TRANSPOR IODIN MELALUI MEMBRAN KLOROFORM DENGAN TENIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSPOR IODIN MELALUI MEMBRAN KLOROFORM DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI FASA PENERIMA DALAM TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

EFEKTIFITAS SURFAKTAN DAN RECOVERY MEMBRAN DALAM DIFUSI FENOL ANTAR FASA TANPA ZAT PEMBAWA. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh KHAIRUNNISSA NO.

Uji Selektifitas Transpor Fenol Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah

ZAT PEMBAWA OKSIN DAN SDS SEBAGAI ADITIF MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

Olly Norita Tetra *, Zaharasmi, dan Gionanda Laboratorium Elektro/Fotokimia, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Andalas, Padang

Penentuan Kondisi Optimasi Transpor Ion Cu (Ii) Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah Secara Simultan Dengan Oksin Sebagai Pembawa

OPTIMALISASI TRANSPOR Zn(II) DENGAN ZAT PEMBAWA DITIZON MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

KINETIKA TRANSPOR FENOL DENGAN ADITIF SURFAKTAN DALAM TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

OPTIMALISASI TRANSPOR Zn(II) DENGAN ZAT PEMBAWA DITIZON MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH ABSTRACT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

BAB III METODE PENELITIAN

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) MENGGUNAKAN SENYAWA PEMBAWA TANIN TERMODIFIKASI DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

KINETIKA TRANSPOR Co(II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH SECARA KONSEKUTIF. Pascasarjana Universitas Andalas, Padang 2

BAB III METODE PENELITIAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

EKSTRAKSI EMAS DARI LIMBAH PAPAN SIRKUIT TELEPON GENGGAM MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

Metodologi Penelitian

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2015 dan berakhir pada bulan agustus 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2016 (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub-bidang: Kimia Analitik Maret 2017 Waktu: 120 menit

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

3 Metodologi Percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PEMULIHAN (RECOVERY) DAN PEMISAHAN SELEKTIF LOGAM BERAT (Zn, Cu dan Ni) DENGAN PENGEMBAN SINERGI MENGGUNAKAN TEKNIK SLM

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Transkripsi:

TRANSPOR IODIN MELALUI MEMBRAN KLOROFORM DENGAN TENIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Refinel, Zaharasmi Kahar, dan Sukmawita Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas E-mail: refinel@yahoo.com ABSTRACT The transport of iodine through a bulk liquid membrane containing chloroform as the solvent and alkaline sodium sulfite solution as the receiving phase was studied.iodine transport was performed by bulk liquid membrane technique consist of 10 ml I2/KI solution as feed phase, Na2SO3 (20 ml) and NaOH solution as receiving phase, and chloroform (30 ml) as membrane phase which was stirred 100 rpm. The presence of iodine both in feed and receiving phase then where determined by Spectrophotometer UV-Vis with λ max at 567 nm. The optimum conditions for iodine transport investigated from this work are 4x10-3 N, ph 4 in feed phase, ph 9 in receiving phase, I2 : KI ratio in feed phase (2 : 5), and a stirring duration is 180 minutes. As conclusion the bulk liquid membrane technique with Na2SO3 and NaOH as receiving and acception substances is potential for iodine transport resulting 78.6 % of iodin transport. Keywords: Iodine, transport, chloroform, bulk liquid membrane, Na 2SO 3, NaOH PENDAHULUAN Iodin dan senyawanya memiliki aplikasi yang luas di bidang industri, kesehatan, sanitasi, nutrisi dan lain. Pemakaian iodin dalam dunia kesehatan dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan pemakaiannya. Dampak negatif dari limbah iodin salah satunya ditemukan di rumah sakit. Iodin biasanya dipakai secara berlebihan terutama pada proses operasi sebagai obat dan antiseptik, sehingga dilingkungan rumah sakit sering ditemukan limbah cair yang mengandung senyawa iodin [1]. Untuk itu diperlukan solusi dalam menanggulangi pencemaran ini. Penelitian untuk memonitor dan memisahkan iodin yang terlarut dalam air sudah dilakukan oleh Betsabe dkk, yaitu melalui ekstraksi pelarut dan dengan metoda membran cair fasa ruah. Iodin yang terlarut dalam air sebagai fasa sumber dengan cara mentranspor iodin (I2/KI) melalui membran berupa minyak tanah (kerosin) ke fasa berair lain yang mengandung NaOH dan Na2SO3 sebagai fasa penerima. Dari hasil penelitiannya di dapatkan waktu transpor iodin ke fasa penerima dengan waktu yang cukup lama yaitu 28 jam dan transpor sebanyak 85% [2]. Pada penelitian ini dicoba untuk menata ulang dan memodifikasi sistem transpor diatas dengan memanfaatkan kelarutan iodin dalam kloroforom sebagai fasa membran. Hal ini disebabkan iodin larut baik dalam pelarut kloroform (Kd = 340) [3]. Sejauh mana kemampuan iodin untuk tertranspor melalui proses difusi antar fasa dari larutan berair I2/KI sebagai fasa sumber ke dalam kloroform sebagai membran dan menuju fasa penerima Na2SO3 dalam suasana basa NaOH dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk diteliti dengan harapan transpor iodin dapat berjalan lebih cepat. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-Vis (spektronik 20 D), ph-meter (Hanna Instrument), sel membran cair fasa ruah, stopwatch, magnetik ISSN : 1978-628X 53

stirrer, neraca analitik (ainsworth), dan peralatan-peralatan gelas lainnya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kloroform (CHCl3), iodium (I2), kalium iodida (KI), natrium sulfit (Na2SO3), kalium bikromat (K2Cr2O7), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), kalium persulfat (K2S2O8), natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O), amilum, dan aquades. Penentuan Transpor Iodin Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah Percobaan transpor dilakukan dengan memakai metode Safavi [4,8,9,10,]. Ke dalam beaker gelas 100 ml (diameter 4,8 cm) dimasukkan fasa membran yaitu 30 ml larutan kloroform, kemudian pada larutan fasa membran dicelupkan sebuah tabung kaca silindris (diameter dalam 3 cm) yang ke dalamnya dipipetkan 10 ml larutan fasa sumber I2/KI 4x10-3 N yang ph larutan telah diatur terlebih dahulu. Di luar tabung kaca silindris dipipetkan 20 ml larutan fasa penerima Na2SO3 8x10-3 N dan juga telah diatur ph larutannya. Teknis operasi dilakukan melalui pengadukan dengan menggunakan magnetik stirer pada kecepatan ± 100 rpm selama 1 jam. Proses transpor iodin dari fasa sumber - fasa membran fasa penerima berlangsung melalui proses difusi. Setelah pendiaman selama 10 menit, fasa penerima dan fasa sumber diambil untuk diukur nilai absorbannya dengan alat spektrofotometer UV-Vis, sehingga didapatkan konsentrasi iodin sisa di fasa sumber dan yang berhasil sampai ke fasa penerima dengan bantuan kurva kalibrasi iodin. Prosedur yang sama dilakukan untuk mendapatkan optimasi terhadap parameter yang diuji antara lain, pengaruh ph fasa sumber, pengaruh ph fasa penerima, pengaruh konsentrasi (perbandingan I2 : KI) dalam fasa sumber dan pengaruh lama waktu pengadukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph Fasa Sumber terhadap Transpor Iodin Pengaturan ph dalam fasa sumber ditujukan untuk mengatur kesetimbangan iodin dalam air untuk dapat ditranspor dalam bentuk molekul ke fasa membran kloroform. Menurut Betsabe, dalam larutan air iodin akan terhidrolisis seperti reaksi berikut: I2(aq)+ H2O(l) HIO(aq) + I - (aq) + H + (aq). Pada ph 5 hampir 99% iodin terdapat dalam bentuk campuran I2 dan bentuk ionik, sehingga iodin tidak larut banyak dalam pelarut organik [1,2]. Pengaturan ph ditujukan untuk mendifusi I2 dalam bentuk molekul ke dalam fasa membran kloroform. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap variasi ph larutan di fasa sumber dari ph 3-6. Pada rentang ph tersebut (kondisi asam di fasa sumber) merupakan kondisi yang tepat untuk mendifusikan iodin dalam bentuk molekul ke fasa membran. Difusi ini terjadi di antarmuka fasa sumber dan fasa membran dalam bentuk reaksi transisi berikut dan terjadi pada ph tertentu: I2 / I - (aq) I2(org). I2 memiliki kelarutan yang baik dalam pelarut organik seperti kloroform, benzen, dan lain-lain. Kelarutan I2 didalam kloroform (Kd = 340) [3]. Penelitian dilakukan dengan waktu transpor selama 1 jam untuk ph fasa sumber 3-6, ph optimum iodin untuk proses transpor melalui difusi reaksi diatas masuk ke membran diperoleh pada ph fasa sumber 4 dimana iodin tertranspor sebesar 14,41% dan tersisa di fasa sumber 8,35%. Pada ph ini difusi iodin ke dalam membran sangat baik dapat dilihat dari warna membran (pink), dimana iodin banyak terekstrak dan terperangkap dalam membran (77,24%). Pada ph kecil dari 4 iodin (I3 - ) yang dihasilkan dari reaksi antara I2 dan I - masih stabil dalam fasa sumber sehingga iodin yang tertranspor ke fasa penerima rendah, sedangkan pada ph lebih besar dari 4 transpor iodin ke fasa penerima kembali mengalami penurunan, karena ph lebih besar dari 4, iodin terdapat dalam bentuk campuran I 2 dan bentuk ionik, dalam kondisi seperti ini iodin tidak larut banyak dalam pelarut organik dan mengakibatkan hanya sedikit ISSN : 1978-628X 54

iodin yang berhasil tertranspor ke fasa penerima [1,2,7]. Pengaruh ph Larutan di fasa Penerima terhadap Transpor Iodin Reagen striping dalam fasa penerima yang digunakan adalah Na2SO3 dan NaOH. Dalam hal ini di antar muka fasa membran dengan fasa penerima, terjadi proses transisi: I2 (org) I2 (aq). Kemudian diikuti dengan reaksi redoks (I2) dengan Na2SO3 dalam kondisi basa [2,6]. SO3-2 (aq) + 2OH - (aq) SO4-2 (aq) + H2O + 2e - I2 + 2 e - 2 I - - I2 + 2 OH - + SO3-2 2 I - (aq) + SO4-2 (aq) + H2O Reaksi dalam bentuk sempurna: I2(org) + 2 NaOH + Na2SO3 2 NaI(aq) + Na2SO4(aq) + H2O. Pada kondisi basa di fasa penerima merupakan keadaan yang tepat untuk terjadinya reaksi oksidasi reduksi antara I2(org) di antarmuka fasa penerima dengan Na2SO3 dan NaOH. Hasil penelitian yang telah dilakukan ph optimum untuk terjadinya proses di atas di fasa penerima adalah ph 9 dengan jumlah iodin yang tertranspor sebanyak 21,52% dan yang tersisa di fasa sumber 8,13% untuk lama pengadukan 1 jam (Gambar 1). Pada ph 9 merupakan kondisi optimum reaksi redoks antara I2 dan natrium sulfit, sehingga pada ph kecil dan besar dari 9 jumlah iodin yang tertranspor ke fasa penerima masih rendah. Gambar 1: Variasi ph larutan fasa sumber terhadap jumlah iodin (%) yang diperoleh di fasa sumber ( ) dan fasa penerima ( ). Kondisi percobaan : Fasa sumber 10 ml (I2/I - ) 4x10-3 N, fasa membran 30 ml kloroform, fasa penerima 20 ml Na2S03 8x10-3 N dan NaOH ph 10, waktu transpor 1 jam, dan waktu kesetimbangan 10 menit. Pengaruh Perbandingan Konsentrasi I2 : KI di Fasa Sumber terhadap Transpor Iodin I2 mempunyai kelarutan yang sulit larut di dalam air. Untuk melarutkan I 2 di fasa sumber digunakan KI yang akan melarutkan I2 menjadi bentuk I3 - di fasa air. Ion I3 -, iodium, dan ion iodida di dalam air membentuk reaksi yang setimbang sebagai berikut: ISSN : 1978-628X 55

I2(aq) + I - (aq) I3 - (aq). Kesetimbangan reaksi kelarutan iodin ini dalam bentuk I3 - merupakan dasar utama untuk mengekstrak iodin kedalam pelarut organik kloroform (fasa membran) [3]. Dalam hal ini perlu dicari kondisi yang tepat untuk mempermudah terjadinya proses transisi iodin terekstrak dari fasa sumber ke fasa membran kloroform dan kemudian ke fasa penerima, yakni dengan melakukan pengaturan perbandingan konsentrasi I2 dengan KI dan pengaturan ph optimum di fasa sumber. Konsentrasi larutan I 2 di fasa sumber dibuat tetap yaitu 4x10-3 N, sedangkan konsentrasi larutan KI divariasikan dari 2 : 3 sampai dengan 2 : 7 [3]. Nilai konsentrasi KI berturut-turut dihitung untuk perbandingan I2 : KI (2 : 3) adalah 0,006 N; I2 : KI (2 : 4) adalah 0,008 N; I2 : KI (2 : 5) adalah 0,01 N; I2 : KI (2 : 6) adalah 0,012 N; dan I2 : KI (2 : 7) adalah 0,014 N. Gambar 3 dapat dilihat bahwa perbandingan I2 : KI yang optimum untuk kelarutan iodin dalam air adalah dengan perbandingan (2 : 5) atau konsentrasi KI 0,01 N, dimana hasil transpor ke fasa penerima naik sebesar 21,80%, sedangkan sisa di fasa sumber turun mencapai 8,02%. Pada perbandingan I2 : KI di bawah (2 : 5 ) % transpor rendah, hal ini karena belum tercapainya jumlah KI optimum yang diperlukan untuk melarutkan I2 (kelarutan terhadap I2 masih rendah) dalam air. Transpor iodin di fasa penerima kembali mengalami penurunan pada perbandingan I2 : KI besar dari (2 : 5), karena jumlah KI yang dibutuhkan untuk melarutkan I2 sudah melebihi keadaan optimumnya yang mengakibatkan ion I3 - yang dihasilkan dari reaksi antara I2 dan KI sangat stabil dalam pelarut air (fasa sumber), sehingga jumlah iodin yang berhasil diekstrak ke dalam membran untuk ditranspor ke fasa penerima sedikit. Gambar 2. Variasi ph larutan fasa penerima terhadap % iodin yang diperoleh di fasa sumber ( ) dan fasa penerima ( ). Kondisi percobaan: Fasa sumber 10 ml (I2 /I - ) 4x10-3 N ph 4, fasa membran 30 ml kloroform, fasa penerima 20 ml Na2S03 8x10-3 N dan NaOH, waktu transpor 1 jam, dan waktu kesetimbangan 10 menit. ISSN : 1978-628X 56

Gambar 3. Variasi perbandingan konsentrasi I2 diperoleh di fasa sumber ( ) dan fasa penerima ( ). : KI di fasa sumber terhadap % iodin yang Kondisi percobaan : Fasa sumber 10 ml (I2 / I - ) ph 4, fasa membran 30 ml kloroform, fasa penerima 20 ml Na2S03 8x10-3 N dan NaOH ph 9, waktu transpor 1 jam, dan waktu kesetimbangan 10 menit. Pengaruh waktu terhadap transpor iodin Faktor pengadukan sangat mempengaruhi interaksi tumbukan antar molekul dalam memperlancar terjadinya proses difusi [4,5,7]. Waktu transpor juga memberikan efek yang sangat nyata terhadap jumlah iodin yang tertranspor dari fasa sumber ke dalam fasa membran kemudian diteruskan ke fasa penerima. Dari penelitian yang telah dilakukan iodin dapat ditranspor ke fasa penerima sebesar 78,58% dengan waktu transpor optimum 180 menit. Waktu transpor (menit) Gambar 4 : Variasi waktu transpor terhadap % iodin yang diperoleh di fasa sumber ( ) dan fasa penerima ( ). Kondisi percobaan : Fasa sumber 10 ml (I 2 / I - ) (2 : 5) ph 4, fasa membran 30 ml kloroform, fasa penerima 20 ml Na2SO3 8x10-3 N dan NaOH ph 9, berbagai variasi waktu transpor, dan waktu kesetimbangan 10 menit. ISSN : 1978-628X 57

Gambar 4 dapat dilihat bahwa dari waktu 30 menit sampai dengan 180 menit transpor iodin ke fasa penerima semakin meningkat sedangkan sisa iodin di fasa sumbernya semakin menurun dan pada waktu transpor 120 menit iodin tidak terdeteksi lagi dalam fasa sumber. Iodin yang berada di fasa sumber berangsur-angsur berpindah/berdifusi ke fasa membran maksimal pada waktu 90 menit (membran berwarna pink pekat) dengan bertambahnya waktu transpor warna pink semakin memudar dan mencapai optimum pada waktu 180 menit. Pada waktu lebih besar dari 180 menit jumlah iodin tertranspor tidak memberikan kenaikan yang begitu nyata sampai dilakukannya variasi waktu selama 270 menit. Pengaruh waktu transpor memberikan perubahan yang nyata terhadap sistim membran. Warna kuning iodin yang berada di fasa sumber dengan bertambahnya waktu transpor semakin memucat, sedangkan kloroform yang bertindak sebagai membran lama kelamaan akan berwarna pink/merah jambu pekat dan juga akan memudar kembali. Namun, pada fasa penerima tidak mengalami perubahan warna seperti larutan di fasa sumber dan di fasa membran. Persentase iodin yang berhasil tertranspor ke fasa penerima dalam waktu optimum 180 menit adalah sebesar 78,58%. Adapun perkiraan mekanisme reaksi yang terjadi dalam proses transpor iodin ini adalah : Fasa Sumber Fasa Membran Fasa Penerima Na2SO3 + NaOH Kloroform Gambar 5. Reaksi yang terjadi pada sistem transpor iodine. Kemudian iodin yang terdapat di fasa penerima dalam bentuk I - ini dioksidasi oleh kalium persulfat, sehingga terbentuklah I2 dan dengan penambahan amilum larutan akan berwarna biru sehingga dapat diukur absorban dari larutan tersebut dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Rangkaian reaksi yang terjadi : S2O8-2 (aq) + 2 I - (aq) ph 5 2 SO4-2 (aq) + I2 (aq). Dari reaksi terlihat bahwa kondisinya netral, tetapi pada saat pengujian dengan metode spektrofotometri diperoleh I2 maksimal pada ph 5, sehingga untuk penentuan jumlah iodin yang tertranspor ke fasa penerima pendeteksiannya dilakukan pada ph tersebut di atas. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa transpor iodin melalui membran cair kloroform dan Na2SO3 dalam NaOH sebagai reagen striping dalam fasa penerima dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dapat mentranspor iodin secara optimal sampai ke fasa penerima dengan waktu transpor 180 menit (3 jam) jauh lebih cepat dibandingkan penelitian oleh Betsabe, dkk yaitu 28 jam. Kondisi optimum untuk sistem transpor iodin ini diperoleh pada ph larutan di fasa sumber 4, ph larutan fasa penerima (reagen striping) Na2SO3 dan NaOH, dan perbandingan konsentrasi KI yang digunakan untuk melarutkan I2 (I2 : KI) di fasa sumber adalah 2 : 5. Pada kondisi ini hasil transpor maksimal iodin diperoleh sebesar 78,58%. ISSN : 1978-628X 58

DAFTAR PUSTAKA 1. Falah, dan Miftahul. Iodin (I) atau Yodium. (http://www.google.com.miftahul.wordpress.com),12/12/2010. 2. B. Nabieyan, A. Kargari, T. Kaghazchi, A. Mahmoudian, M. Soleimani, Benchscale pertraction of iodine using a bulk liquid membrane system, Desalination., (214): 167-176, (2007). 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, edisi IV : Depkes RI. 316-317 (1995). 4. Savafi and E. Shams, Selective and efficient transport of Hg(II) through bulk liquid membrane using methyl red as carrier, J, Membrane Sci., 144: 37-43, (1998). 5. M. Mulder, Basic Principle of Membran technology, Kluwer Academic Publisher, Dordrencht, 244-259, (1991). 6. R. A. Day, and A. L. Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Jakarta: Erlangga, (2002). 7. A. B. Richard, Chemical separation with liquid membrane, ACS, Symposium series 642, American Chemical Society., Washington DC, 1: 202, 1996. 8. Refinel, Optimalisasi transpor Cu(II) dengan zat pembawa metil merah melalui teknik membran cair fasa ruah, Proseding Semirata, FMIPA-Unja Jambi, 17-19 Juli 2005. 9. Refinel, Zaharasmi, dan Olly, Kinetika transpor Cu(II) oleh zat pembawa oksin dengan dan tanpa asam oleat melalui membran cair fasa ruah, Jurnal Riset Kimia., 2(2): 127-131, (2009). 10. Refinel, Zaharasmi, dan Olly, Kinetika dan selektifitas transpor Cu(II) antara fasa melalui membran cair fasa ruah dengan oksin sebagai zat pembawa, Jurnal Riset Kimia., 4(1): 63-72, (2010). ISSN : 1978-628X 59