EFFECT OF PLAYING THERAPY USING STORY TELLING TECHNIQUE TO ANXIETY CAUSED BYHOSPITALIZATION IN PRESCHOOL CHILDREN AT MENUR WARD OF DR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

Iksirul Anwar 1, Listyana Natalia R. 2, Dian Wardanah 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 1 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare ABSTRAK

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FLORENTIANUS TAT 1, SELFIANA A. SING 2. Abstract

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH STORY TELLING TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DI RAWAT DI RSUD dr.pirngadi MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

NASKAH PUBLIKASI. DISUSUN OLEH: Richa Suswati

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI TK ASIH SEJATI, JANTI, CATUR TUNGGAL,SLEMAN, YOGYAKARTA

ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

Mutia Yusuf, Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis 149

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK COMMUNICATION WITH IMPACT OF NURSE HOSPITALISASI IN CHILDREN

KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN HOSPITALISASI PRE DAN POST PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

TERAPI BERMAIN MENDONGENG DAPAT MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN DAMPAK HOSPITALISASI ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI IRINA E ATAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK (PUZZLE) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

Transkripsi:

EFFECT OF PLAYING THERAPY USING STORY TELLING TECHNIQUE TO ANXIETY CAUSED BYHOSPITALIZATION IN PRESCHOOL CHILDREN AT MENUR WARD OF DR. SOERADJI TIRTONEGORO HOSPITAL KLATEN Ngakan Putu Siwi Edisaputra 1, Listyana Natalia R. 2, Nanik Budiastuti 3 ABSTRACT Background: Childhood is identical to playing. By playing children will always know the world, develop physical, emotional and mental maturity so that they will grow and become creative children. Being ill is an uncomfortable experience for children. When they are hospitalized, they may be worried. Appropriate media that can be used to minimize anxiety is playing therapy. By playing children can eliminate fear, anxiety, and sadness because they can feel relaxed through the enjoyment of playing. Objective: To identify effect of playing therapy through story telling to anxiety caused by hospitalization in preschool children at Menur Ward of Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten. Method: The study was an experiment that used one group pretest-post test design. Data were obtained trhough total sampling technique, processed and analyzed using paired t-test. Results: Out of 4 respondents, 14 (46.7%) had minor, 13 (43.3%) medium, and 3 (1%) severe anxiety before the intervention of playing therapy through story telling technique was given. After the intervention, 21 respondents (7%) had no anxiety and 9 (3%) had minor anxiety. The result of test to effect of playing therapy through story telling technique to anxiety caused by hospitalization in preschool children at Menur Ward of Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten showed that t calculation was as much as 22.36 and t table was 2.45 with p value. (<.5). Conclusion: There was effect of playing therapy through story telling technique to anxiety caused by hospitalization in preschool children at Menur Ward of Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten. Keywords: playing therapy, anxiety, hospitalization, preschool children 1. 2. 3. S1 Nursing Student, Respati University, Yogyakarta Nursing Study Program, Respati University, Yogyakarta Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital, Klaten 1

PENDAHULUAN Dunia anak sangat identik dengan bermain. Saat bermain anak secara kontinyu mempraktekkan bermacam-macam kegiatan seperti berkomunikasi dan mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Pada masa ini anak memerlukan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya beserta lingkungannya. Perhatian dan kasih sayang tersebut akan menstimulasi untuk menimbulkan rasa aman dan percaya terhadap dirinya. Pada masa anak-anak merupakan masa bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga apabila masa tersebut tidak dimanfaatkan sebaik mungkin maka tumbuh kembang anak tersebut akan terganggu (Hidayat,28). Untuk menstimulasi tumbuh kembang anak dapat diartikan dengan cara memberikan permainan, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan (Nursalam, 28). Banyak pendapat beberapa ahli menyatakan bahwa masa anak adalah masa bermain, karena anak belum dapat memisahkan antara bermain dan bekerja. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitasnya termasuk bekerja dan metode bagaimana mengenal dunia. Pada anak usia prasekolah jenis permainan yang sesuai usianya adalah bermain dengan bercerita, bermain game sederhana, permainan peran dan bermain puzzle (Listyorini, 25) Permainan tersebut harus dapat menstimulasikan perkembangan kreatifitas anak, sehingga orang tua harus mengarahkan agar sesuai dengan proses kematangan perkembangan tersebut. Dengan bermain anak akan selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan fisik, emosional dan mental, sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang kreatif (Hidayat,28) Sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Mereka kehilangan kebiasaan bermain dengan teman sepermainannya dan lingkungan yang dikenalnya. Anak akan merasakan situasi yang berbeda seperti biasanya, awalnya mereka berada di lingkungan dikenalnya namun setelah pindah ke rumah sakit mereka melihat lingkungan yang asing baginya. Anak dalam keadaan sakit harus menjalani berbagai prosedur pengobatan yang sangat menakutkan. Bila ini dibiarkan, maka anak merasa jenuh kemudian kegembiraanya semakin lama akan berkurang (Listyorini, 25). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak-anak. Jika seseorang anak dirawat di rumah sakit maka anak tersebut mudah mengalami kecemasan. Anak akan mengalami stres akibat dari perubahan status kesehatan, lingkungan, dan kebiasaan sehari-harinya. Peran perawatan dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stres hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (Nursalam, 28). Gangguan kecemasan akibat hopsitalisasi lebih banyak dialami anak-anak dibandingkan remaja. Kecemasan anak dilaporkan terjadi lebih sering dialami anak laki-laki dan perempuan. Keadaan ini dapat terjadi pada anak usia prasekolah tetapi yang paling sering ditemukan pada usia 7-8 tahun. Pravelansi gangguan kecemasan akibat perpisahan diperkirakan 3-4% dari semua anak usia sekolah dan 1% dari semua remaja (Wibowo, 28). Kurang lebih sepertiga anak pernah dirawat sebelum mereka dewasa dan lebih dari 5 juta anak Amerika mengalami prosedur medis setiap tahunnya guna diagnosis ataupun pengobatan. Stressor seperti 2

ketakutan, perpisahan dan kehilangan dapat menimbulkan respon tikah laku anak yang berbeda (Astuti, 28). Reaksi anak terhadap stres perpisahan ditunjukan dengan perilaku protes yaitu marah dan serangan fisik pada orang lain misalnya : menendang, memukul mencubit dan mencoba untuk lari mencari orang orang tua serta memegang erat orang tua. Reaksi anak usia prasekolah saat hospitalisasi menolak makan sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Pada anak yang mengalami hospitalisasi, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaanya dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan bermain. Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat, diperlukan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran anak. Untuk itu, kegiatan bermain harus diprogramkan dengan baik di rumah sakit. Pada beberapa Negara maju kegiatan bermain di rumah sakit dikoordinasi oleh nurse play specialis, yaitu perawat mempunyai kopetensi khusus dalam melaksanakan program bermain. Bila tidak ada tenaga khusus yang dapat memprogram kegiatan bermain pada anak di rumah sakit, perawat yang bertugas untuk melaksanakannya (Supartini, 24). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 November 211, peneliti melakukan observasi terhadap empat pasien anak. Hasil observasi yang dilakukan, peneliti mendapatkan data bahwa pada keempat anak mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit. Anak sering menghindar dan ketakutan saat perawat menghampiri mereka. Melihat hal tersebut peneliti melakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita. Pada saat sebelum dilakukan bercerita, anak tersebut tampak mengalami kecemasan ditandai dengan menolak diajak bermain, anak tmpak menangis dan memeluk orang tuanya. Setelah dilakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita anak berhenti menagis dan mau berinteraksi dengan peneliti. Anak mengatakan tidak senang bila dirawat di rumah sakit. Melalui wawancara dengan orang tua pasien, didapatkan data bahwa anaknya ingin cepat pulang karena merasa jenuh berada di rumah sakit. Walaupun keadaan penyakit anak sudah membaik, tetapi masih pada masa kecemasan karena berada di lingkungan rumah sakit. Melalui wawancara dengan perawat di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro didapatkan informasi bahwa terdapat satu ruangan untuk bermain anak-anak. Ruangan tersebut sudah diatur sedemikian rupa dan menarik agar anak-anak dapat bermain dengan leluasa. Dalam ruangan tersebut terdapat banyak mainan anak-anak misalnya : boneka, bongkar pasang, papan tulis dan buah-buahan mainan. Selain alat bermain terdapat juga fasilitas lain seperti televisi, gambar anak-anak, meja dan kursi. Selain ada program terapi bermain yang dilakukan perawat, anak-anak biasanya melakukan permainan secara mandiri atau didampingi orang tuanya. Anak-anak kadang langsung melakukan permainan di ruang bermain atau anak membawa alat-alat bermain ke ruangan masing-masing. Dari latar belakang dan hasil studi pendahuluan diatas maka penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 3

METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian pra eksperimen dengan menggunakan rancangan one group pretest-postest. Penelitian ini akan melakukan pengukuran dengan cara observasi sebanyak dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (postest) perlakuan (Notoatmodjo, 21) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 212 di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu semua pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebanyak 3 responden yang sedang dirawat di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam rentang waktu selama dua bulan yaitu bulan Februari sampai Maret. Sampel terdiri dari anak usia prasekolah yang dipilih sesuai kreteria inklusi dan kreteria ekslusinya. a. Kriteria inklusi 1) Anak mengalami kecemasan 2) Anak mau diajak bermain. 3) Anak dapat diajak berkomunikasi. 4) Pasien minimal dirawat selama tiga hari. b. Kreteria ekslusi 1) Anak akan pulang dari rumah sakit. Variable yang dignakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Terapi Bermain dengan tehnik bercerita. Bermain dengan bercerita merupakan suatu kegiatan bermain dengan menggunakan tehnik bercerita yang sengaja dilakukan di rumah sakit agar kecemasan anak yang sedang dirawat inap mengalami penurunan. Peneliti melakukan bermain selama 2 menit pada setiap anak yang dirawat dengan ketentuan memiliki umur antara 3-6 tahun. Terapi ini diberikan dua kali (hari pertama dan hari kedua), tetapi sebelum diberikan permainan terlebih dahulu peneliti melakukan pretest untuk mengetahui tingkat kecemasan anak. Permainan yang dilakukan adalah bercerita tentang kehidupan binatang dan berbagai cerita tentang kehidupan manusia. Alat permainan yang digunakan memakai satu buah boneka dan buku-buku cerita. Kecemasan merupakan ketidaknyamanan seorang anak akibat dirawat dirumah sakit sehingga tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Untuk menggetahui derajat kecemasan seorang anak, peneliti mengguanakan alat ukur Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Pengukuran dilakukan pada anak usia prasekolah (3-6) tahun yang sedang dirawat inap. Peneliti melakukan pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain dengan bercerita. Hasil ukur kecemasan menggunakan skor, bila kurang dari 14 tidak ada kecemasan, 14-2 berarti kecemasan ringan, 21-27 berarti kecemasan sedang, 28-41 berarti kecemasan berat dan 42-56 berarti panik. Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah ordinal. Cara pengmpulan data yaitu melakukan seleksi calon responden, memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai tujuan penelitian dan menandatangani surat perjanjian menjadi responden. Melakukan observasi pretest terhadap responden (pasien anak) sebelum melakukan bercerita dengan anak. Lembar observasi akan 4

diisi langsung oleh peneliti sendiri. Kemudian diukur tingkat kecemasan anak menggunakan pedoman rentang total skor tingkat kecemasan Hamilton ranting scale for anxiety (HRS-A). Menetapkan permainan terhadap responden menggunakan tehnik bercerita selama 2 menit. Pemberian terapi bermain mengunakan tehnik bercerita dilakukan sebanyak dua kali setiap pasien, dimana setiap harinya pasien akan mendapat bermain satu kali. Setelah dua kali pemberian terapi bermain terhadap responden, kemudian dievaluasi dengan menggunakan lembar observasi dan diukur tingkat kecemasan anak dengan pedoman rentang total skor tingkat kecemasan Hamilton Ranting Scale for Anxiety (HRS-A). Pengolahan data dan analisa data dilakukan dengan editing, koding, tabulasi, entry dan cleaning. Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariant dan bivariant menggunakan rumus Paried t Test. HASIL Hasil yang didapat untuk pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi anak prasekolah di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagai berikut: Tabel 1 Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Sebelum Dilakukan Terapi Bermain Dengan Tehnik Bercerita di Bangsal Menur RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten Bulan Februari Sampai Maret 212 Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Ringan 14 46.7 Sedang Berat Panik 13 3 43.3 1 Total 3 1. Sumber: Data Primer diolah 212 Tabel 2 Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Setelah Dilakukan Terapi Bermain Dengan Tehnik Bercerita di Bangsal Menur RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten Bulan Februari Sampai Maret 212 Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentae (%) Tidak ada 21 7. Ringan 9 3. Sedang Berat Panik Total 3 1. Sumber: Data Primer diolah 212 5

Tabel 3 Pengaruh Terapi Bermain Dengan Tehnik Bercerita Terhadap Kecemasan Akibat Hopitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di Bangsal Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan uji Paried t Test Tingkat Kecemasan Tidak ada Ringan Sedang Berat Panik Pretest 14 13 3 Postest 21 9 Sumber: Data Primer diolah 212 t hitung p- value 22.36. PEMBAHASAN Penelitian ini mengambil anak periode usia prasekolah yaitu anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Dalam penelitian yang dilakukan selama dua bulan, jumlah anak usia prasekolah yang mengalami hopitalisasi sebanyak 3 orang. Hospitalisasi merupakan suatu keadaan yang memaksa seseorang untuk tinggal dan dirawat dirumah sakit untuk menjalani terapi atau perawatan sampai keadaan seseorang tersebut sembuh. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi anak. Menurut (Suliswati, 24) kecemasan merupakan suatu respon individu terhadap suatu keadaan seseorang yang tidak menyenangkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 diperoleh sampel sebanyak 3 responden, 14 reponden (46.7%) menunjukkan kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita termasuk kecemasan kategori ringan. Kecemasan ringan ini disebabkan karena anak usia prasekolah perkembangan proses pemikirannya belum matang dibandingkan anak usia sekolah. Kecemasan ini semakin meningkat apabila ketika anak dilakukan prosedur pengobatan yang terkesan akan melukai dirinya. Menurut Stuart (26), kecemasan ringan ditandai dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi lebih waspada serta meningkatkan lapang persepsinya. Pernyataan terhadap kecemasan anak pada saat dirawat inap didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (28), yang mengatakan bahwa sebagian besar kecemasan yang dialami anak yang menjalani rawat inap karena anak berada dilingkungan baru, dikelilingi orang asing yang tidak dikenalnya dan peralatan medis yang menakutkan. Keadaan tersebut dapat dilihat pada saat peneliti melakukan observasi, sebagian besar anak takut pada orang yang baru dikenal dan orang yang memakai baju putih yang mereka anggap akan menyakiti mereka. Anak usia prasekolah juga dapat mengalami kecemasan sehubungan dengan keadaan penyakit dan pengobatan yang mereka jalani dirumah sakit. Kecemasan tersebut akan termanifestasi pada prilaku yang akan muncul selama masa perawatan di rumah sakit. Perilaku yang akan muncul seperti rewel, sering menangis, gangguan pola tidur, hiperaktif dan lain-lain. Kecemasan juga muncul karena perpisahan antara anak dengan orang yang sering berada didekatnya seperti teman sepermainannya. 6

Media yang tepat untuk mengurangi kecemasan anak adalah dengan terapi bermain. Listyorini (25) mengatakan bermain di rumah sakit akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan pada anak terhadap stress karena membantu anak menaggulangi pengalaman yang tidak menyenagkan. Dalam penelitian ini menggunakan media bermain dengan tehnik bercerita. Anak usia prasekolah bermain dengan tehnik bercerita merupakan permainan yang tepat diberikan kepada anak, karena bercerita bisa membantu perkembangan berbahasa dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu bercerita juga dapat membatu penyembuhan anak tanpa menggunakan obat atau sebagai terapi non farmakologi, karena bercerita akan membuat anak menjadi senang atau dijadikan suatu hiburan pada saat dirawat dirumah sakit. Menurut Agung (29) cerita yang menarik akan menjadi spirit atau semangat, sugesti dan sedikit hipnotis bagi anak untuk mendorong anak yang sakit menjadi sembuh karena motivasi tersebut. Menurut Nahak (29) ada beberapa kelebihan terapi bermain dengan bercerita yaitu lebih praktis, artinya peneliti bisa melakukan bercerita seorang diri tanpa kordinasi dengan orang lain. Bercerita juga lebih flaksibel yaitu dapat dilakukan hampir disegala tempat dan dapat disampaikan kepada orang jumlah banyak maupun sedikit. Selain itu kelebihan bercerita juga lebih murah karena dapat dilakukan menggunakan alat peraga maupun tanpa alat peraga. Peneliti bebas memilih dan mengembangkan sendiri alat peraga yang digunakan misalnya boneka sebagai partner disertai garak-gerik tertntu agar cerita lebih menarik disimak oleh anak. Ada beberapa tehnik yang digunakan bercerita pada penelitian ini seperti tehnik mempersiapkan cerita yang akan digunakan yaitu cerita berisi gambar binatang. Pemilihan cerita ini bertujuan agar anak-anak tertarik untuk mengikuti cerita yang disajikan oleh peneliti. Tehnik berikutnya adalah tehnik bercerita menggunakan alat peraga. Peneliti memilih alat peraga yang sederhana yaitu menggunakan buku yang berisi berbagai cerita kehidupan binatang lucu. Dalam bercerita diperlukan tehnik mengekspresikan karakter tokoh karena anak bisa memahami karakter tokoh cerita yang disajikan peneliti. Karakter tokoh dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain melalui ekspresi suara dan ekspresi visual (raut muka, mulut, mata dan tangan). Apabila pada saat bercerita anak menunjukkan perasaan bosan maka peneliti menerapkan tehnik berikutnya yaitu tehnik menghidupkan suasana bercerita dengan cara membangkitkan humor dan melibatkan anak dalam cerita. Peneliti mengajak responden untuk berinteraksi dengan peneliti misalnya menanyakan nama binatang yang ada di gambar tersebut, menanyakan kembali bagaimana alur cerita yang sudah diceritakan oleh peneliti. Melalui bermain tingkat kecemasan akan mengalami penurunan hal tersebut sesuai dengan penemuan penelitian ini pada saat melakukan observasi postest. Hasil observasi tingkat kecemasan anak setelah dilakukan terapi bermain (postest) adalah tidak ada kecemasan sebanyak 21 responden dengan presentase 7%. Hal tersebut menunjukkan kecemasan setelah diberikan terapi bermain dengan tehnik bercerita termasuk kategori tidak ada kecemasan. Sesuai dengan fungsinya yaitu bermain mempunyai nilai trepeutik, artinya bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya kecemasan dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya. (1). 7

Dilihat dari kategorinya, terdapat penurunan kategori dari mayoritas kecemasan anak ringan sebanyak 14 responden (46.7%) sebelum dilakukan terapi bermain meggunakan tehnik bercerita menjadi mayoritas tidak ada kecemasan sebanyak 21 responden (7%) setelah dilakukan terapi bermain menggunakan tehnik bercerita. Hal ini didukung oleh penelitian dari Cahyaningsih (211) yang mengatakan bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi sebelum dilakukan terapi bermain dan sesudah dilakukan terapi bermain. Hasil pengujian dengan Paried t Test Pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi anak pada usia prasekolah di bangsal menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, nilai t hitung sebesar 22.36 dan t tabel sebesar 2.45 dengan p value sebesar, (<,5) Jadi t hitung > t tabel maka ada uji beda nyata (signifikan) antara sebelum dilakukan terapi bermain menggunakan tehnik bercerita dengan sesudah terapi bermain menggunakan cerita terhadap anak yang sedang dirawat inap, sehingga mendukung hipotesis. Hasil diatas menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Firbelia (21), tentang hubungan antara terapi bermain dengan stress hopitasisasi pada anak usia 3 sampai 5 tahun di bangsal perawatan anak rumah sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Firbelia juga mendapatkan hasil bahwa terapi bermain sangat efektif untuk mengurangi stres hospitalisasi yang terjadi pada anak usia 3 sampai 5 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Supartini (24) yang mengatakan bahwa media bermain merupakan cara yang tepat untuk mengurangi kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit. Anak dapat menghilangkan rasa takut, cemas, perasaan nyeri dan sedih karena anak merasakan rileks melalui kesenangannya melakukan permainan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Tingkat kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita mayoritas katagori tingkat kecemasan ringan sebayak 14 responden dengan presentase 46.7%. 2. Tingkat kecemasan anak setelah dilakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita mayoritas katagori tidak ada kecemasan sebanyak 21 responden dengan presentase 7%. 3. Ada pengaruh yang signifikan terhadap terapi bermain dengan tehnik bercerita sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain. Karena nilai t hitung > t tabel dengan p value sebesar,. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan sehingga Ha diterima, maka ada pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hopitalisasi anak prasekolah di Bangsal Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 8

SARAN 1. Bagi profesi keperawatan Untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan menambah wawasan tentang keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi refrensi tentang pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap anak yang mengalami hospitalisasi. 2. Bagi perawat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Agar menjaga pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten terhadap anak-anak dan tetap mempertahankan program terapi bermain yang sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertugas di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 3. Bagi peneliti Hendaknya dapat memberikan pengetahuan nyata tentang pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi anak prasekolah dan mendapat ketrampilan dalam menyusun skripsi. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan mengembangkan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Diharapkan lebih memperhatikan kelebihan menggunakan terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi anak usia prasekolah. 9

DAFTAR PUSTAKA Agung Pujiantoro. (29). Pengaruh Bercerita Sebelum Tidur Terhadap Peningkatan Kuantitas dan kualitas tidur pada anak usia prasekolah di TK Miftahul Huda Desa Sumolawang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. (internet). Tersedia dalam : http://www.scribd.com/doc/32352927/26/pengertian-cerita (Diakses 2 desember 211. Pukul 24.5 wib) Aryati. K. D. (211). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Di Bangsal Anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi. FIKES UNRIYO. Yogyakarta. Astuti. (28). Hubungan Riwayat Hospitalisasi Dengan Penerimaan Anak Usia Prasekolah Saat Dirawat Inap Di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM. Cahyaningsih. N. T. (211). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak Kenanga Dan Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi. FIKES UNRIYO. Yogyakarta. Firbelia N.P.Y (21). Hubungan Antara Terapi Bermain Dengan Stress Hospitalisasi Pada Anak Usia 3 Sampai 5 Tahun Di Bangsal Perawatan Anak Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi. FIKES UNRIYO. Yogyakarta Gunawan. (23). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Instalasi Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM. Hanny. T. Nahak. (29). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperaktif Selama Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah Di Bangsal Melati RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi. FIKES UNRIYO. Yogyakarta. Hidayat. Aziz Alimul. A. (28). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Salemba Medika. Listyorini. Dewi. (25). Pengaruh Bermain Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Selama Menjalani Perawatan di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM. Notoatmodjo. S. (21). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nursalam. (28). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta. Salemba Medika. Stuart G.W. (26). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC. Suliswati. (25). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC. Supartini. Y. (24). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC. Wibowo. (28). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan akibat Hospitalisasi Pada anak Usia Sekolah di Ruang RSUD Maraoke. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM. 1