PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

Rismayanti 1, Sudirman 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

Aristina Halawa ABSTRAK

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP ORGANISASI PPNI DI RUMAH SAKIT UMUM BAJAWA KABUPATEN NGADA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

Transkripsi:

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Halusinasi merupakan persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata dimana klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar. Perubahan sikap dan peningkatan keterampilan akan membantu klien dalam meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi. Pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit dapat membantu klien dalam mengontrol halusinasi dan hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada klien halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi. Penelitian ini menggunakan rancangan one-group pra-post test design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer di program microsoft excel dan progream statistik (SPSS) versi 16.00. Analisis data mencakup analisis karakteristik umum responden berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, penerapan askep, sikap dan keterampilan. Sedangkan pada analisis bivariat dilakukan denga uji chi square (p<α 0,05) untuk mengetahui pengaruh antara kedua variabel. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi (p=0,028) dan ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi (p=0,018). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap sikap dan keterampilan dalam mengontrol halusinasi pada klien di RSKD Dadi Makassar. Kata Kunci : Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa, Kemampuan Mengontrol Halusinasi. PENDAHULUAN Perawat jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa didasarkan pada suatu model konsep. Model merupakan suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks. Penggunaan model merupakan dasar juga untuk perawat (terapis) dalam praktek keperawatan. Perawat sebagai terapis perlu mengetahui model konsep dan dapat memilih untuk menggunakan model yang sesuai dengan pandangan pengetahuan perawat terhadap situasi dan kondisi klien (perkembangan kesehatan klien) (Erlinafsiah, 2010). Perawat pskiatri harus belajar mengenai struktur dan fungsi dari otak, mencakup proses neurotransmisi untuk lebih memahami etiologi, mempelajarinya agar lebih cepat efektif dalam strategi intervensi gangguan psikiatri (Direja, A.H.S, 2011). Penerapan asuhan keperawatan secara sistematis salah satunya dilakukan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Menurut May Durant Thomas (1991) dalam Andre (2009) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: skhizofrenia, depresi, delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Dan berdasarkan hasil pengkajian pada pasien di beberapa rumah sakit jiwa di pulau Jawa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Berdasarkan hasil rekapitulasi data di RSKD Dadi Makassar, terhitung jumlah pasien dengan gangguan halusinasi pada tahun 2010 sebanyak 12.914 orang pasien dan pada tahun 2011 jumlah pasien menurun menjadi 11.410 orang sedangkan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 14.008 orang. Menurut Irmansyah, salah seorang psikiater dari Universitas Indonesia, gejala seseorang yang menderita masalah kejiwaan 649

sebenarnya bisa diketahui sejak dini. Dengan demikian, pengobatannya juga dapat diupayakan dengan segera. Pada tahun 2008 data sepuluh besar angka kesakitan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung bulan Juli tahun 2008 terhadap 351 pasien dan untuk rawat inap terdapat 189 (53,84%) pasien yang mengalami skizofrenia. Sedangkan di ruang Kutilang pada bulan Juli tahun 2008 terdapat 32 pasien rawat inap diantaranya halusinasi 22 (68,75%), isolasi sosial 6 (18,75%), harga diri rendah 2 (6,25%), resiko bunuh diri 1 (3,125%), dan waham 1 (3,125%) (Arief, 2009). Proses keperawatan di rumah sakit jiwa memiliki masalah yang hampir sama dengan rumah sakit umum. Ditemukan beberapa kesulitan dalam penerapan asuhan keperawatan yaitu belum ada formulir pengkajian yang seragam, kemampuan melaksanakan proses keperawatan yang belum memadai, pelaksanaan proses keperawatan masih dirasakan sebagai beban (Keliat &Akemat, 2012). Masalah inipun terjadi di RSKD Dadi Makassar khususnya di ruang rawat intermediated, dari hasil wawancara dengan beberapa perawat dijelaskan bahwa pelaksanaan penerapan asuhan keperawatan belum terlaksana dengan maksimal dikarenakan tenaga perawat yang tidak seimbang dengan jumlah pasien. Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Bentuk penelitian yang digunakan penulis adalah dengan rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok (one-group pra-post test design) yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2011). Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Kenanga dan Nyiur RSKD Dadi Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 april sampai tanggal 2 Juni. Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu semua klien dengan gangguan jiwa halusinasi di RSKD Dadi Makassar. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita gangguan halusinasi di RSKD Dadi Makassar adalah 32 responden. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Lembar observasi penelitian dikembangkan menjadi 5 item pengamatan dan setiap pengamatan diperlukan pilihan alternatif jawaban (ya) dan (tidak), cara mengukur kemampuan klien mengontrol halusinasi ini dengan memberi skor pada jawaban responden. Adapun skor jawaban (ya) = 2 dan (tidak) = 1, kemudian dijumlahkan dan jumlah merupakan petunjuk bagaimana kemampuan klien mengontrol halusinasi. Dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap klien halusinasi diruang Kenanga dan Kenari di RSKD Dadi Makassar dengan prosedur: 1. Peneliti mencari sampel berdasarkan kriteria inklusi 2. Dilakukan pre-tes bersama kepala ruangan untuk mengetahui kemampuan klien mengontrol halusinasi dengan menggunakan lembar observasi 3. Peneliti dibantu oleh mahasiswa profesi dalam memberikan perlakuan berupa penerapan asuhan keperawatan halusinasi 4. Peneliti melakukan post-tes untuk mengevaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi dengan menggunakan lembar observasi. 5. Lembar observasi yang telah diisi, diperiksa kembali kelengkapannya. Langkah Pengolahan data Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah: 1. Editing Setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data data dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data. 2. Koding Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban atau data disederhanakan yaitu dengan memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban. 3. Tabulasi Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki dengan menggunakan skala Guttman kemudian data dianalisis secara statistik. Analisis Data Menguraikan dengan cara memberikan interpretasi terhadap data yang terkumpul, menggunakan kode statistik komputer SPSS versi 16.00 dengan menggunakan uji chi square. 650

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSKD Dadi Makassar Tahun Umur Responden n % 10 s/d 25 Tahun 5 15,6 26 s/d 40 Tahun 21 65,6 41 s/d 55 Tahun 6 18,8 Dari tabel 1, maka diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok 26 s/d 40 tahun dengan jumlah responden sebanyak 21 orang (65,6%) sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 10 s/d 25 tahun dengan jumlah responden sebanyak 5 orang (15,6%). Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKD Dadi Makassar Tahun Jenis Kelamin n % Laki-laki 25 78,1 Perempuan 7 21,9 Berdasarkan tabel 2, maka diketahui bahwa dari total 32 responden 25 orang (78,1%) responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan 7 orang (21,9%) lainnya berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku di RSKD Dadi Makassar Tahun Suku n % Makassar 2 6,2 Toraja 4 12,5 Bugis 26 81,2 Dari tabel 3 maka diketahui bahwa suku responden yang paling banyak adalah yang bersuku Bugis dengan responden 26 orang (81,2%) sedangkan suku responden yang paling sedikit adalah yang bersuku Makassar dengan responden 2 orang (6.2%). Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di RSKD Dadi Makassar Tahun Agama n % Islam 28 87,5 Kristen 4 12,5 Berdasarkan tabel 4, maka diketahui bahwa dari total 32 responden 28 orang (87,5%) yang beragama Islam sedangkan 4 orang (12,5%) lainnya beragama Kristen. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSKD Dadi Makassar Tahun Pendidikan n % SMA 11 34,4 SMP 13 40,6 SD 8 25 Berdasarkan tabel 5, maka diketahui bahwa kelompok pendidikan responden yang terbanyak adalah SMP dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (40,6%) sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD dengan jumlah responden sebanyak 8 orang (25 %). Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Asuhan Keperawatan di RSKD Dadi Makassar Tahun Penerapan Askep n % Baik 20 62,5, Cukup 12 37,5 Berdasarkan tabel 6, maka diketahui bahwa responden dengan penerapan askep yang baik sebanyak 20 orang (62,5%) sedangkan responden dengan penerapan askep yang cukup baik sebanyak 12 orang (37,5%) responden. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Mengontrol Halusinasi pada Pre Test di RSKD Dadi Makassar Tahun Sikap n % Baik 14 43,8 Cukup 18 56,2 Berdasarkan tabel 7, maka diketahui bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam 651

kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 18 respoden (56,2%). Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi pada Pre Test di RSKD Dadi Makassar Tahun Keterampilan n % Baik 13 40,6 Cukup 19 59,4 Pada tabel 8, maka bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 13 responden (40,6%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 19 respoden (59,4%) Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Mengontrol Halusinasi pada Post Test di RSKD Dadi Makassar Tahun Sikap n % Baik 16 50 Cukup 16 50 Berdasarkan tabel 9, maka diketahui bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat post test yang dalam kategori baik sebanyak 16 responden (50%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 16 respoden (50%). Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi pada Post Test di RSKD Dadi Makassar Tahun Keterampilan n % Baik 18 56,2 Cukup 14 48,3 Berdasarkan tabel 10, maka diketahui bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat post test yang dalam kategori baik sebanyak 18 responden (56,2%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 14 respoden (48,3%). 2. Analisis Bivariat Tabel 11 Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan terhadap Sikap dalam Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassar Tahun Penerapan Asuhan Keperawatan Baik Sikap Cukup Total n % n % n % Baik 13 40,6 7 21,9 20 62,5 Cukup 3 9,4 9 28,1 12 37,5 Total 16 50 16 50 32 100 p = 0,028 Berdasarkan tabel 11, maka diketahui bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 13 responden (40,6%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (21,8%) yang memiliki sikap cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 3 responden (9,4%) yang memiliki sikap baik dan 9 responden (28,1%) yang memiliki sikap cukup. Setelah dilakukan analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi. Tabel 12 Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan terhadap Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassar Tahun Penerapan Keterampilan Total Asuhan Baik Cukup Keperawatan n % n % n % Baik 8 25 12 37,5 20 62,5 Cukup 10 31,2 2 6,2 12 37,5 Total 18 56,2 14 43,8 32 100 p = 0,018 Berdasarkan tabel 12, maka diketahui bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 8 responden (25%) yang memiliki keterampilan baik dan 12 responden (37,5%) yang memiliki keterampilan cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 10 responden (31,2%) yang memiliki keterampilan baik dan 2 responden (6,2%) yang memiliki keterampilan cukup. Setelah dilakukan analisis uji statistik didapatkan nilai p = 0.018 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan 652

pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Terhadap Sikap Dalam Mengontrol Halusinasi. Pada tabel 11 dijelaskan bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 13 responden (40,6%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (21,8%) yang memiliki sikap cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 3 responden (9,4%) yang memiliki sikap baik dan 9 responden (28,1%) yang memiliki sikap cukup. Berdasarkan tabel 7 dan 8 maka dapat disimpulkan bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan dimana bertambah menjadi 16 orang (50%) sedangkan yang dalam ketegori cukup pada pre test sebanyak 18 respoden (56,2%) berkurang menjadi16 respoden (50%). Pada analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi. Menurut Stuart Sunden asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa dan modifikasi rencana asuhan (Y. Iyus 2011). Menurut Newkom seorang ahli dari psikologis, yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2012) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iis Tri Rusniati di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang (2010) mengatakan bahwa setelah perawat mengkaji dan menentukkan masalah, mengajarkan strategi dan cara cara untuk menghindari halusinasi, mendorong dan memberikan motivasi serta penguatan, pasien berkeinginan atau berniat untuk menghindari terjadinya halusinasi. Dengan mengacu pada hasil penelitian dan teori-teori diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi. 2. Pengaruh Penerapan Asuhan Kepertawatan Terhadap Keterampilan Dalam Mengontrol Halusinasi. Berdasarkan tabel 8 dan 9 dapat disimpulkan bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 13 responden(40,6%) meningkat menjadi 18 responden (56,2%) pada post test setelah diberikan asuhan keperawatan. Sedangkan keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada pre test yang dalam ketegori cukup sebanyak 19 respoden (59,4%) menurun pada post test yaitu sebanyak 14 respoden (48,3%) setelah dilakukan asuhan keperawatan. Pada analisis uji statistik didapatkan nilai p = 0.018 dimana p<α 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi. Keterampilan (skill) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keterampilan mental meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks (Nursalam, Ferry Efendi, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iis Tri Rusniati di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang (2010) mengatakan bahwa setelah perawat mengajarkan teknik-teknik yang dilakukan untuk menghindari halusinasi, keterampilan pasien meningkat dan mampu mengontrol atau mengatasi halusinasi. Dengan mengacu pada hasil penelitian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi. KESIMPULAN 1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi pada klien di RSKD Dadi Makassar. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05, 653

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi pada klien di RSKD Dadi Makassar dengan hasil analisis uji statistic didapatkan nilaip = 0.018 dimana p<α 0.05. SARAN Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan oleh penulis yakni : 1. Untuk perawat sebaiknya melakukan penerapan asuhan keperawatan sesuai intervensi protap keperawatan pada masalah keperawatan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi karena hal ini telah terbukti pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di RSKD. Dadi Makassar. 2. Untuk penelitian selanjutnya agar mengkaji lebih mendalam tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi agar ditemukan ide atau pikiranpikiran baru dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya departemen jiwa. DAFTAR PUSTAKA Direja, A.H.S, 2011. Asuhan Keperawatan jiwa. Nuha medika: Yogyakarta Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik keperawatan Jiwa. Tran Info Media: Jakarta Timur Keliat, B, A. & Akemat. 2012. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Penerbit: EGC. Jakarta. Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan,Penerbit: PT. RINEKA CIPTA,Jakarta. Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehehatan,Penerbit: PT. RINEKA CIPTA,Jakarta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, ed. 2. Salemba Medika. Jakarta. Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperwatan Jiwa, Edisi 3. EGC: Jakarta. S,Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Penerbit: Trans Info Media: Jakarta Timur. Sumber data laporan RSKD Dadi Makassar 2012. Yosep, I. 2011. Keperawatan jiwa Edisi revisi.penerbit: PT. Refika Aditama. Bandung. 654