BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Kendal Payak Balai Penelitian

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias, termasuk famili Orchidaceae dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Plasma nutfah adalah sumber daya genetik untuk penganekaragaman dan

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya secara turun temurun telah memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

I. PENDAHULUAN. ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida Nabati Pengendali Ulat pada Tanaman Sayuran Oleh : Hendri Yandri, SP ABSTRAK

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahu, es krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

P0 P0 P0. 50 cm. 50 cm P5 P1 P2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

UJI EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica) DAN EKSTRAK DAUN KLUWEK (Pangium edule) TERHADAP KEMATIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

Teknologi Budidaya Kedelai

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

Transkripsi:

( 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan keagungan dan kekuasaan Allah Swt., di antaranya adalah dari dunia tumbuhan yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di dalam Al-Qur an yang menerangkan tentang tumbuhan terdapat pada Al- Qur an surat Al An âm ayat 95 yang berbunyi : 4 Τr'sù ª!$# ãνä3ï9 sœ Çc y ø9$# z ÏΒ ÏMÍh yϑø9$# ßlÌøƒèΧuρ ÏMÍh yϑø9$# z ÏΒ ptø:$# ßlÌøƒä ( 2 uθ Ζ9$#uρÉb=ptø:$# ß,Ï9$sù!$# βî) tβθä3sù σè? Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buahbuahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka Mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al An âm/6: 95) Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang berasal dari butir biji dan buah-buahan. Biji-biji yang kecil tersebut akan tumbuh menjadi berbagai macam jenis dan buah-buahan dalam segala bentuk, warna, bau dan rasa. Kekuatan Allah Swt. dalam tumbuhtumbuhan terlihat pada modifikasi tumbuhan itu sesuai dengan kondisi lingkungan. Kelompok tumbuhan itu sebagian besarnya adalah tumbuhan penghasilan, seperti kacang, kapas, gandum dan jagung (Pasya, 2004). Kedelai merupakan komoditas pertanian yang cukup penting, karena dapat untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat disamping sebagai bahan baku

industri dan pakan ternak. Menurut Rukmana (2000), dalam 100 gr biji kedelai mengandung 31% kalori, 34,9% protein, 18,1% lemak, 34,8% karbohidrat dan 10% air. Kedelai sebagai bahan makanan manusia dapat diolah menjadi tahu, tempe, kecap, taoco, dan minyak nabati. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun selalu mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan penduduk. Tetapi kenaikan konsumsi ini tidak dapat diikuti oleh produksi dalam negeri, sehingga harus mengimpor dari luar. Pada tahun 1990 konsumsi kedelai dalam negeri 1,9 juta ton sedangkan produksi hanya mencapai 1,1 juta ton. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya produksi kedelai di Indonesia. Salah satunya yaitu serangan berbagai hama dan penyakit. Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peluang besar terserang hama sejak mulai tumbuh hingga menjelang panen. Lebih dari 100 spesies hama yang dapat menjadi penyebab dalam penurunan hasil panen kedelai di Indonesia (Okada et al., 1988). Lalat kacang (Ophiomiyia phaseoli) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman kedelai muda di Indonesia, yaitu sejak tanaman muncul di permukaan tanah hingga berumur 1 bulan. Serangan Ophiomyia phaseoli mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, kerdil, dan mati. Hasil survei Biro Statistik (dalam Djuwarso,1992) tahun 1991-1993, dinyatakan bahwa tingkat serangan Ophiomyia phaseoli di berbagai daerah di Jawa Timur dapat mencapai 10,8%-23%. Serangan lalat kacang pada kulit batang dapat menyebabkan kematian tanaman kedelai, yang dapat terjadi sejak tanaman berumur 14 sampai 30 HST.

Serangan larva yang berasal dari telur diletakkan imago pada saat tanaman berumur 14 sampai 30 HST (Tengkano dan Sutarno, 1978; Tengkano dan Supadmo, 1983). Kematian tanaman selain dipengaruhi oleh fase pertumbuhan, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, varietas, dan populasi larva per batang. Hastuti (1984) melaporkan bahwa serangan seekor larva yang berasal dari telur yang diletakkan pada tanaman berumur 6 HST tidak menyebabkan kematian tanaman. Serangan larva yang berasal dari telur yang diletakkan di daun tunggal dan di kotiledon pada 6 HST maupun 8 HST tidak menunjukkan perbedaan tingkat kematian tanaman. Sebaliknya, meningkatnya populasi (telur larva) per batang pada 6 HST maupun 8 HST meningkatkan pula tingkat kematian tanaman kedelai (Pabbage, 1988). Insektisida nabati memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di alam, Insektisida nabati memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkinkan dapat didegradasi secara alami (Arnason et al., 1993; Isman, 1995). Selain dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurgensi dan terbunuhnya jasad bukan sasaran (Metcalf dalam Syahputra, 2001), dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan terkadang sulit untuk memperolehnya. Di sisi lain ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi. Hal ini menyebabkan orang terus mencari pestisida yang aman terhadap lingkungan serta mudah memperolehnya. Cara alternatif yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan tumbuhan yang memiliki sifat insektisida (Schumetterer, 1995) yang mudah diramu petani sebagai sediaan insektisida.

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan berpotensi sebagai insektisida botani dari penjuru dunia telah banyak dilaporkan. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga (Grainge & Ahmed, 1988). Di Filipina, tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida (Rejesus, 1987). Laporan dari berbagai propinsi di Indonesia menyebutkan lebih 40 jenis tumbuhan berpotensi sebagai pestisida nabati (Direktorat BPTP & Ditjenbun, 1994). Hamid & Nuryani (1992) mencatat di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida adalah dari anggota famili Meliaceae, yang paling banyak diteliti adalah nimba atau mimba (Azadirachta indica) dengan bahan aktif utama azadirachtin (limonoid). Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ekstrak biji tanaman mimba mengandung senyawa aktif utama azadirachtin. Senyawa aktif dari tanaman ini memiliki aktivitas insektisida, antifeedant dan penghambat perkembangan (Scmutterer & Singh 1995) serta berpengaruh terhadap reproduksi berbagai serangga (Schmutterer & Rembold 1995). Khana (1992) melaporkan bahwa ekstrak biji mimba efektif mengendalikan Heliothis armigera, yaitu hama yang menyerang daun dan polong tanaman kedelai. Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan ekstrak biji

mimba dengan pelarut air disini adalah karena ekstrak biji mimba relatif sulit menimbulkan resistensi dibandingkan dengan insektisida kimia sintetik. Keuntungan lainnya, azadirachtin mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, sedikit racun kontak, aman bagi serangga berguna, sehingga sangat kompatibel digunakan dalam program pengendalian hama terpadu (Isman, 1994). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi terhadap masalah tersebut untuk diangkat dalam bentuk skripsi dengan judul: Pengaruh Pemanasan dan Frekuensi Aplikasi Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta indica) Terhadap Populasi Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh pemanasan dan frekuensi aplikasi ekstrak biji mimba (A. indica) terhadap populasi telur, larva, pupa dan imago lalat kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr)? 2. Pada perlakuan yang mana ekstrak biji mimba lebih berpengaruh terhadap populasi telur, larva, pupa dan imago lalat kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr)?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh pemanasan dan frekuensi aplikasi ekstrak biji mimba (A. indica) terhadap populasi lalat kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr). 2. Untuk mengetahui frekuensi aplikasi ekstrak biji mimba (A. indica) yang lebih berpengaruh terhadap populasi lalat kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pemanasan dan frekuensi aplikasi ekstrak biji mimba (A. indica) terhadap populasi telur, larva, pupa dan imago Lalat Kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr). 1.5 Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada pengaruh pemanasan dan frekuensi aplikasi ekstrak biji mimba (A. indica) terhadap populasi lalat kacang (O. phaseoli) pada tanaman kedelai (G. max (L.) Merr).

1.6 Batasan Masalah 1. Kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai varietas Wilis 2. Jenis hama utama tanaman kedelai yang dikendalikan pada penelitian ini adalah lalat kacang (O. phaseoli). 3. Insektisida nabati yang digunakan yaitu ekstrak biji mimba. 4. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi berupa air. 5. Pengamatan dilakukan terhadap populasi lalat kacang (O. phaseoli) yang meliputi populasi imago, telur, larva, pupa dan tanaman mati. 6. Parameter pengamatan yang diamati meliputi: a. Populasi imago pada umur 5, 6, 7, 8, 9, 10 hari setelah tanam (HST) pada tiap petak percobaan. b. Populasi telur pada 5 tanaman sampel umur 7 dan 8 hari setelah tanam (HST) yang diambil secara diagonal c. Populasi larva pada 5 tanaman sampel umur 12, 14, 16 hari setelah tanam (HST) yang diambil secara diagonal. d. Populasi pupa pada tanaman mati umur 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30 hari setelah tanam (HST). e. Populasi tanaman mati pada petak 3 x 4 m 2 umur 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30 hari setelah tanam (HST). 7. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan BALITKABI Desa Kendal Payak Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. 8. Aplikasi perlakuan yaitu pada saat tanaman berumur 6 HST dan 8 HST.