BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

DATA UMUM RESPONDEN 1. Nama : Umur : Kelas : Agama : Jenis Kelamin :Laki-Laki/ Perempuan. 6. Sumber Informasi Kesehatan

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Pengetahuan

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

Lampiran 1 Kuesioner Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa di SMA Al Azhar Medan Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Widya Praja Ungaran terletak di jalan Jend. Gatot Subroto 63 Ungaran,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh menjadi dewasa. Istiliah adosecence seperti yang dipergunakan

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Poltekkes Depkes, 2010). Hubungan seksual adalah perilaku yang dilakukan sepasang invidu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis ke dalam vagina. Perilaku yang dimaksud Intercourse/senggama, tetapi ada juga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus. Sedangkan hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Anonim, 2002). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2005). Sedangkan menurut Purnomowardani dan Koentjoro, 2000 Perilaku seksual adalah manifestasi dari adanya dorongan seksual yang dapat diamati secara langsung melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan hingga tahap yang paling berat. Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan (Indrijati, 2001).

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan hingga tahap yang paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama. 2.1.2. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual pra nikah pada Remaja Bentuk-bentuk perilaku seksual pra nikah pada remaja antara lain : 1. Berpelukan Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati, 2005). 2. Cium kering. Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir (Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati, 2005). 3. Cium basah Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir (Irawati, 2005). Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulangi nya lagi (Ginting, 2008).

4. Meraba bagian tubuh yang sensitif Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis (Ginting, 2008). Dampak dari tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse (Irawati,2005). 5. Petting Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempel kan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan (Ginting, 2008). 6. Oral seksual. Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam melibatkan vagina (Ginting, 2008). 7. Intercource atau bersenggama Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. 2.1.3. Faktor menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah Faktor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah (Poltekkes Depkes, 2010 ) adalah : 1. Adanya dorongan biologis.

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. 2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis. Mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan yang kuat tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah. 3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi. 4. Adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual didukung oleh hal-hal sebagai berikut : a. Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada anak. b. Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya uang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas. Misalnya menginap di hotel. c. Pergeseran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah Misalnya dewasa ini pasangan remaja yang menginap dihotel adalah hal yang biasa, sehingga tidak ditanyakan akte nikah. d. Kemiskinan. Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya puteri untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

2.1.4. Faktor faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remaja. Menurut Sarlito W.Sarwono yang dikutip Poltekkes Depkes, 2010 ada beberapa faktor yang dianggap berperan munculnya permasalahan seksual pada remaja yaitu : 1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku tertentu. 2. Penyaluran hasrat seksual remaja tidak dapat segera dilakukan karena penundaan usia perkawinan dengan adanya UU perkawinan. 3. Penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi canggih. Misalnya Telepon genggam yang mudah mengakses internet seperti video porno, gambar-gambar porno. 4. Orang tua Karena ketidaktahuan maupun karena sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seksual dengan anak, menjadikan orang tua tidak terbuka pada anak dan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. 2.2. Dampak dari melakukan hubungan seksual pra nikah 2.2.1. Aspek Medis Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak konsekuensi, sebagai berikut : 1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang bagaimana seorang perempuan bisa hamil, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang

tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Anonim, 2003). 2. Aborsi Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja.setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. 3. Meningkatkan resiko terkena kanker rahim dr Boyke Dian Nugroho mengungkapkan bahwa hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi (Adiningsih, 2004). 4. Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, clamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Anonim, 2005)

2.2.2 Aspek Sosial-Psikologis Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan datang. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) remaja ini adalah : 1. Kualitas mentalis. Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena memburuk. dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi. 2. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki kesehatan yang rendah. 3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga yang sakinah. 4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pranikah, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal. 6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat perilaku seksual pranikah, tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Iriani, 2005). 2.3. Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Menurut Depkes RI batasan usia remaja 10-19 tahun, yang merupakan masa khusus dan penting, karena masa periode pematangan organ reproduksi manusia yang sering disebut masa pubertas (Depkes RI, 2005). Pada masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani maupun mental.

2.3.2 Ciri-ciri Perkembangan Remaja Menurut Depkes RI kerjasama dengan WHO (2005) dari ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu: 1.Masa remaja awal (10-12 tahun) Ciri khas : Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. 2. Masa remaja tengah (13-15 tahun) Ciri khas : mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun) ciri khas : pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak. 2.3.3 Perubahan fisik pada remaja Menurut Depkes RI kerjasama dengan WHO (2005) perubahan fisik pada remaja ditandai dengan munculnya : 1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan mimpi basah pada remaja putera. 2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu pada remaja putera terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan

ejakulasi,dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Pada remaja puteri pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis). 2.3.4 Perubahan kejiwaan pada masa remaja. Proses perubahan kejiwaan pada remaja berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi : 1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi: Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi, dan tertawa) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh. misalnya mudah berkelahi. 2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik. Ingin mengetahui hal-hal yang baru, sehingga muncul perilaku ingin mencobacoba. 2.3.5. Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seksual pra nikah bagi remaja Menurut Depkes RI kerjasama dengan WHO (2005) ada beberapa pengaruh buruk akibat hubungan seksual pra nikah bagi remaja : 1. bagi Remaja a. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan.

b. Menambah risiko tertular PMS, seperti GO, Sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, HIV/AIDS c. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan. d. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan. e. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja. f. Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat. 2. Bagi keluarga a. Menimbulkan aib keluarga b. Menambah beban ekonomi keluarga c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat dilingkungannya (ejekan). 3. Bagi Masyarakat. a. Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi. c. Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun.

2.4. Defenisi Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) yang dikutip Notoatmodjo, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap yaiitu pengetahuan, sikap dan tindakan/praktek. 2.4.1.Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu penginderaan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan ( Notoadmojo, 2005) : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, seorang remaja mengetahui defenisi seksual pra nikah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. Misalnya : remaja memahami efek-efek yang ditimbulkan seorang pria dan wanita jika melakukan seksual pranikah.

3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah mengalami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seorang remaja tidak akan mau melakukan seksual pra nikah, karena tahu dampaknya yang dapat mengganggu kesehatan reproduksinya. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannnya satu sama lain. Misalnya remaja mengetahui jika berpacaran terlalu intim dan tidak diawasi oleh orang tua dapat mengakibatkan tindakan yang diinginkan seperti melakukan seksual pra nikah. 5. Sintesis (synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya remaja mengetahui jika seorang remaja hamil dan masih sekolah pastilah ia akan menggugurkan kehamilannya (aborsi) karena takut dikeluarkan dari sekolah. 6. Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, remaja mengetahui bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan seksual Pra nikah, salah satunya adalah menonton film porno.

2.4.2. Sikap (Attitude) Sikap adalah reaksi respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak bisa langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. (Notoadmojo, 2003) Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan: 1. Menerima (Receiving) Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan 2. Merespon ( Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap 3. Menghargai (Valuting) Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya 2.4.3 Tindakan atau praktek Tindakan adalah penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui atau disikapinya setelah mengetahui stimulus atau objek. Tindakan merupakan perilaku terbuka yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Tindakan/praktek mempunyai beberapa tingkatan : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Ini merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guided respon) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Ini merupakan praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Ini merupakan praktek tingkat ketiga. 4. Adopsi (adoption) Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.5 Variabel Penelitian Berdasarkan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu: Pengetahuan siswa tentang seksual pra nikah Sikap siswa tentang seksual pra nikah Tindakan siswa tentang seksual pra nikah