BAB I PENDAHULUAN. kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.97 2 Mengingat b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

PEMBERLAKUAN PENGHAPUSAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH (PPnBM) TERHADAP MOBIL MURAH RAMAH LINGKUNGAN DI BANDAR LAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi, yang membedakan produk yang dimiliki dengan pesaing

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Industri Mobil Low Cost Green Car

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesadaran untuk menjadi ramah lingkungan bukan saja dimiliki oleh negara

PENGEMBANGAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG MURAH PERDESAAN

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels (EPA, 2012)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran mobil murah yang disebut mobil hemat energi dan harga

TUGAS KELOMPOK MATA KULLIAH EKONOMI MAKRO. Oleh : KELOMPOK 5 KELAS AKUNTANSI C

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keputusan membeli setiap orang adalah sesuatu yang unik, hal ini karena

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia yaitu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHANNYA ATAU IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

BAB I PENDAHULUAN. di setiap tahunnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan di industri otomotif semakin

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut terus menerus terjadi dan berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEPPRES 37/1992, USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya zaman maka jenis alat transportasi pun akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan nasional akan mengalami kesulitan untuk bermain dalam pasar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri otomotif semakin ketat. Terutama industri mobil di

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 096 TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

Konservasi Energi pada Sektor Rumah Tangga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. manufaktur OEM. Mobil ini ditampilkan pertama kali di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan bernegara dan bangsa yang adil dan sejahterah, aman, tentram, dan tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata diseluruh tanah air memerlukan biaya besar yang harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri. Kemampuan sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan dan menata kehidupan bernegara, salah satu upaya pemerintah Indonesia yaitu melalui pemenuhan kewajiban pajak. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dominan untuk menjalankan roda perekonomian Indonesia. Salah satu jenis pajak tersebut adalah pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah. PPnBM termasuk jenis pajak yang satu paket dengan Undang-undang PajakPertambahan Nilai.Pemerintah

2 mengeluarkan kebijakan mengenai penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah tersebut dengan tujuan untuk mengembangkan ekonomi dan industri otomotif di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2013 Tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.PPnBM hanya dikenakan satu kali pada sumbernya yaitu pabrikan atau saat impor dan tidak dapat dikreditkan,termasuk low cost and green car (LCGC), program low carbon emission, mobil listrik, hybrid biodiesel. Pasal 3 ayat 1(c) PP Nomor 41 Tahun 2013 menyebutkan untuk mobil hemat energi dan harga terjangkau, PPnBM atas Barang Kena Pajak sebesar 0 persen dari harga jual. Pajak 0 persen tersebut untuk motor bahan bakar cetus api dengan kapasitas silinder 1.200 cc dan konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter atau bahan bakar setaranya. Dalam perealisasian kebijakan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) ada berbagai dampak dalam keadaan sosial ekonomi bangsa Indonesia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan adalah: 1 1. Sebanyak 60 juta pemilik motor ingin punya mobil, akibat bertambahnya kegiatan komersial, industri, serta mobilitas orang dan barang. 2. Khawatir perdagangan bebas, yang menyebabkan apabila kita tidak memenuhi permintaan masyarakat dengan produksi sejenis dari dalam negeri, maka akan terjadi banjir impor kendaraan jenis tersebut. 1 http://blog at WordPress.com/detail.low cost green car (LCGC), dikunjungi tanggal 15 januari 2014 pukul 22:30

3 3. Ambisi pemerintah tekan emisi karbon, sehingga industri otomotif disyaratkan untuk membuat kendaraan yang lebih ramah lingkungan dengan menaikkan efisiensi penggunaan bahan bakar perkilometer jarak tempuh. 4. Membangun industri komponen otomotif, ini berlaku untuk semua merek otomotif, baik merek internasional maupun merek original Indonesia 5. Mengurangi beban konsumendengan menghilangkan kewajiban PPnBM, namun tetap membayar PPN 10% dan pajak kendaraan bermotor didaerah sebesar 10%. 6. Mendorong investasi dan lapangan kerja melaluipeningkatan kualitas tenaga kerja terampil seperti dalam bidang teknik otomotif dan material manajemen produksi, dan jasa distrubusi serta manajemen logistik. Tahun 2013 pemerintah Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan kebijakan mengenai penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car(LCGC) yaitu PP No. 41 Tahun 2013 Tentang Barang Kena Pajak yang Tergolongg Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan Barang Mewah. Peraturan pemerintah tersebut menjelaskan tata cara pemberian pembebasan dari pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Peraturan Pemerintah tersebut juga didukung oleh Peraturan Menteri Perindustrian No. 33 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Produksi Kendraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau low cost and green car

4 (LCGC).Permenperin tersebut merupakan turunan dari program mobil emisi karbon rendah atau low emision carbon yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013tentang Kendaraan yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Permenperin No 33/2013 pasal 2 ayat 1(c) tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) juga menyebutkan besaran harga jual KBH2, setinggi-tingginya Rp 95 juta berdasarkan lokasi kantor pusat Agen Pemegang Merek. Besaran harga yang dimaksud merupakan penyerahan harga ke konsumen sebelum pajak daerah, Bea Balik Nama (BBN), dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Besaran harga ini disesuaikan apabila terjadi perubahan-perubahan pada kondisi/indikatorerminkan ekonomi yang dicerminkan dengan menggunakan besaran inflasi, kurs nilai tukar rupiah, dan/atau harga bahan baku. Dampak negatif penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan adalah: 2 1. Terjadinya Macet Dampak negatif yang sudah sangat jelas adalah kemacetan yang pastinya bertambah. Membeli mobil murah tersebut, jalan-jalan yang sangat padat sekarang ini pasti akan menjadi lebih padat. Contohnya jalan utama yang sering mengalami macet di Bandar Lampung adalah jalan utama menuju Kampus Universitas Lampung di Gedongmeneng dari Kampus Universitas Bandarlampung di Labuhan Ratu, Kedaton, melewati Jl Zainal Abidin Pagaralam dan Jl Teuku Umar hingga menuju ke Terminal Rajabasa. 2 Rizaziana.blogspot.com/Dampak Positif dan Negatif Mobil Murah Ramah Lingkungan dikunjungi tanggal 16 Maret 2014 pukul 23:45

5 2. Penggunaan BBM yang Meningkat Kebijakan mobil murah ini juga akan berdampak pada pemakaian bbm atau bahan bakar minyak. Dapat diperkirakan bahwa tingkat kelangkaan bahan bakar minyak akan lebih menigkat lagi. 3. Peminat Angkutan Umum Berkurang Permasalahan tentang kebijakan mobil murah ini ternyata tidak berhenti pada masalah kemacetan atau bbm saja, peminat angkutan umum pasti akan semakin berkurang karena masyarakat cenderung memilih untuk membawaalat transportasi sendiri. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran karena angkutan umum akan sulit untuk mendapat penumpang. Kesiapan sarana prasarana kesediaan jalanberbanding terbalik dalam menampung pertumbuhan mobil murah tersebut. Hal ini terlihat dari sesaknya jalan-jalan di kota-kota besar seperti Jakarta. Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung juga sudah merasakan dampak dari kebijakan low cost and green car (LCGC) yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti macet yang sering terjadi di jalan utama antara lain lampu merah Unila, depan Ramayana Jalan Raden Intan, Jalan Jenderal Sudirman, dan depan Hypermart di Jalan Kartini. Prasarana infrastruktur di Bandar Lampung juga belum memadai berupa jalan yang terbatas atau rusak.

6 Berdasarkan uraian latar belakang diatas mengenai program pemerintah LCGC maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul: Pemberlakuan Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah Terhadap Mobil Murah Ramah Lingkungan di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi masalah menyangkut Pemberlakuan Penghapusan Pajak Pertambahan nilai Barang Mewah (PPnBM) Terhadap Mobil Murah ramah Lingkungan di Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut: a. Bagaimanakahpemberlakuan penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan di Bandar Lampung? b. Apa faktorpenghambat dalam pemberlakuan penghapusan pajakbarang mewahterhadap mobil murah ramah lingkungan dibandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan Rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: 1) Untuk mengetahuipemberlakuan penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan di Bandar Lampung. 2) Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pemberlakuan penghapusan pajak barang mewah terhadap mobil murah ramah lingkungan di Bandar Lampung.

7 1.3.2 Kegunaan Penelitian A. Secara Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan bagi perkembangan studi Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Pajak mengenai Pemberlakuan Penghapusan PajakBarang Mewah (PPnBM). B. Secara Praktis a. Memberi masukan kepada pemerintah untuk lebih baik lagi dalam menerapkan kebijakan yang terkait dalam pemberlakuan penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) terhadap mobil murah ramah lingkungan. b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat atas pentingnya peranan mereka dalam mendukung pemberlakuan penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) terhadap mobil murah ramah lingkungan di Bandar Lampung. c. Penelitian ini berguna bagi para rekan-rekan fakultas hukum baik dalam menambah pengetahuan maupun bagi rekan-rekan yang ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang yang sama.