I. PENDAHULUAN. Indonesia berorientasi pada konglomerasi dan bersifat sentralistik. Dalam situasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5%

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

EVALUASI IMPLEMENTASI PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KPH RANDUBLATUNG BLORA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO) NOMOR: 001/KPTS/DIR/2002 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO)

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan yang digariskan dalam PJP II mengarahkan agar pariwisata mampu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAMPAK EKONOMI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Posisi geografis Indonesia yang terletak di antara benua Asia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 682/KPTS/DIR/2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA) Pertanyaan untuk Perum Perhutani KPH Kedu Utara di RPH Temanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ringkasan Penemuan dan Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

1 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 348/Kpts/TP.240/6/2003 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA HORTIKULTURA MENTERI PERTANIAN,

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Mendorong Pengelolaan Hutan Lindung oleh Pemerintah Daerah di Jawa Timur

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara akan menimbulkan konflik jika terjadi akuisisi atau diakui oleh

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

KEPUTUSAN DEWAN PENGAWAS PERUM PERHUTANI (Selaku Pengurus Perusahaan) NOMOR : 136/KPTS/DIR/2001 PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. pembangunan kehutanan di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang. bahwa pembangunan kehutanan harus menitikberatkan pada upaya

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun terakhir pengelolaan hutan di Indonesia berorientasi pada konglomerasi dan bersifat sentralistik. Dalam situasi politik yang masih tidak menentu, konflik sosial terus bergulir yang mengakibatkan tidak adanya jaminan kepastian berusaha baik bagi pengusaha bidang kehutanan maupun bagi masyarakat. Sementara itu pelaksanaan desentralisasi yang terlihat masih setengah hati dilakukan, dimana pelimpahanan wewenang kepada daerah masih belum sepenuhnya diberikan, nampak telah menambah kompleksnya masalah di lapangan. Selain itu sejalan dengan perubahan kondisi sosial politik di tanah air dan dengan adanya semangat otonomi daerah, tuntutan pengelolaan hutan berbasis masyarakat terus mengemuka, meskipun konsepnya masih debatable. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat terus bergulir sebagai salah satu alternatif sistem pengelolaan hutan yang dapat meminimalkan konflik yang terjadi dan diharapkan dapat lebih menjamin kelestarian hutan. Sampai saat ini keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan dipandang masih sangat kurang. Masyarakat merasa tidak mempunyai akses dalam pemanfaatan hutan, sehingga masyarakat tidak dapat secara langsung menikmati hasil pengelolaan hutan. Selain itu kenyataan lain yang terjadi adalah distribusi manfaat pengelolaan hutan yang dilakukan oleh swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama ini tidak berjalan secara lancar dan adil. Fenomena ini telah mengakibatkan maraknya konflik sosial yang terjadi hampir di seluruh tanah

air, baik di areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH)/Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) di luar pulau Jawa maupun di pulau Jawa yang meni~npa Perum Perhutani. Perum Perhutani sebagai salah satu agen pe~nbangunan kehutanan mencoba mernpelopori pengusahaan hutan yang berbasiskan masyarakat hutan, program Perum Perhutani ini dikenal dengan nama PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Perhutani saat didirikan berbentuk Perusahaan Umu~n (PERUM) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 tahun 1972 yang dirubah dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 1986 dan PP No. 53 Tahun 1999 sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2001 sempat terjadi perubahan bentuk dari Perusahaan Uinum (PERUM) menjadi Perseroan, akan tetapi sesuai dengan PP No. 30 Tahun 2003 berubah kembali menjadi Perum Perhutani. Perhutani sebagai le~nbaga memiliki fungsi untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah Jawa. Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Sedanglcan maksud dan tujuan Perum Perhutani adalah menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang berupa barang dan jasa yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak serta untuk turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya.

Perhutani mempunyai misi untuk menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan, yang menghasilkan barang dan jasa yang berinutu dan memadai bagi perekonomian nasional maupun pembangunan pada umumnya. Ini berarti bahwa segala gerak dan langkah Perhutani harus diarahkan pada tujuan untuk memupuk keuntungan dan tidak mengabaikan kepentingan hajat orang banyak. Barang yang dihasilkan adalah hasil hutan, baik barang yang berupa kayu maupun barang yang berupa non-kayu. Jasa adalah segala upaya Perhutani yang langsung maupun tidak langsung dapat dinikmati oleh masyarakat, antara lain fungsi hidroorologi hutan lindung, fungsi estetika dan higiene dari wana wisata serta fungsi ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha (Perhutani, 1990). Menurut Perhutani (1994), sumber daya hutan yang luasnya & 2,5 juta hektar, berupa hutan lindung dan hutan produksi merupakan aset utama perusahaan. Wilayah kerja ini terdapat di Propinsi Jawa Tengah (Unit I), Jawa Timur (Unit II), dan Jawa Barat (Unit 111). Pelaksanaan Program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) sebagai salah satu kegiatan dalam pengelolaan hutan adalah salah satu contoh penanganan aspek sosial oleh pengusaha hutan. Dengan adanya pengelolaan hutan, Perum Perhutani telah membangun infrastruktur berupa jalan sehingga secara tidak langsung aspek ekonomi masyarakat sekitar hutan ikut berkembang. Selain itu dalam beberapa segmen kegiatan PHBM Perum Perhutani telah melibatkan masyarakat lokal, seperti misalnya dalam kegiatan persemaian, penanaman, pemeliharaan tegakan dan lain-lain. Pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani juga dilakukan dengan penyerapan

tenaga kerja lokal oleh perusahaan. Kesernpatan berusaha masyarakat sekitar hutan juga terbuka, diantaranya penyediaan bahan bakar, suplai bahan makanan dan beberapa keperluan lainnya. Munculnya paradigma pengelolaan hutan berbasis masyarakat (Community Based Forest ManagementlCBFM) diharapkan dapat berkelanjutan dan mernberikan peluang kepada stakeholders untuk memperoleh akses dalam pemanfaatan hutan serta dapat secara langsung menikmati manfaat hutan bagi kehidupan mereka. Namun demikian, sampai saat ini masih terjadi perbedaan persepsi tentang konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) itu sendiri disebabkan kurangnya kornunikasi dan evaluasi. Perbedaan persepsi tentang PHBM sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, karena yang harus menjadi pusat perhatian saat ini adalah bagaimana meminimalkan konflik yang terjadi sehingga pengelolaan hutan dapat berjalan dalarn keadaan normal dan berkelanjutan. Menurut APHI (2001), berdasarkan pengalnatan dan analisa antropolog Dr. Iwan Tjitradjaja, terjadinya konflik yang sangat kornpleks yang belum terselesaikan sampai saat ini adalah karena kurangnya atau bahkan dapat dikatakan tidak adanya komunikasi yang berempati pada masyarakat. Sernentara itu dalam beberapa komunikasi yang terjadi masingmasing slakeholder masih memikirkan kepentingannya sendiri. Dalam ha1 penyelesaian konflik, ada kecenderungan pengusaha terjebak dalarn sikap tawar menawar dengan daftar tuntutan dari masyarakat. Dengan situasi seperti ini akan sulit tercapai kondisi dimana masing-masing pihak menyadari bahwa hutan adalah sumberdaya milik bersama, sehingga semua pihak dapat merasakan manfaat pengelolaan hutan.

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) memiliki fungsi sebagai wahana bagi masyarakat atau stakeholders dalam berkiprah menjalankan masingmasing tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab dengan menggunakan hutan sebagai sumberdaya. Dengan demikian tujuan PHBM ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan. Sejak digulirkannya PHBM melalui SK No. 1061/Kpts/Dir/2000, tanggal 21 November 2000 dan diperbarui dengan SK No. 136/Kpts/Dir/2001, tanggal 29 Maret 2001, belum ada evaluasi terhadap implementasi Surat Keputusan tersebut. Salah satu dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang telah lnengirnplelnentasikannya adalah KPH Kuningan. Namun demikian sampai saat ini belurn ada evaluasi terhadap implementasi dari program tersebut. Melihat ha1 tersebut di atas, kolnunikasi yang berempati dengan stakeholders dan Penilaian atas Program PHBM Perum Perhutani ini mutlak diperlukan. Penilitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan merumuskan atau merekomendasikan strategi baru dalam pengembangan program PHBM Perum Perhutani dalam rangka merespon perkembangan paradigma baru pengelolaan hutan. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan dipandang masih sangat kurang dan merasa tidak mempunyai akses dalam pemanfaatan hutan, sehingga masyarakat tidak dapat secara langsung menikmati hasil pengelolaan hutan.

2. Perbedaan persepsi tentang konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) disebabkan kurangnya komunikasi dan evaluasi. 3. Dalam ha1 penyelesaian konflik, ada kecenderungan Perum Perhutani terjebak dalam sikap tawar menawar dengan daftar tuntutan dari masyarakat. 4. Program PHBM Peru~n Perhutani belum dapat memuaskan stakekolders dan belu~n berjalan secara sempurna. 5. Belum ditentukan ko~noditi unggulan yang cocok untuk dikembangkan pada Progranl PHBM Perurn Perhutani. 6. Penilaian atau evaluasi terhadap Kemajuan Fisik dan keberhasilan Program PHBM belum pernah dilakukan. 7. Kurangnya promosi terhadap Program PHBM Perum Perhutani, sehingga masih sedikit leinbaga donor atau investor membantu atau menanamkan modalnya. 1.3. Perurnusan Masalali 1. Sejauhmana kepuasan stakeholders atas Program PHBM Perum Perhutani yang telah berjalan lebih dari tiga tahun. 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kepuasaan stakeholders atas Program PHBM Perum Perhutani. 3. Bagaimana kemajuan pelaksanaan program PHBM Perum Perhutani dimata stakeholders. 4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan PHBM Peru~n Perhutani berdasarkan respon stakeholders.

1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat kepuasan stakeholders atas Program PHBM Perum Perhutani. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubupgan dengan kepuasan... stakeholders terhadap Program PHBM Perum Perhutani. 3. Menilai dan mengevaluasi hasil untuk melihat kemajuan pelaksanaan Program PHBM yang dikembangkan Perurn Perhutani. 4. Merumuskan alternatif strategi pengembangan program PHBM Perum Perhutani. 1.5. Manfaat Peuelitian 1. Bagi PemerintahIPerum Perhutani a. Sebagai bahan pertirnbangan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut penetapan besarnya target volume kegiatan dan penyaluran dana untuk kerjasama kemitraan Program PHBM pada tahun berikulnya. b. Untuk mengetahui hasil kemajuan pelaksanaan program PHBM Perum Perhutani. c. Memperbaiki pola kerjasama program PHBM Perum Perhutani yang dapat diterima oleh stakeholders. d. Pembinaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan Program PHBM Perum Perhutani. e. Merumuskan strategi baru dalam pengembangan Program PHBM Perum Perhutani.

2. Bagi MasyarakatIPeserta PHBM a. Memberikan informasi dan gambaran tentang kegiatan Program PHBM Perum Perhutani. b. Memberikan komunikasi dan promosi tentang PHBM yang dikembangkan Perhutani kepada Stakeholders, terutama dengan masyarakat sekitar hutan dan lembaga-lembaga donor, sehingga diharapkan program ini mendapatkan dukungan secara luas. c. Meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya hutan. 3. Bagi Mahasiswa a. Memperoleh pengetahuan tentang pengembangan dan pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat. b, Mendapatkan pengalaman praktis proses pengelolaan hutan bersama masyarakat. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Pembelajaran tentang pengelolaan dan pengembangan hutan bersama masyarakat. b. Masukan awal tentang penilaian stakeholders terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. c. Masukan awal untuk penilitian lanjutan. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada aspek penilaian tingkat kepuasan stakeholders, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dala~n pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) atas seluruh kegiatan, pekerjaan dan pola kerjasama yang

telah dilaksanakan di KPH Kuningan dalam rangka program PHBM Perum Perhutani sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang telah dikeluarkan serta menentukan strategi pengembangan program PHBM selanjutnya. Stakeholders yang dimaksud, yaitu Perum Perhutani sebagai pihak yang mengelola hutan, Pemerintah Daerah sebagai Kepala Wilayah atas penguasaan wilayah yang ada, Instansi Pemerintah terkait dan masyarakat desa setempat sebagai subyek dan obyek, LSM sebagai pihak yang mendampingi kelompok tani hutan dan melakukan sosialisasi program, BUMN lain sebagai mitra di bidang pemrosesan hasil dan pemasaran, Perguruan Tinggi sebagai pihak untuk pendidikan dan pelatihan dan lembaga-lembaga donor sebagai pihak yang menopang sarana dan prasarana keberlanjutan program PHBM.