BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

Periode Agustus-Desember 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini disiplin ilmu yang dipakai adalah ilmu Farmakologi,

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci: Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi, antibiotik, rasionalitas, luaran klinik, metode Gyssens ABSTRACT

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional deskriptif. Pengumpulan data resep obat off-label

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan KARS dalam mengatasi Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Dr Henry Boyke Sitompul,SpB Komisi Akreditasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI INTENSIVE CARE UNIT RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI DESEMBER 2009

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup tinggi meskipun terapi pengobatan dan pencegahan terhadap kejadian infeksi semakin berkembang. Antibiotik sebagai terapi infeksi merupakan salah satu obat yang hingga saat ini paling banyak diresepkan dan diperkiraan sepertiga pasien rawat inap mendapat antibiotik dengan biaya mencapai 50% dari anggaran untuk obat di rumah sakit (Juwono dan Prayitno, 2003). Penelitian di beberapa negara menunjukkan penggunaan antibiotik semakin meningkat namun masih banyak dijumpai penggunaan yang belum rasional (Tünger et al., 2009). Distribusi antibiotik yang cukup bebas dan frekuensi penyakit infeksi spesifik yang cukup tinggi terutama di negara negara berkembang menjadi salah satu penyebabnya (Tünger et al., 2000). Beberapa penyebab lain peresepan antibiotik yang tidak rasional adalah : penegakan diagnosis yang belum jelas, penyebab penyakit yang cukup kompleks, informasi dan pengetahuan yang kurang terutama terkait epidemiologi lokal mengenai resistensi antibiotik atau interpretasi yang kurang tepat dari hasil pemerikasaan mikrobiologi (Cusini et al., 2010). Laporan penggunaan obat di dunia yang dilakukan oleh WHO memperkirakan bahwa penjualan antibiotik secara bebas tanpa peresepan mencapai dua-pertiga dari keseluruhan penggunaan. Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan

2 lebih dari 70% pasein memperoleh antibiotik yang sebagian besar berupa sediaan parenteral dan sebenarnya tidak dibutuhkan (Holloway et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh tim AMRIN-study (Antimicrobial Resistance in Indonesia : Prevalence and Prevention) tahun 2002 didapatkan hasil pemberian antibiotik tanpa indikasi mencapai 55 80% di RS Dr. Soetomo Surabaya dan sebesar 20-53 % di RS Dr. Kariadi Semarang (Kuntaman dan Paraton, 2011). Beberapa penelitian mengenai penggunaan antibiotik yang dilakukan di Indonesia terhadap pasien infeksi ringan saluran nafas atas mencapai 75 86% kasus dan sebanyak 94% kasus pada pasien diare. Faktor faktor yang menjadi penyebab antara lain kurangnya pengetahuan terhadap antibiotik dan penggunaannya, motivasi ekonomi, lemahnya regulasi peresepan dan pemasaran antibiotik yang pesat di Indonesia (Hadi, 2009). Hal ini dapat berpengaruh terhadap munculnya permasalahan terkait penggunaan antibiotik seperti berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri resisten, terjadinya toksisitas/efek samping obat yang potensial berbahaya bagi pasien dan perawatan penderita menjadi lebih lama. Selain itu, biaya pengobatan juga akan bertambah mahal sehingga dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan akibat kegagalan pengobatan (Raveh et al., 2006 ;Cusini et al., 2010; Costelloe et al., 2010). Hasil observasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito diperoleh data dari rekam medis bulan Januari sampai awal November tahun 2011 bahwa infeksi merupakan penyakit yang menduduki urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di Rumah Sakit dengan jumlah pasien paling banyak terdiagnosis

3 sepsis yang mencapai 657 pasien dan 311 pasien diantaranya dirawat di instalasi penyakit dalam dengan rata-rata lama rawat inap 10 hari. Penyakit infeksi yang lain sebagian besar disebabkan karena nosokomial, antara lain : pneumonia (400 pasien), infeki saluran kemih (308 pasien), decubitus (29 pasien), phlebitis dan thromboplebitis (46 pasien). Kejadian infeksi juga menjadi penyebab mortalitas utama di rumah sakit. Sebanyak 994 kejadian mortalitas, 33% diantaranya disebabkan karena sepsis dan pneumonia. Penelitian yang pernah dilakukan di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito oleh Pradipta (2008) menunjukkan bahwa dari 26 subyek penelitian diperoleh ketidaktepatan pemberian antibiotik sebesar 28,6 % dan ketidaktepatan dosis antibiotik sebesar 6,7 %. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jatmiko (2011) dari 35 orang responden (dokter) dengan klasifikasi ABUSE diketahui bahwa dokter yang meresepkan antibiotik secara benar hanya mencapai 37%. Penelitian mengenai rasionalitas penggunaan obat di Indonesia sudah dilakukan akan tetapi data yang dilaporkan masih sedikit. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai audit peresepan antibiotik di bangsal rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito dengan melibatkan tiga reviewer yang terdiri dari 2 orang dokter senior spesialis penyakit dalam dan seorang farmasis untuk menilai rasionalitas peresepan antibiotik sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan peresepan yang benar agar tercapai clinical outcome sesuai harapan.

4 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah terkait penelitian mengenai audit peresepan antibiotik pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pola penggunaan antibiotik empiris pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito? 2. Bagaimanakah audit peresepan antibiotik secara kualitatif pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kriteria Gyssens? 3. Bagaimanakah audit peresepan antibiotik secara kuantitatif pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito apabila dihitung berdasarkan Defined Daily Dose (DDD) dan Prescribed Daily Doses (PDD)? 4. Bagaimanakah reliabilitas penilaian rasionalitas peresepan antibiotik secara kualitatif yang dilakukan antar reviewer apabila dianalisis dengan Cohen kappa? C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai : 1. Pola penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito. 2. Penggunaan antibiotik apabila dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pembuatan pedoman penggunaan antibiotik (antibiotics guideline) di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito.

5 D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian adalah untuk meningkatkan peran farmasis dalam penggunaan antibiotik secara rasional sehingga tercapai outcome klinik secara optimal sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pola penggunaan antibiotik empiris pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito. 2. Rasionalitas antibiotik secara kualitatif berdasarkan kriteria Gyssens. 3. Rasionalitas antibiotik secara kuantitatif berdasarkan Defined Daily Dose (DDD) dan Prescribed Daily Doses (PDD). 4. Mengetahui reliabilitas penilaian rasionalitas peresepan antibiotik yang dilakukan antar reviewer apabila dianalisis dengan Cohen kappa. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik yang akan dilakukan mencakup analisis baik secara kualitatif dengan kriteria Gyssens maupun secara kuantitatif dengan menghitung Defined Daily Dose (DDD) dan Prescribed Daily Doses (PDD) belum pernah dilakukan di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Sardjito. Penelitian pendahuluan tentang penggunaan antibiotik yang pernah dilakukan adalah : 1. Comparison of Defined versus Recommended versus Prescribed Daily Doses for Measuring Hospital Antibiotic Consumption at German university hospital yang dilakukan oleh K.De With, H.Bestehorn dan W.V. Kern (2009) menunjukkan

6 Dari 1.754 PDDs diketahui sebanyak 625 dosis sesuai DDD dan 1024 dosis sesuai RDD.Pemberian antibiotik beta laktam dan makrolida memiliki perbedaan nilai DDD dan pemberian aminoglikosida memiliki perbedaan nilai RDD. Apabila dibandingkan dengan PDD, penggunaan DDD sebagai pengukuran penggunaan antibiotik menunjukkan peningkatan sebesar 32% dan penurunan sebesar 9 % dengan RDD. 2. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Kriteria Gyssens Pasien Rawat Inap Kelas III di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.Kariadi (tahun 2008) oleh Tri Ika Kusuma Ningrum dengan metode penelitian cross sectional dan pengambilan sampel secara consecutive random sampling sebanyak 43 catatan medik diperoleh hasil analisis rasionalitas antibiotik menurut kriteria gyssens adalah 51,90% termasuk kategori I (rasional), 2,29% kategori IIA (tidak rasional karena dosis tidak tepat), 4,58% termasuk kategori IIIA (tidak rasional karena lama pemberian terlalu lama), 5,34% termasuk kategori IIIB (tidak rasional karena lama pemberian terlalu singkat), 35,87% termasuk kategori V (tidak rasional karena pemberian antibiotik tanpa indikasi). 3. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Sepsis di Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr.Sardjito Periode September November (tahun 2008) oleh Ivan Surya Pradipta. Penelitian dilakukan secara observasional selama periode September hingga November 2008 di bangsal rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito,Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Didapatkan 23 subyek penelitian (88,4%) mengalami DRPs dan 3 subyek

7 penelitian (11,5%) tidak mengalami DRPs, dengan jumlah kejadian DRPs yang ditemukan, antara lain kebutuhan antibiotik 35 episode (38,4%), ketidaktepatan antibiotik 26 episode (28,6%), ketidaktepatan dosis 6 episode (6,7%), interaksi antibiotik 24 episode (26,4%). 4. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Untuk Terapi Infeksi Pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr.Sardjito (tahun 2011) oleh Puspita Fatwaningtyas Jatmiko. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional menggunakan desain cross-sectional, pengambilan data dilakukan secara prospektif dengan pengisian kuisioner oleh dokter residen di rawat inap Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta dan pencatatan data rekam medis selama periode Januari 2011 dan pengolahan data dilakukan secara deskriptif. Antibiotik yang digunakan dalam penelitian ini digunakan pada 54 pasien dengan 19 jenis kasus infeksi dengan 150 episode infeksi. Penggunaan antibiotik yang tepat indikasi adalah sebesar 85,3% episode infeksi. Terdapat 8,7% dosis antibiotik belum disesuaikan pada pasien dengan fungsi ginjal yang menurun. Hasil dari terapi antibiotik didapatkan 56,7% memberikan respon yang baik. Responden dokter yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 35 orang. Responden (dokter) dalam penelitian ini sesuai dengan klasifikasi ABUSE, sebesar 37,1% sudah baik dalam memberikan terapi antibiotik kepada pasien dengan menempati klasifikasi Brick yang berarti dokter tersebut solid dan teguh pendirian terhadap terapi yang diberikan pada pasien.