BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

Unnes Physics Journal

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Tingkat Kerawanan Gempa Bumi Menggunakan Metode Refraksi Mikrotremor (ReMi) di Kota Surakarta

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Unnes Physics Journal

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

INDEK KERENTANAN DAN AMPLIFIKASI TANAH AKIBAT GEMPA DI WILAYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR)

IDENTIFIKASI KERENTANAN DINDING BENDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIKROSEISMIK (STUDI KASUS BENDUNGAN JATIBARANG, SEMARANG) Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009

MIKROZONASI SEISMISITAS DAERAH YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA TESIS JB. JANUAR HERRY SETIAWAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Geologi Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya II.1.1. Batuan

PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM DAN INTENSITAS GEMPABUMI KECAMATAN ARJOSARI PACITAN JAWA TIMUR

Wahyuni Sofianti 1, Dr.Eng Idris Mandang, M.Si 2 1 Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( )

ANALISIS LITOLOGI LAPISAN SEDIMEN BERDASARKAN METODE HVSR DAN DATA BOR DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK

STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu

PENENTUAN PROFIL KETEBALAN SEDIMEN LINTASAN KOTA MAKASSAR DENGAN MIKROTREMOR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : ( Print) C-383

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

METODE MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI GEMPA BUMI DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pelaksanaan Penelitian

ABSTRACT. Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1.

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

Intepretasi Lapisan Sedimen berdasarkan Ground Profile Vs dengan Pengukuran Mikrotremor di Kecamatan Pacitan

IV. METODE PENELITIAN

Kajian Mikrotremor dan Geolistrik Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timor untuk Mitigasi Bencana

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki wilayah sangat luas dan

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

PROCEEDINGS PIT HAGI th HAGI Annual Convention & Exhibition Palembang, September 2012

KAJIAN KERAWANAN GEMPABUMI BERBASIS SIG DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA STUDI KASUS KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MIKROZONASI KERENTANAN BAHAYA GONCANGAN GEMPA BUMI KOTA PEKALONGAN BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR. A.Soehaimi, Marjiono dan Kamawan

Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District

STUDI TINGKAT RESIKO BAHAYA SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN MIKROTREMOR DI KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

MIKRO-ZONASI TINGKAT POTENSI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BENGKULU UNTUK MENDUKUNG MITIGASI BENCANA (BAGIAN I)

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN berikut: Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai 1. Pemetaan mikrozonasi amplifikasi gempabumi di wilayah Jepara dan sekitarnya dilakukan dengan menggunakan metoda HVSR. Dengan menghitung dan mengolah data berupa gelombang seismik menjadi bentuk rasio spektral H/V (HVSR) dengan menggunakan beberapa software, diantaranya HV max, dan origin. Pemetaan mikrozonasi tersebut dilakukan untuk mengetahui nilai perioda dominan dan amplifikasi gempabumi yang kemudian dapat dibuat peta perioda dan peta amplifikasi. Nilai tersebut digunakan sebagai informasi mengenai daya penguatan goncangan pada struktur bangunan jika terjadi getaran akibat gempabumi di wilayah tersebut. 2. Karakteristik fisis batuan bawah permukaan di wilayah Jepara dan sekitarnya didapatkan berdasarkan analisis data nilai periode dominan. Berdasarkan usulan Kanai mengenai klasifikasi profil tanah pada tabel 2.2, maka karakteristik fisis batuan bawah permukaan yang terdapat di daerah Jepara dan sekitarnya dapat dibagi menurut nilai periode dominannya. Dan berikut ini adalah nilai perioda dominan, dan hubungannya dengan sifat fisis batuan serta nilai amplifikasi daerah Jepara : 59

60 a. Nilai perioda dominanya antara 0,1 0,4, termasuk jenis tanah II dan jenis III yang terdiri dari batuan aluvial, dengan ketebalan ± 78 m. Daerah ini perioda dominannya rendah, hal ini menunjukkan bahwa di daerah tersebut tersusun atas sedimen lunak yang tipis, terdiri dari sandy-gravel, sandy-hard clay, loam, dan adanya formasi bluff. Jika sedimennya lunak dan tipis seperti disebutkan di atas, maka dapat dimungkinkan bahwa amplitudo getaran seismik yang melewati sedimennya tidak tertahan lama atau hanya sekedar melewatinya saja, sehingga penguatan goncangan gempabuminya termasuk kedalam daya goncangan (amplifikasi) rendah. b. Nilai perioda dominanya antara 0,4 s/d < 0,7. Daerah ini termasuk kedalam jenis tanah ke IV, terdiri dari batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, topsoil, lumpur, dengan ketebalan ± 200 m. Jenis tanah ini termasuk tanah yang lunak dan cukup tebal. Jika sedimennya lunak dan tebal, maka amplitudo getaran dari goncangan seismik yang masuk melewati sedimen tersebut akan besar karena berosilasi dalam sedimen lebih lama dan bertahan sehingga dapat menyisakan getaran mikrotremor, oleh karenanya penguatan goncangan gempanya termasuk kedalam daya goncangan (amplifikasi) tinggi dibanding dengan nilai perioda dominan kurang dari 0,4 sekon atau termasuk amplifikasi sedang dibanding dengan nilai amplifikasi untuk perioda dominan lain yang lebih besar.

61 c. Nilai perioda dominannya 0,7. Daerah ini memiliki perioda yang tinggi, menunjukkan sedimen lunak yang tebal dan juga termasuk jenis tanah ke IV, terdiri dari batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, topsoil, lumpur, dengan ketebalan ± 270 m. Dengan ketebalan lebih dari 200 m serta lunak, maka amplifikasi daerah ini sangat kuat. Hal ini dikarenakan secara fisis amplitudo getaran seismik akan terjebak dan berosilasi sangat lama dalam sedimen tersebut karena lunak dan lebih tebal dari jenis sedimen sebelumnya. Sehingga menyisakan gerakan mikrotremor yang banyak atau kuat yang mengindikasikan amplifikasi (penguatan goncangan) yang tinggi jika terjadi gempabumi, dan akan beresiko terjadi kerusakan yang parah pada struktur bangunan yang terdapat di daerah tersebut. 3. Menurut tabel 2.2, mengenai tipe bangunan yang sesuai untuk zona perioda yang telah ditentukan yaitu, daerah yang berwarna hijau (0,1 0,4) cocok dengan tipe bangunan satu lantai sampai dua lantai. Untuk daerah yang berwarna kuning (0,4 s/d < 0,7) cocok untuk tipe bangunan 3-4 lantai. Sedangkan untuk daerah yang berwarna merah ( 0,7) cocok dibangun tipe bangunan tinggi. 4. Dari kedua peta perioda dan amplifikasi pada gamabr 4.5 dan 4.6, keduanya menunjukkan nilai yang sebanding yaitu antara perioda dan amplifikasi memiliki nilai yang sama untuk nilai penguatan terhadap

62 goncangan gempabumi. Terutama untuk daerah Ujung Lemahabang (ULA) tempat dibangunnya PLTN Muria. Daerah tersebut terletak di wilayah yang memiliki nilai amplifikasi dan perioda dominan yang sedang (berwarna kuning). Dari keterangan tersebut, berarti bahwa daerah ULA tersebut memiliki kerentanan terhadap goncangan gempabumi yang sedang dengan jenis tanah yang terdiri dari batuan formasi bulu tersebut termasuk batuan vulkanik berumur Kuarter. Batuan vulkanik Kuarter memiliki kerentanan lebih rendah jika dibandingkan dengan aluvium karena densitas atau rapat massa batuan vulkanik lebih besar daripada alluvium. Dan tipe bangunan yang cocok didirikan di daerah ini yaitu tipe bangunan 3-4 lantai. 5.2. SARAN Dengan melihat hasil yang diperoleh, ada beberapa hal yang direkomendasikan bagi para pembaca untuk lebih mendapat kepastian mengenai nilai amplifikasi di daerah penelitian. Seperti pada daerah yang terindikasi bernilai amplifikasi yang rendah di daerah penelitian, tetap harus diwaspadai dan diperhatikan mengenai keamanan dari kerusakan yang akan terjadi jika terjadi gempabumi diwilayah tersebut karena ketebalan sedimennya lebih dari 100 meter yang mengindikasikan amplifikasi getarannya dapat dikatakan tinggi. Berdasarkan penelitian ini juga yang menunjukkan adanya korelasi antara tingkat kerusakan akibat gempa dengan frekuensi resonansi dan amplifikasi, saran

63 utama yang kami usulkan adalah dilakukannya penelitian yang sama untuk area yang lebih luas. Pengembangan wilayah yang dilakukan sebaiknya menghindari daerah yang memiliki frekuensi resonansi yang rendah dan amplifikasi tinggi. Hal ini bertujuan untuk tindakan pencegahan atau mitigasi jika terjadi gempa di masa yang akan datang.