TINJAUAN PUSTAKA. ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan.

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN TEORI

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis

GIZI SEIMBANG LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden (Anak Sekolah Dasar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen

BAB I PENDAHULUAN. kita sebagai bangsa yang dijajah, serba kekurangan dan miskin menggangap

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya (Welford, 2008). ASI adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan strategi pemasaran untuk mengetahui motif yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan. Dalam definisi lain menurut Gazalba (2002) pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu dimana pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dari beberapa opini tentang pengetahuan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan mengetahui yang didapat melalui segala bentuk indra sehingga menjadi paham dengan suatu hal.

9 2. Syarat Pengetahuan Tidak semua hal dapat dikatakan pengetahuan, untuk dapat dimaknai demikian harus memiliki syarat-syarat yang jelas. Adapaun syarat yang harus dimiliki agar dapat disebut pengetahuan yaitu (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001) : a) Objek Formal Hal dapat disebut pengetahuan adalah manakala hal tersebut memiliki sudut penelitian atau pembicaraan suatu ilmu. b) Metode Penelitian Pengetahuan tidak muncul tiba-tiba, melainkan memiliki suatu cara pengumpulan keterangan baik dari dengan pemahaman yang paling sederhana maupun tingkatan yang rumit sehingga hal tersebut dapat diolah dalam pemikiran. c) Sistematika Uraian Pengetahuan memiliki unsur dinamis dimana memiliki suatu cara kaitan antara satu hal dengan hal lainnya dan saling tergantung sehingga mendapatkan suatu hasil. Sehingga syarat hal disebut pengetahuan adalah dimana hal tersebut memiliki objek seperti apa, siapa, bagaimana, dan kenapa seorang individu dapat mengumpulkan keterangan yang kemudian saling dihubungkan dalam rangka mendapatkan suatu hasil untuk memecahkan permasalahan di pemikirannya.

10 3. Jenis Pengetahuan Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis (Suriasumantri, 1998) diantara nya : a) Pengetahuan langsung (immediate) Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. b) Pengetahuan tak langsung (mediated); Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. c) Pengetahuan indrawi (perceptual); Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. d) Pengetahuan konseptual (conceptual); Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.

11 e) Pengetahuan partikular (particular); Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objekobjek tertentu, atau realitas-realitas khusus. f) Pengetahuan universal (universal). Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dll), ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya). B. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap menurut Notoatmodjo (2007) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Dalam definisi lain, Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa.

12 Dari definisi-definisi diatas maka tentu sikap dapat diartikan sebagai respon reaksi yang merupakan hasil evaluatif terhadap suatu stimulus dan belum dapat terlihat yang dapat bersifat menyenagkan ataupun tidak. 2. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmojo, 2007) : a) Menerima ( receiving), menerima diartikan bahwa orang (sub jek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon ( responding), Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. c) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

13 d) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Sunaryo (2004), dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap adalah faktor internal dan eksternal. a. Faktor internal adalah berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor internal terdiri dari faktor motif, faktor psikologis, dan faktor fisiologis. b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor eksternal terdiri dari faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan, dan pendorong.

14 C. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003). Perilaku juga dapat diartikan dalam dua arti, pertama perilaku adalah segala sesuatu yang dialami sesorang. Sedangkan pengertian perilaku yang kedua adalah segala sesuatu yang mencakup reaksi dan dapat diamati (Chaplin, 1997) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 2. Konsep Perilaku a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dan mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik), dalam hal ini sikap subjek terhadap stimulus atau objek tertentu sudah mulai muncul. c. Evaluation (menimbang-nimbang), dalam hal ini subjek menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

15 d. Trial, dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus. Dalam tahap ini sebelumnya subjek mencari dukungan dari orang lain disekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya atas penerimaan atau penolakan terhadap ide atau objek baru yang bersangkutan. e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku, baru sesuai dengan pengetahuan kesadarannya dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Sunaryo (2004) dalam berperilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a. Faktor genetik atau endogen, merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu, antara lain : 1) Jenis ras, setiap ras mempunyai pengaruh terhadap perilaku yang spesifik, saling berbeda satu sama yang lainnya. 2) Jenis kelamin, perilaku pria atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan pada wanita atas dasar emosional. 3) Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda-beda sesuai dengan sifat fisiknya. 4) Sifat kepribadian, merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki sebagai perpaduan dari faktor genetik dengan lingkungan.

16 5) Bakat pembawaan, merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan serta tergantung adanya kesempatan untuk pengembangan. 6) Intelegensi, merupakan kemampuan untuk berpikir dalam mempengaruhi perilaku. b. Faktor dari luar individu atau faktor eksogen, faktor ini juga berpengaruh dalam terbentuknya perilaku individu antara lain : 1) Faktor lingkungan, merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. 2) Pendidikan, proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok. 3) Agama, merupakan keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang yang berpengaruh dalam perilaku individu. 4) Sosial ekonomi, salah satu yang berpengaruh terhadap perilaku adalah lingkungan sosial ekonomi yang merupakan sarana untuk terpenuhinya fasilitas. 5) Kebudayaan, hasil dari kebudayaan yaitu kesenian, adat istiadat, atau peradaban manusia mempunyai peranan pada terbentuknya perilaku. 4. Determinan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007), meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun

17 dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama dari beberapa orang, namun respon tiap orang berbedabeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dsb. b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dsb. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. 5. Proses Perubahan Perilaku Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena mena dapat tercapai dan harus benar- benar teruji, ada 6 tingkatan perubahan perilaku menurut Norcross dkk (2011) yaitu : a) Prekontemplasi : Belum ada niat perubahan perilaku.

18 b) Kontemplasi : Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih sehat. Belum siap berkomitmen untuk berubah.. c) Persiapan : Individu mulai berfikir kedepan untuk mengambil langkah kecil dalam mengubah perilaku. d) Tindakan/Aksi : Individu sudah melakukan perilaku sehat. e) Pemeliharaan : Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan f) Penghentian : Tingkat ini memungkinkan individu tidak memiliki kemungkinan sekecil apapun untuk kembali ke perilaku tidak sehatnya dulu. D. Susu 1. Pengertian Susu Susu sangat lazim didengar masyarakat zaman sekarang. Hampir semua lapisan masyarakat mengkonsumsinya setiap hari. Menurut Santoso dan Ranti (1999) dalam Kesehatan dan Gizi susu didefinisikan sebagai cairan berwarna putih yang dikeluarkan dari kelenjar susu. Dari definisi diatas tentu susu berasal dari hewan mamalia yang merupakan hewan yang secara alami menyusui. 2. Bentuk Susu Susu yang tersedia di pasaran juga memiliki bermacam-macam bentuk. Adapun macam bentuk susu menurut Santoso dan Ranti (1999) yaitu :

19 Susu Cair Susu cair merupakan susu yang memiliki bermacam rasa baik itu manis, tawar, segar, asam (oleh karena Lactobasilus sp), yogurt, dan skim (susu yang memiliki kadar lemak yang rendah ). Susu Bubuk Sesuai dengan namanya, susu tersebut berbentuk serbukan dapat berupa serbuk skim / biasa yang diproses dengan cara dikeringkan. Proses ini cenderung mengurangi kandungan vitamin A dan B kompleks sehingga perlu penambahan pada proses produksinya. Susu Kental Manis Susu kental manis merupakan bentuk lain susu yang diproses dengan cara diuapkan sebagian cariannya kemudian ditambahkan gula sehingga terasa manis dan kental. Oleh karena penambahan gula tersebut maka terdapat peningkatan kalori sehingga kurang baik bila dikonsumsi oleh bayi. Dari ketiga bentuk tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam mengenali bentuk-bentuk sederhana serta kelebihan dan kekurangan dalam setiap bentuk produk susu yang akan dikonsumsi.. 3. Manfaat Susu Karena memiliki kandungan nutrisi tersebut, maka susu memiliki manfaat yang tidak sedikit, diantaranya:

20 Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anakanak, susu berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi. Menurunkan tekanan darah. Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi berlubang. Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan. Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus. Mencegah diabetes tipe 2. Mempercantik kulit, membuatnya lebih bersinar. Membantu agar lebih cepat tidur. Hal ini karena kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk. Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan sehari adalah 500-600 mg. Dalam segelas susu lebih kurang terkandung kalsium 300 mg, sehingga kebutuhan minimal susu per hari lebih kurang 2 gelas perhari. Dalam susu juga mengandung laktosa yang membantu efisiensi penyerapan kalsium (Astawan, 2012) 4. Kandungan Susu Susu sangat banyak jenisnya, setiap jenis susu memiliki kandungan yang berbeda-beda berikut daftar kandungan rata-rata beberapa jenis susu (Buckle, 1987) :

21 Tabel 1. Kandungan rata-rata beberapa jenis susu Jenis Susu Lemak Protein Laktosa Abu (%) Air (%) (%) (%) (%) Kambing 4,09 3,71 4 0,79 87,81 Ikan paus 22,24 11,9 1,79 1,66 63 Kelinci 13,60 12,95 2,4 2,55 68,5 Kerbau 7,4 4,74 4,64 0,78 82,44 Kuda 1,59 2 6,14 0,41 89,86 Domba 8,28 5,44 4,78 0,9 80,60 Anjing laut 54 12-0,53 34 Sapi 3,9 3,4 4,8 0,72 87,1 Mamalia 3,8 1,2 7 0,21 87,6