension is pharmacology therapy. This research was aimed to know rationality drug utilization consedering increasing comsumption in future.this was retrospective research from outpatient from prescription at Puskesmas Simpur during January-June 2013. Hypertension cases during Januari-June 2013 were 1319. Samples were 96 that taken by systematic random proportion sampling. Results of this research: patient of hypertension as much 67,7 % are woman and man are 32,3 %; as much 2,1% was 26-35 years old, 17,7% was 36-45 years old, 39,6 % was 46-55 years old, 40,6% was 56-65 years old; single therapy 88,5% and combination therapy 11,5%; the most utilized antihypertension drugs was captopril 60,1%; as much 97,2% antihypertension prescription suitable by doses, as much 81,25% antihypertension prescription suitable by frequency, as much 81,25% antihypertension prescription rationality by doses and frequency of use. Key words : Antihypertension, rationality, utilization Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antihipertensi pada Pasien dengan Hipertensi di Rawat Jalan Puskesmas Simpur Periode Januari-Juni 2013 Bandar Lampung Abstrak Hipertensi masih menjadi masalah karena prevalensi yang semakin meningkat, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan, dan pengobatan yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi semakin meningkat. Salah satu cara mengatasi hipertensi yaitu dengan terapi farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan dan kerasionalan penggunaan obat antihipertensi, mengingat penggunaannya cenderung meningkat di masa mendatang. Penelitian ini mengambil data retrospektif dari resep pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Bandar Lampung selama periode Januari-Juni 2013. Kasus hipertensi selama periode penelitian sebanyak 1319. Jumlah sampel sebanyak 96 resep yang diambil secara acak proporsi. Hasil yang diperoleh yaitu pasien hipertensi sebanyak 67,7 % perempuan dan laki-laki sebanyak 32,3%; sebanyak 2,1% usia 26-35 tahun, 17,7% usia 36-45 tahun, 39,6% usia 46-55 tahun, 40,6% usia 56-65 tahun; terapi tunggal sebanyak 88,5% dan lebih banyak dibandingkan terapi kombinasi 11,5%; obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah captopril 60,1%; resep antihipertensi sesuai berdasarkan dosis sebanyak 97,92%; resep antihipertensi sesuai berdasarkan frekuensi sebanyak 81,25 %; resep antihipertensi dilihat kerasionalannya berdasarkan dosis dan frekuensi pemberian sebanyak 81,25%. Kata kunci : Antihipertensi, kerasionalan, pola penggunaan 119

Pendahuluan Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju (WHO, 2003). Penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (Depkes, 2006). Pengelolaan hipertensi dengan pengobatan berupa obat antihipertensi. Pemilihan antihipertensi ditentukan oleh keadaan klinis pasien, derajat hipertensi dan sifat obat antihipertensi tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemberian obat antihipertensi dari segi klinis pasien adalah kegawatan atau bukan kegawatan, usia pasien, derajat hipertensi, insufisiensi ginjal, gangguan fungsi hati dan penyakit penyerta (Depkes, 2006). Terdapat beberapa kriteria untuk dapat dikatakan suatu pemberian obat sudah rasional atau tidak. Prinsip dari pemberian obat yang rasional adalah terpenuhinya enam tepat, yaitu tepat pasien, indikasi, dosis, waktu pemberian dan tepat informasi. Secara singkat pemakaian atau peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali atau kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Hapsari, 2011). Metode Penelitian ini adalah penelitian dekskriptif retrospektif non analitik. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Tempat penelitian yaitu di Puskesmas Simpur Bandar Lampung. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Notoatmodjo diperoleh jumlah sampel sebesar 96 resep. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportion random sampling. Data diolah dengan menggunakan analisis data univariat. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa menderita hipertensi tanpa penyakit penyerta dan mendapat pengobatan antihipertensi serta 120

tercatat pada rekam medik rawat jalan di Puskesmas Simpur Bandar Lampung periode Januari-Juni 2013, resep yang terdapat usia dan jenis kelamin, resep utuh/tidak sobek, resep yang masih bisa terbaca dan resep yang ditulis oleh dokter. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah resep yang hilang, resep yang hilang, resep yang sedang digunakan oleh pasien dan resep dengan pasien usia lansia. Penelitian ini diawali dengan permohonan izin meneliti di Puskemas Simpur melalui surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan telah lulus kaji etik Fakultas Universitas Lampung. Lalu dilakukan pengumpulan resep dengan menggunakan lembar kerja penelitian. Setelah semua data terkumpul, dilakukan penggolahan data menggunakan software pengolahan data dan program aplikasi komputer. Hasil Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpur kota Bandar Lampung. Dari hasil penelitian didapatkan 1319 data peresepan penyakit hipertensi dan sebanyak 96 resep yang terpilih sebagai objek penelitian. Tabel 1. Karakteristik Dasar Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. No. Karakteristik Jumlah (%) 1. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 2. Usia 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 31 (32,3%) 65 (67,7%) 2 (2,1%) 17 (17,7%) 38 (39,6%) 39 (40,6%) Total 100 % Pada hasil penelitian didapatkan karateristik dasar berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien penderita hipertensi selama periode penelitian sebanyak 96 orang. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin didapatkan pasien perempuan sebanyak 65 orang (67,7%) dan pasien laki -laki sebanyak 31 (32,3%). 121

Berdasarkan karakteristik usia didapatkan usia 26-35 tahun sebanyak 2 orang (2,1%), 36-45 tahun sebanyak 17 orang (17,7%), 46-55 tahun sebanyak 38 orang (39,6%) dan 56-65 tahun sebanyak 39 orang (40,6%). Tabel 2. Distribusi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi. No. Nama Obat Jumlah Frekuensi 1 Captopril 65 60,1% 2 Amlodipin 32 29,7% 3 Hidroklorotiazid 11 10,2% Total 108 100% Pada hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan antihipertensi selama periode penelitian adalah captopril sebanyak 65 (60,1%), amlodipin sebanyak 32 (29,7%) dan hidroklorotiazid sebanyak 11 (10,2%). Tabel 3. Distribusi Jenis Terapi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi. No. Jenis Terapi Jumlah Frekuensi 1 Tunggal 84 88,5% 2 Kombinasi 12 11,5% Total 96 100% Pada hasil penelitian didapatkan bahwa jenis terapi obat antihipertensi yang digunakan selama periode penelitian adalah jenis terapi tunggal sebanyak 84 resep (88,5%) dan terapi kombinasi 12 resep (11,5 %). Tabel 4. Distribusi Kesesuaian Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi Berdasarkan Dosis Sesuai Standar Depkes 2006. No. Antihipertensi Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1 Captopril 56 98,25% 1 1,75% 2 Amlodipin 26 96,30% 1 3,58% 3 Amlodipin + 4 100% 0 0% 4 Amlodipin + Captopril 1 100% 0 0% 5 Captopril + 7 100% 0 0% Total 94 97,92% 2 2,08% 122

Pada hasil penelitian didapatkan bahwa dari 96 peresepan pada pasien hipertensi selama periode penelitian berdasarkan dosis obat, resep yang sesuai sebanyak 94 resep (97,92%) dan tidak sesuai sebanyak 2 resep (2,08). Tabel 5. Distribusi Kesesuaian Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Berdasarkan Frekuensi Pemberian Sesuai Standar Depkes 2006. No. Antihipertensi Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1 Captopril 48 84,21% 9 15,79% 2 Amlodipin 22 81,48% 5 18,52% 3 Amlodipin + 4 100% 0 0% 4 Amlodipin + 1 100% 0 0% Captopril 5 Captopril + 3 42,86% 4 57,14% Total 78 81,25% 18 18,75% Pada hasil penelitian didapatkan bahwa dari 96 peresepan pada pasien hipertensi selama periode penelitian berdasarkan frekuensi pemberian, resep yang sesuai sebanyak 78 resep (81,25%) dan tidak sesuai sebanyak 18 resep (18,75%). Tabel 6. Distribusi Kerasionalan Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi Berdasarkan Dosis dan Frekuensi Pemberian. No. Antihipertensi Rasional Tidak Rasional Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1 Captopril 48 84,21% 9 15,79% 2 Amlodipin 22 81,48% 5 18,52% 3 Amlodipin + 4 100% 0 0% 4 Amlodipin + 1 100% 0 0% Captopril 5 Captopril + 3 42,86% 4 57,14% Total 78 81,25% 18 18,75% Pada hasil penelitian didapatkan bahwa dari 96 peresepan pada pasien hipertensi menurut kerasionalannya berdasarkan dosis dan frekuensi pemberian, 123

resep yang rasional sebanyak 78 resep (81,25%) dan tidak rasional sebanyak 18 resep (18,75%). Pembahasan Karakteristik dasar responden berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien penderita hipertensi selama bulan Januari-Juni 2013 sebanyak 96 orang dengan pasien perempuan sebanyak 65 orang (67,7%) dan pasien laki -laki sebanyak 31 (32,3%). Berdasarkan usia pasien penderita hipertensi, dimana usia terbanyak yang menderita hipertensi adalah usia 56-65 tahun. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana frekuensi klasifikasi usia memperlihatkan bahwa usia yang banyak terkena hipertensi terjadi pada dekade ketiga sampai dekade kelima (Chobaniam, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian. Individu yang berusia >55 tahun (usia lanjut dini) memiliki 90% kemungkinan untuk menderita hipertensi (Chobaniam, 2003). Hal ini disebabkan adanya proses penuaan normal yaitu penebalan dan kekakuan pembuluh darah sehingga elasitas pembuluh darah menurun (Kuswardhani, 2006). Pada saat usia 55 tahun, hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Namun setelah menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada perempuan terus meningkat. Hal ini dikarenakan kadar estrogen yang terus menurun sehingga kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang berfungsi melindungi pembuluh darah dari kerusakan juga menurun (Anggraini, 2009). Penggunaan obat antihipertensi dilihat dari distribusinya bahwa penggunaan antihipertensi terbanyak adalah captopril (60,1%) dibandingkan amlodipin (29,7%) dan hidroklorotiazid (10,2%). Hal ini juga dapat disebabkan karena hanya obat-obat inilah yang tersedia di Puskesmas Simpur selama periode penelitian (Puskesmas Simpur, 2013). Pada penelitian ini, ditemukan ketersediaan obat-obat antihipertensi lain dalam jumlah besar namun tidak digunakan antara lain furosemid. Furosemid merupakan diuretik kuat, dimana mula kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid. Oleh karena itu 124

diuretik ini jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung (Nafrialdi, 2009). Reserpin tidak digunakan karena reserpin merupakan obat lini ketiga. (Depkes, 2006). Sedikitnya penggunaan diuretik thiazid disebabkan oleh efek samping diuretik thiazid yaitu meningkatkan frekuensi buang air kecil (diuresis) sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita hipertensi. Menurut JNC VII, tahap awal pengobatan hipertensi derajat 1 yaitu dengan terapi tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat 1 masih dapat diturunkan dengan satu macam obat antihipertensi. Tekanan darah yang lebih tinggi (hipertensi derajat 2) kurang dapat diturunkan dengan satu macam obat sehingga tahap awal dengan terapi kombinasi. Terapi kombinasi dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek samping yang minimal. Hasil penelitian lain di Rumah Abdul Moeloek bahwa jenis terapi antihipertensi terbanyak adalah terapi tunggal 59,1% dan terapi kombinasi sebanyak 40,9% (Ayu, 2008). Ketidaksesuaian berdasarkan dosis disebabkan oleh dosis captopril dan dosis amlodipin. Ketidaksesuaian captopril disebabkan karena kurangnya dosis yang diberikan hanya 6,25 mg (Normal 12,5-150 mg), sedangkan ketidaksesuaian amlodipin disebabkan kelebihan dosis, dimana dosis yang diberikan sebanyak 15 mg (Normal 2,5-10 mg). Pemberian dosis obat yang tidak sesuai standar, dapat memberikan dampak yang luas bagi pasien. Bila dosis obat yang tertera pada resep tidak tepat/tidak sesuai standar, maka pasien tersebut gagal mendapatkan pengobatan yang benar terkait penyakitnya. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi berkaitan dengan penyakit tersebut (WHO, 2010). Ketidaksesuaian resep obat yang ditulis disebabkan karena frekuensi pemberian yang terlalu cepat dan terlalu lama. Pemberian obat yang terlalu cepat dan terlalu lama menyebabkan kerja steady state yang tidak stabil sehingga menyebabkan efek obat kurang efektif. Ketersediaan hayati captopril berkurang 30-40% bila obat tersebut diminum bersama makanan tetapi kerja antihipertensif tidak dipengaruhi. Hal ini yang mendukung penggunaan ACE-inhibitor digunakan sebagai antihipertensi. Kombinasi dengan diuretik memberikan efek sinergitik (Sekitar 85% pasien TD-nya terkendali dengan kombinasi ini). Kombinasi dengan 125

vasodilator, seperti pada hasil penelitian ini, kombinasi captopril dan amlodipin memberikan efek yang baik. (Nafrialdi, 2009). Ketidaksesuaian pada penelitian ini disebabkan frekuensi yang berlebihan dan kurang sehingga menyebabkan kadar obat dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah yang menyebabkan efek obat tidak efektif dan toksik. Kombinasi obat pada penelitian ini adalah captopril dengan amlodipin, captopril dengan hidroklorotiazid, dan amlodipin dengan hidroklorotiazid. Kombinasi obat yang terjadi pada penelitian ini sesuai dengan anjuran Depkes dan European Society of Hypertension 2003 (Depkes, 2006). Kombinasi obat tersebut diperbolehkan karena kombinasi obat tersebut bekerja pada sistem yang berbeda. Menurut WHO, banyak faktor yang berperan dalam peresepan tidak rasional, faktor ini dapat dibedakan dalam 5 komponen yaitu unsur instrinsik sang dokter, unsur kelompok kerja dokter, unsur informasi yang diterima dokter dan unsur sosial budaya masyarakat (WHO, 2007). Pada penelitian ini, peresepan yang tidak rasional mungkin dapat disebabkan oleh faktor-faktor diatas. Berdasarkan faktor instrinsik sang dokter dapat disebabkan oleh berbeda-bedanya pandangan, pengetahuan dokter dan kebiasaan sang dokter meresepkan obat. Terjadinya peresepan tidak rasional juga dapat disebabkan tidak adanya protap yang sama. Berdasarkan faktor tempat kerja, peresepan tidak rasional dapat terjadi karena beban kerja yang terlalu banyak sedangkan sumber daya manusia yang terlibat sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang terjadi selama periode penelitian sebanyak 16.722 orang hanya dilayani dengan 4 orang dokter yang terdiri dari 2 orang dokter tetap dan 2 orang dokter magang. Dokter juga menentukan resep yang diberikan berdasarkan obat yang tersedia. Hal ini dapat dibuktikan dengan stok persediaan obat selama periode penelitian, dimana stok obat antihipertensi yang tersedia adalah captopril, furosemid, hidroklorotiazid, niferdipin dan resepin. Namun, obat terbanyak yang tersedia adalah captopril. Berdasarkan faktor kemasyarakatan, peresepan tidak rasional terjadi karena masyarakat berpikir bahwa semua penyakit harus mendapat obat sehingga masyarakat meminta obat pada dokter, sehingga dokter memberikan antihipertensi dengan dosis sang rendah. Dampak penggunaan 126

yang tidak rasional atas penggunaan obat selain meningkatkan kejadian efek samping dan interaksi obat, tentu merupakan pemborosan (Nierenberg, 2000). Penulisan resep pada penelitian ini tidak sesuai protap. Peresepan yang baik seharusnya mencantumkan identitas pembuat resep, jenis dan bentuk obat, dosis dan jumlah, label, identitas pasien serta tanda tangan pembuat resep (De Vries, 2000). Simpulan Pada penelitian ini didapatkan simpulan berupa: distribusi jenis kelamin terbanyak pada pasien dengan hipertensi di Puskesmas Simpur selama periode penelitian adalah perempuan sebanyak 67,7%, usia terbanyak penderita hipertensi pada usia 56-65 tahun 40,6%, penggunaan obat antihipertensi terbanyak adalah captopril 60,1% dan jenis terapi terbanyak adalah terapi tunggal 88,5%. Pola peresepan di Puskesmas Simpur sudah sesuai sebanyak 97,92% berdasarkan ketepatan dosis dan frekuensi pemberian 81,25%. Bahwa pemberian obat antihipertensi di Puskesmas Simpur ini sudah rasional sebanyak 81,25% dengan ketentuan yang ada berdasarkan: a) ketepatan dosis obat antihipertensi dengan standar Depkes 2006, b) frekuensi pemberian obat antihipertensi dengan standar Depkes 2006. Daftar Pustaka Anggraini, D.A., Annes, W. Eduward, S., Hendra, A., Sylvia, S.S. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesamas bangkinang periode januari sampai juni 2008. FK UNRI. Riau. hlm 18 Ayu, H. 2008. Tinjauan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Poloklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Selama Tahun 2008. (SKRIPSI). FK UNILA. Lampung. hlm 40 Chobanian, A.V., George, L.B., Hendry, R.B., William, C.C., Lee, A.G., Daniel, W.J., et al. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan. Jakarta. De. Vries.T.P.G.M., R.H. Henning, H.V., Hogerzeil, D.A.Fresle. 1994. Reprinted 2000. Guide to Good Prescribing: A Pratical Manual. WHO. Geneva. Hapsari, F. 2011. Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antimikroba pada Pasien Balita di Puskesmas Kecamatan Jatinegara (SKRIPSI). FKUI. Jakarta. Kuswardhani, T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. FK UNSRI. 93 hlm 127

Nafrialdi. 2009. Antihipertensi. Sulistia Gan Gunawan. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hlm. 341-360. Nierenberg DW, Melmon K. 2000. Introduction to clinical pharmacology In : Carruthers SE, Hoffman BB, Melman KL, Nierenberg DW (eds). Melmon and Morelli s Clinical Pharmacology. New York : McGraw-Hill Medical. World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension Statement on Management of Hypertension J Hypertension.2003. 21: 1983-1992. WHO-SEARO. 2007. Technical Publication Series. The role of education in the rational use of medicine. New Delhi. WHO. 2010. Medicines: Rational Use of Medicines. http://www.who.int/en/. 128