BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan,

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah bertujuan dalam peningkatan jumlah


BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

1.1 Latar Belakang Masalah

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya kesatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara pembangunan nasional dan pembangunan daerah dikembangkan atas dasar keutuhan negara kesatuan. Sebagai negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi Pemerintah Daerah dalam mengatur daerahnya sendiri, termasuk dalam kegiatan perekonomian. Pesan yang mendasar dari UU No. 22 tahun 1999 adalah mendorong proses pemberdayaan (peningkatan ekonomi), menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas serta meningkatkan peran serta masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah dalam era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Tantangan tersebut menuntut adanya pemahaman yang lengkap terhadap seluruh tantangan dan masalah. Peran pemerintah daerah sangat menentukan kebijakan pembangunan ekonominya. Kesiapan dalam perencanaan dan pengelolaan di dalam menggalang berbagai pelaku, serta keseriusan dan komitmen terhadap pelaksanaan pembangunannya. Pemerintah daerah dalam upaya memantapkan otonomi daerah dan persiapan menghadapi tantangan ke depan serta mengupayakan pengelolaan pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien, dengan memanfaatkan potensi daerah dan daya dukung yang dimiliki.

Pembangunan ekonomi daerah yang diharapkan oleh UU No. 32 tahun 2004 adalah pembangunan ekonomi yang dicapai dengan cara memanfaatkan potensi daerah secara optimal dengan kebijakan dan kewenangan (authority) yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Kesiapan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tidak terlepas dari potensi dan daya dukung daerah berupa Sumber Daya Alam (SDA), sarana dan prasarana, modal yang tersedia, serta kemampuan sumber daya manusia dan kewenangan Pemerintah Daerah yang digunakan dengan seoptimal mungkin. Kemampuan Pemerintah Daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan diwilayahnya semakin penting dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) di daerah tersebut (Arsyad, 1999 : 298). Kewenangan daerah semakin luas dalam menentukan pembangunan ekonominya setelah Undang-Undang tentang Otonomi Daerah tahun 2001 diberlakukan. Pembangunan nasional dilaksanakan secara berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu sektor penting dalam pembangunan adalah pembangunan ekonomi sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, holtikultura, dan pertanian tanaman perkebunan). Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dalam peninjauan dan kesediaan bahan pangan bagi

masyarakat akan memacu perkembangan sektor lain yaitu sektor industri dan jasa serta dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian nasional Pemerintah Daerah tingkat I Sumatera Barat ikut membina dan mengarahkan pembangunan sektor pertanian yang ada di daerah ini. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Sumatera Barat karena didukung oleh ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang banyak. Pembangunan ekonomi akan berjalan lebih efektif dan efisien jika disertai dengan suatu rencana yang baik (Adrimas, 2000). Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang baik dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan memanfaatkan kewenangan (authority) yang dimiliki untuk menentukan berbagai macam kebijakan pembangunan ekonomi daerah. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya yang resmi melakukan pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada tanggal 7 Januari 2004, menjadi sebuah kabupaten yang membangun ekonomi masyarakatnya melalui pengembangan sektor pertanian. Dengan adanya otonomi daerah dan pemberian hak otonom kepada daerah untuk mengelola dan mengatur daerahnya sendiri, Kabupaten Dharmasraya ingin membuktikan bahwa kabupaten ini mampu membangun ekonomi daerahnya dengan memanfaatkan kewenangan (authority) yang dimiliki untuk menentukan berbagai macam kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat. Perkembangan sektor pertanian yang merupakan sektor basis ekonomi di Kabupaten Dharmasraya di dukung oleh potensi daerahnya yang cukup bagus dan tidak terlepas dari struktur ekonomi agraris dan masyarakatnya. Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten yang terdiri dari empat kecamatan dimana memiliki potensi dan daya dukung pertanian yang berbedabeda.

Daya dukung daerah merupakan salah satu acuan perencanaan pembangunan ekonomi Dharmasraya untuk tujuan peningkatan PDRB. Potensi dan daya dukung berupa sumber daya alam yaitu lahan pertanian beserta sarana dan prasarana irigasi yang dimiliki serta didukung oleh jumlah penduduk yang tersebar hampir merata. Dharmasraya sebagai daerah tujuan transmigrasi memiliki 73,84 % penduduk yang bekerja pada sektor pertanian. (Data BPS Sumbar) Daya dukung daerah dalam pengembangan sektor pertanian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh kebijakan otonomi daerah dalam menentukan perencanaan pembangunan ekonomi daerahnya. Pengembangan sektor pertanian di Dharmasraya dilakukan dengan dua kategori yaitu sub sektor pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Kebijakan pemerintah daerah Dharmasraya dalam mengembangkan sektor pertanian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama periode 2004-2007 telah menunjukkan peningkatan pada setiap tahunnya. Dengan kebijakan otonomi daerah yang dimiliki, Kabupaten Dharmasraya harus mampu merencanakan pembangunan ekonomi daerahnya dengan memanfaatkan potensi dan daya dukung disertai dengan perencanaan pembangunan yang juga mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman/tantangan yang dimiliki oleh Dharmasraya. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dijadikan sebagai indikasi yang dipakai untuk mengukur pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan ekonomi. Masing-masing sub sektor pertanian memberikan

kontribusi dalam PDRB dengan jumlah yang berbeda-beda. Sub sektor pertanian tanaman pangan yang memiliki daya dukung besar, namun sumbangannya dalam PDRB masih menunjukkan angka yang kecil. Strategi pembangunan andalan dan penuh perhitungan dalam memanfaatkan potensi dan daya dukung daerah dalam mencari sumber keuangan daerah akan menjadikan peluang untuk sukses. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti dan berusaha mengajukan solusi bagi pengembangan sektor pertanian dengan memanfaatkan daya dukung yang dimiliki daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengembangkan sektor pertanian, faktor yang harus tetap dipertimbangkan adalah aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman/tantangan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Hal ini juga kan mempengaruhi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan pengembangan ekonomi daerah melalui strategi pembangunan yang berbeda-beda dengan menggunakan kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah. Penulis tertarik menuangkan hasil penelitian ini dalam sebuah skripsi dengan judul Pengaruh daya dukung lahan dan pertumbuhan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Dharmasraya 1.2. Perumusan Masalah Daya dukung pertanian yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan di Kabupaten Dharmasraya sangat mempengaruhi sumbangan sektor tersebut dalam PDRB dan pertumbuhan ekonomi Dharmasraya. Diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah akan mendukung daerah dalam melakukan kebijakan pembangunan ekonomi di daerah. Dari semangat dan prinsip

otonomi daerah dibwah UU No. 22 tahun 1999 dapat dilihat bahwa adanya keinginan untuk mewujudkan kemandirian daerah dan peningkatan kapasitas daerah menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan ekonomi berbasis daya dukung daerah akan dapat diperlihatkan dalam peningkatan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), terutama peningkatan dari masing-masing sektor. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2006 relatif lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2005, dimana pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dharmasraya hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,46 persen. Secara nominal, nilai PDRB Kabupaten Dharmasraya menurut harga berlaku tahun 2006 tercatat sebesar 1,51 triliun rupiah, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 17,28 persen dibandingkan dengan nilai PDRB Kabupaten Dharmasraya tahun 2005. Sedangkan secara riil perekonomian Kabupaten Dharmasraya yang ditunjukkan oleh nilai PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 mencapai 899,31 milyar rupiah tahun 2006 yang berarti mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 6,27 persen, dimana pada tahun 2005 nilai PDRB mencapai 802,39 milyar rupiah. (http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_dharmasraya) Adapun dalam penelitian ini yang dibahas adalah : a) Berapa besar pengaruh pengembangan sektor pertanian PDRB dan pertumbuhan ekonomi Dharmasraya. b) Berapa besar pengaruh daya dukung daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

c) Bagaimana pemerintah daerah Dharmasraya melakukan strategi kebijakan pengembangan sektor basis ekonomi terutama pertanian dalam meningkatkan PDRB. 1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah : a) Untuk melihat perkembangan pembangunan selama periode otonomi daerah setelah pemekaran wilayah dengan melihat pertumbuhan dan peran sektor pertanian di Kabupaten Dharmasraya. b) Untuk melihat pengaruh daya dukung lahan dan pertumbuhan sector pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Dharmasraya c) Untuk mengetahui kebijakan pembangunan strategis yang dilakukan oleh Kabupaten Dharmasraya dalam mengembangkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi dan daya dukung sektor pertanian yang dimiliki. 1.4. Hipotesa Dalam penulisan ini terdapat hipotesa diantaranya : a) Diduga pertumbuhan sektor pertanian berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dharmasraya b) Diduga daya dukung lahan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dharmasraya

1.5. Ruang Lingkup Penulisan Dalam pembahasan tentang pertumbuhan ekonomi Dharmasraya dengan melihat pembangunan sektor pertanian yang dikembangkan dengan memanfaatkan potensi dan daya dukung yang dimiliki oleh Kabupaten Dharmasraya. Pengembangan sektor pertanian Dharmasraya erat kaitannya dengan ketersediaan potensi dan daya dukung dalam jangka panjang yang dimilikinya. Penulis membatasi ruang lingkup objek penelitian untuk menghindari penyimpangan penulisan. Analisa akan difokuskan pada daya dukung dan pertumbuhan sector pertanian yang dipergunakan oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya dalam mengembangkan sektor pertanian. Dalam menganalisa potensi dan daya dukung daerah, penulis juga mempertimbangkan aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman/tantangan (SWOT) yang dimiliki oleh Kabupaten Dharmasraya. 1.6. Sistematika Penulisan Adapun sistematika pembahasan dalam studi ini adalah sebagai berikut : BAB I :Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan. BAB II :Karangka Teori

Bab ini membahas tentang kerangka teori yang digunakan dalam pembahasan, serta penelitian terdahulu yang menjadi tinjaun literatur dalam peninjauan ini. BAB III :Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang metode analisis data dan sumber data yang digunakan BAB IV :Gambaran Umum Perkembangan Perekonomian Kabupaten Dharmasraya. Berisi gambaran umum daerah penelitian dan melihat aspek-aspek pertumbuhan ekonomi serta daya dukung daerah tersebut BAB V :Hasil dan Pembahasan Berisi hasil dan pembahasan serta implikasi kebijakan dari penelitian yang di lakukan BAB VI :Penutup Bab ini menguraikan kasimpulan yang dapat diambil terhadap analisa yang telah dilakukan serta saran-saran yang merupakan masukan baik bagi industri maupun pemerintah.