Tiga Komponen Marhaenisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

Komunisme dan Pan-Islamisme

Konflik Politik Karl Marx

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB II DINAMIKA MARHAENISME. memperhatikan latar belakang munculnya teori tersebut, termasuk dalam situasi

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SUKARNO, Marxisme, dan Bahaya Pemfosilan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

Resensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA

PAHLAWAN ADALAH PROBLEM SOLVER!!!

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut telah muncul pada masa sebelum diproklamasikannya kemerdekaan

Strategi Sukarno Melawan Imperialisme

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan

Sosialisme Indonesia

Pemikiran Politik Soetan Sjahrir

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

Warisan Bung Karno Untuk Rakyat Indonesia

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

Tan Malaka Dan Islam

KONSEP NASIONALISME SOEKARNO DALAM PNI Guntur Arie Wibowo* Abstrak

BAB IV ANALISIS. kebimbangan-kebimbangan dan akibatnya akan mudah terpengaruh pada hasutanhasutan

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Refleksi CITA-CITA BUNG KARNO. Prof. Dr.Hamka Haq, MA

BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX. menunjuk pada perubahan sosial yang telah terjadi pada masyarakat

Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. 2001) hal 44. Universitas Indonesia. 1 S.Suroso, Asal Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris (Jakarta : Pustaka Pena,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

Sistem Sistem Ekonomi. Pengantar Ekonomi Julius Nursyamsi

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

Pidato Politik Ketua Umum PRD Menyambut HUT PRD Ke-17

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

Ini Pesan Bung Karno Untuk Mereka Yang Anti-Komunis

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

Mengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan!

1. Oleh: 2. Taat Wulandari 3.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Presiden Seumur Hidup

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

ANGGARAN DASAR GERAKAN KOMUNIS PAPUA MERDEKA.

BAB II DASAR-DASAR AJARAN IDEOLOGI KOMUNISME. Ideologi berasal dari kata idea dan logos, secara harfiah dapat diartikan sebagai

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Soekarno, Marhaen dan PNI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN (MEMBANGUN KESADARAN PENGRAJIN BATU MERAH TERHADAP BELENGGU JURAGAN) A. Melepas Belenggu Monopoli Modal Juragan

Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Sosialis

Peran Tenaga Kerja dalam Konsep Kapitalis, Sosialis dan Pancasila

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

Demokrasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

7 cukup memberikan pengaruh dalam

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946,

SOAL PERGERAKAN NASIONAL IPS KELAS X

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

Ditulis oleh AdminMaI.Com Sabtu, 26 November :43 - Pemutakhiran Terakhir Selasa, 13 Desember :01

Transkripsi:

Tiga Komponen Marhaenisme http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20150630/tiga-komponen-marhaenisme.html?fb_ref=default Selasa, 30 Juni 2015 21:57 WIB 0 Komentar 541 Views Salah satu karya agung Soekarno di lapangan pemikiran adalah Marhaenisme. Ajarannya ini bukan hanya menyuluhi gerakan pembebasan di negerinya, Indonesia, tetapi juga di negara tetangga: Malaya (Malaysia). Pada tahun 1927, Soekarno dan kawan-kawan mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia kelak berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai baru ini menggunakan marhaenisme sebagai azas politiknya. Dengan azas itu, PNI berhasil menggerakkan kaum marhaen, yang meliputi hampir 90 persen rakyat Indonesia kala itu, untuk menggoyang kekuasaan kolonial. Sejak saat itu, Marhaenisme menjadi salah satu ideologi perjuangan rakyat Indonesia. Disamping itu ada sosialisme, komunisme, dan islamisme. Melalui dua corong utamanya, Fikiran Ra jat dan Suluh Indonesia Muda, PNI berhasil menyebarkan faham Marhaenisme-nya ke seluruh penjuru negeri. Bahkan hingga ke Malaya. Pada tahun 1930-an, organisasi nasional Malaya yang baru berdiri, Kesatuan Kaum Muda (KMM), sangat terpengaruh oleh marhaenisme. Malahan, pada tahun 1955, berdiri partai politik bernama Partai Rakyat Malaya (PRM) yang mengadopsi Marhaenisme sebagai azas partai. Di pemilu 1955, hampir 30 persen pemilih Indonesia mengidentifikasi dirinya sebagai Marhaenis. Popularitas Marhaenisme memang tidak terlepas dari andil Soekarno. Melalui medium pidato, Soekarno mendidik rakyat dengan berbagai ajaran politik, termasuk marhaenisme. Ia sangat piawai menjelaskan teori yang rumit menjadi begitu sederhana. Di Konferensi Partindo, di Mataram, tahun 1933, Soekarno menjelaskan esensi marhaenisme sebagai sebuah ajaran politik sekaligus ideologi perjuangan. Menurut dia, marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang di dalam segala halnya menyelamatkan Marhaen. 1

Untuk itu, kata Soekarno, Marhaenisme juga merupakan cara perjuangan dan azas yang menghendaki hilangnya kapitalisme dan imperialisme. Sebab, kedua sistim itu telah menghisap dan menindas rakyat jelata. Ditegaskan juga, untuk mencapai susunan masyarakat itu, kaum Marhaen harus menempuh cara-cara revolusioner. Bagaimana Marhaenisme mencapai tujuannya? Marhaenisme sebetulnya disusun oleh tiga pemikiran Soekarno yang lain, yaitu analisa kelas marhaen, sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi. Tiga komponen inilah yang membentuk ajaran Marhaenisme. /1/ Marhaenisme sebetulnya juga merupakan analisa kelas. Sebagai analisa kelas, Marhaenisme membantu Soekarno menemukan kelas sosial yang bisa dijadikan sebagai agen utama atau lokomotif bagi revolusi, yaitu kaum marhaen. Pijakan analisa kelas Soekarno adalah marxisme. Dalam marxisme, menurut bacaan dia, selalu ada kelas sosial yang memainkan tugas sejarah untuk mengubah relasi produksi agar sejalan dengan tuntutan kemajuan tenaga-tenaga produktif. Di eropa, tugas sejarah itu berada di pundak klas proletar. Tetapi masyarakat Indonesia berbeda. Kendati sudah ada kaum proletarnya, seperti di perusahaan kereta api, perusahaan pegadaian, pertambangan, dan lain-lain, tetapi jumlahnya masih sangat kecil. Sementara yang dominan adalah pemilik produksi kecil-kecilan: pertanian kecil, perdagangan kecil, dan usaha produksi kecil. Kehidupan mereka sangat sengsara dan melarat. Kendati sama-sama melarat, tetapi proletar jelas berbeda dengan marhaen. Proletar adalah terminologi yang digunakan oleh Marx untuk menjelaskan sebuah kelas yang dilahirkan oleh perkembangan kapitalisme di Eropa. Marx menyebutnya kelas pekerja modern. Proletar ini dicirikan oleh: (1) mereka tidak punya alat produksi; (2) untuk bertahan hidup, mereka menjual tenaga kerjanya kepada majikan/kapitalis; dan 3) dari menjual tenaga kerjanya itulah ia mendapatkan upah. Sedangkan Marhaen, kendati kehidupannya melarat seperti proletar, masih punya alat produksi. Marhaen adalah nama petani yang ditemui oleh Soekarno saat melakukan risetnya di daerah Bandung Selatan tahun 1920-an. Soekarno kemudian menjadikan Marhaen sebagai prototipe dari kaum pemilik produksi kecil ini. Kategorinya pun jelas: 1) pemilik produksi kecil; mereka tidak menyewa atau mempekerjakan orang lain (biasanya 2

dikerjakan sendiri bersama anggota keluarga); (2) mereka tidak punya majikan ataupun buruh upahan; dan (3) hasil produksinya hanya untuk kebutuhan sendiri dan keluarganya. Kalau mau disederhanakan, marhaen adalah pemilik produksi kecil-kecilan, yang tidak mempekerjakan orang lain, dan hasil produksinya hanya untuk kebutuhan sendiri. Mereka meliputi petani kecil/gurem, pedagang kecil, dan produsen kecil. Dengan analisa kelas ini, Soekarno menemukan tenaga utama untuk mendorong revolusi Indonesia, yaitu kaum marhaen. Dalam perkembangannya, istilah marhaen ini diperluas cakupannya hingga meliputi seluruh sektor rakyat jelata: unsur kaum miskin proletar Indonesia (buruh), unsur kaum tani melarat Indonesia, dan unsur kaum melarat Indonesia lainnya, Namun demikian, Soekarno tidak menampin peran kepeloporan yang dimainkan oleh proletar. Dia juga percaya bahwa takdir historis penggulingan kapitalisme berada di tangan proletar. Karena itu, dia bilang, Nah, tentara kita adalah benar tentaranya Marhaen, tentaranya kelas Marhaen, tentara yang banyak mengambil tenaganya kaum tani, tetapi barisan pelopor kita adalah barisannya kaum buruh, barisannya kaum proletar. /2/ Pijakan marhaenisme yang kedua adalah Sosio-nasionalisme. Yang umum terjadi, nasionalisme menjadi proyek untuk menyatukan semua komponen bangsa, baik kelas penindas maupun kelas tertindasnya, ke dalam proyek bersama yang abstrak: kejayaan nasional. Tetapi yang diuntungkan dari proyek ini adalah kaum borjuis nasional. Maka sosio-nasionalisme adalah kebalikannya. Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme yang berpihak, yakni kepada massa-rakyat. Sosio-nasionalisme menolak borjuisme (kapitalisme) dan keningratan (feodalisme). Sosio-nasionalisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang di dalamnya tidak ada lagi penindasan dan eksploitasi oleh suatu kelas terhadap kelas tertentu. Atau pendek kata: sosio-nasionalisme adalah nasionalisme yang menghendaki masyarakat tanpa kelas alias masyarakat adil dan makmur. Untuk mencapai itu, sosio-nasionalisme menawarkan beberapa hal. Pertama, sosio-nasionalisme mempromosikan nasionalisme politik (politik nasional yang berdaulat) 3

dan nasionalisme ekonomi (ekonomi nasional yang berdikari). Nasionalisme politik menjamin penyelenggaraan kekuasaan politik negara Republik Indonesia tidak direcoki, apalagi didikte, oleh bangsa atau kekuatan asing. Sementara nasionalisme ekonomi memastikan kedaulatan negara terhadap seluruh kekayaan ekonomi nasional. Kedua, sosio-nasionalisme menempatkan kemerdekan nasional hanya sebagai jembatan emas untuk mencapai cita-cita perjuangan yang lebih tinggi, yakni masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, tujuan akhir perjuangan nasional bangsa Indonesia bukanlah pada terbentuknya negara merdeka saja, melainkan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Ketiga, sosio-nasionalisme mengawinkan antara semangat kebangsaan dan kemanusiaan. Sosio-nasionalisme sejiwa dengan social conscience of man (budi nurani sosial manusia). Dengan begitu, sosio-nasionalisme mencegah nasionalisme Indonesia terjebak dalam nasionalisme sempit atau chauvinis. Selain itu, sosio-nasionalisme menganggap perjuangan untuk emansipasi nasional tidak terpisahkan dengan perjuangan bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk mewujudkan dunia yang adil dan beradab. Dengan tiga hal tadi, saya kira, kontribusi sosio-nasionalisme adalah menyediakan koridor yang aman bagi perjuangan nasional Indonesia menuju cita-cita akhirnya, yaitu masyarakat adil dan makmur. Dengan koridor itu, perjuangan nasional Indonesia tidak berhenti pada pintu gerbang kemerdekaan, tetapi berlanjut hingga masyarakat tanpa penindasan dan penghisapan terbentuk. /3/ Komponen marhaenisme yang ketiga adalah sosio-demokrasi. Sosio-demokrasi adalah antitesa dari demokrasi parlementer yang dihasilkan oleh Revolusi Perancis. Menurut Soekarno, demokrasi parlementer hanya menjamin kebebasan politik, yakni hak untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu. Tetapi kebebasan ekonomi, yang menyangkut akses terhadap sumber-sumber penghidupan, tetap berada di tangan kaum borjuis. Akibatnya, ketika di ruang politik bisa ikut memerintah, bahkan bisa menjatuhkan Menteri dari jabatannya, tetapi di ruang produksi ekonomi mereka tetap saja tertindas dan terhisap. Di dalam parlemen, di lapangan politik rakyat adalah raja, tetapi di lapangan ekonomi tetaplah ia budak, kata Soekarno. 4

Selain itu, kendati dikatakan semua orang setara secara politik, tetapi kenyataannya kaum borjuislah yang berjaya mengusai paling banyak kursi di parlemen. Pasalnya, untuk bertarung di pemilu, orang butuh logistik dan propaganda. Dan kaum borjuis menguasai segala-galanya: uang dan propaganda. Dengan uangnya, kaum borjuis bisa membeli suara rakyat jelata yang terjepit kemiskinan. Di samping itu, di bawah masyarakat kapitalis, kaum borjuislah yang mengusai seluruh sarana propaganda dan produksi mental. Mereka punya surat-surat kabar, mereka punya radio-radio, mereka punya bioscoop-bioscoop, mereka punya sekolah-sekolah, mereka punya gereja-gereja, mereka punya buku-buku, mereka punya partai-partai, semuanya itu biasanya dapatlah menjamin suara terbanyak bagi burjuis di dalam parlemen, kata Soekarno. Sebagai antitesa dari demokrasi parlementer, sosio-demokrasi mengawinkan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Sosio-demokrasi tidak hanya menjadikan kaum marhaen sebagai pemegang kekuasaan politik, tetapi juga menjamin hak seluruh rakyat dalam mengakses alat-alat produksi melalui mekanisme kepemilikan sosial/publik. Sejiwa dengan sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi juga menegaskan keberpihakan, yakni kepada rakyat-marhaen. Secara harfiah sosio-demokrasi berarti demokrasi masyarakat atau demokrasi massa-rakyat. Karena keberpihakan itu, sosio-demokrasi juga menolak borjuisme (kapitalisme) dan keningratan (feodalisme). Lantas muncul pertanyaan, apa keterhubungan antara sosio-demokrasi dengan cita-cita marhaenisme, yakni mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur? Pertama, sosio-demokrasi mengidamkan sebuah kekuasaan politik di tangan rakyat-marhaen. Bentuk konkretnya adalah Staat (Negara) Rakyat, dimana seluruh urusan ekonomi dan politik dikerjakan oleh rakyat, dengan rakyat, dan untuk rakyat. Seperti ditegaskan oleh Soekarno dalam risalahnya yang terkenal, Mencapai Indonesia Merdeka, tahun 1933: Urusan politik, urusan diplomasi, urusan onderwijs, urusan bekerja, urusan seni, urusan kultur, urusan apa sahaja dan terutama sekali urusan ekonomi haruslah di bawah kecakrawartian Rakyat itu: Semua perusahaan-perusahaan-besar menjadi miliknya staat, staatnya Rakyat, dan bukan staatnya burjuis atau ningrat semua hatsil-hatsil perusahaan-perusahaan itu bagi keperluan Rakyat, semua pembahagian hatsil itu di bawah pengawasan Rakyat. Kedua, sosio-demokrasi mendorong kepemilikan sosial terhadap alat-alat produksi dan sumber daya ekonomi. Inilah pijakan bagi penerapan demokrasi ekonomi. Dengan 5

demokrasi di lapangan ekonomi, maka demokrasi di lapangan politik dan budaya menjadi sangat mungkin. Sebab, ekonomi merupakan pangkal bagi kehidupan politik dan sosial-budaya. Siapa yang mengusai sumber-sumber ekonomi, maka dia pula yang berjaya di lapangan politik dan sosial-budaya. Ketiga, dengan menyerahkan urusan ekonomi dan politik di tangan rakyat, sosio-demokrasi menghilangkan pemisahan antara ekonomi dan politik sebagaimana lazim terjadi di bawah kapitalisme. Urusan pemenuhan kebutuhan ekonomi tidak lagi dianggap urusan individu semata, tetapi menjadi urusan kolektif/publik. Rudi Hartono, Pemimpin Redaksi Berdikari Online Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20150630/tiga-komponen-marhaenisme.html#ixzz3edg7qtck Follow us: @berdikarionline on Twitter berdikarionlinedotcom on Facebook 6