BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
Pendapatan Regional Regional Income

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Gross Domestic Regional Product

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

Pendapatan Regional/ Regional Income

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

Pendapatan Regional/ Regional Income

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendapatan Regional/ Regional Income

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Figur Data Kota Surakarta Tahun

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

Produk Domestik Bruto (PDB)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

8.1. Keuangan Daerah APBD

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Pendapatan Regional/ Regional Income

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Tabel/Table Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan akan dapat dinikmati masyarakat paling bawah baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Gross National Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun sebelumnya. Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2006-2010 mengalami pertumbuhan rata-rata 6,18% lebih rendah dibandingkan Provinsi tetangganya yaitu Kepulauan Riau yang pertumbuhan ekonominya rata-rata 6,23%, dan Jambi yang pertumbuhan ekonominya rata-rata 6,72%, walaupun laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara rata-rata masih berada dibawah provinsi Riau dan Jambi namun Sumatera Utara adalah provinsi yang terbesar baik dalam luas wilayah dan penduduknya di pulau Sumatera dengan memiliki sumber daya alam yang berlimpah berupa perkebunan, pertanian,

pertambangan, perikanan, dan pariwisata. Sektor unggulan yang menjadi andalan di Sumatera Utara diluar migas adalah sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit dimana sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2002-2025 tentang program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bahwa Sumatera Utara akan dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus produksi hasil kelapa sawit yang terbesar di dunia yang terletak di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun dan direncanakan akan beroperasi penuh pada tahun 2013, dimana di daerah tersebut akan dibangun kawasan industri yang didalamnya terdapat pabrik-pabrik yang khusus mengolah biji kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau menjadi bahan baku untuk kosmetik dan obat-obatan, sementara Jambi juga tidak berbeda dengan Sumatera Utara menjadikan perkebunan karet menjadi sektor unggulannya sedangkan Riau memiliki sektor unggulan di bidang perikanan dan budidaya laut tetapi bila dipandang dari potensi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang ada maka Sumatera Utara lebih potensial namun dari laju pertumbuhan ekonominya Sumatera Utara masih berada dibawah Provinsi Kepulauan Riau dan Jambi. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi penulis mengapa Sumatera Utara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang potensial serta luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di pulau Sumatera, tetapi laju pertumbuhan ekonominya masih berada dibawah propinsi Jambi dan Riau. Berdasarkan potensi yang dimilikinya seharusnya Sumatera Utara menjadi propinsi yang terdepan laju pertumbuhan ekonominya dibandingkan propinsi lain di pulau Sumatera. Walaupun demikian terlepas dari laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang belum sesuai dengan harapan, ada banyak variabel yang memengaruhi masalah pertumbuhan ekonomi, beberapa diantaranya seperti investasi (PMA dan

PMDN), tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah. Apakah variabel-variabel tersebut sudah memberikan peran maksimal bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara? Tabel 1.1 Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Provinsi ( persen) dari tahun 2006-2010 No Propinsi 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata 1. Jambi 5,89 6,82 7,16 6,37 7,33 6,72 2. Kepulauan Riau 6,78 7,01 6,63 3,52 7,21 6,23 3. Sumatera Utara 6,2 6,9 6,39 5,07 6,35 6,18 Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara Pertumbuhan biasanya disertai dengan kemampuan sumber daya, produktifitas dan dana negara. Ditinjau dari sumber daya alam yang dimilki, daerah Sumatera Utara memiliki potensi sumber daya alam yang besar karena banyak tersedianya berbagai bahan mentah dari berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, dan juga potensi daerah yang dijadikan objek wisata sehingga apabila potensi-potensi daerah ini diberdayakan akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Sumut untuk menunjang terciptanya kegiatan ekonomi disekitar daerah tersebut yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Pada tahun 2006 s/d 2010 secara sektoral, pertumbuhan di semua sektor cenderung fluktuatif. Sektor keuangan, persewaan, & jasa mengalami pertumbuhan yang paling besar (10,78%) diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (9,44%). Sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu 4,52%. Oleh karena itu pemerintah Sumatera Utara diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di semua sektor melalui kebijakan-kebijakan yang diambilnya yang nantinya dapat menciptakan iklim usaha yang menguntungkan di daerah ini.

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Industrial (1) Origin (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian/Agriculture 2,40 4,98 6,05 4,85 5,08 2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining and 4,17 9,78 6,13 1,43 5,87 Quarrying 3. Industri Pengolahan/ Manufacturing 5,47 5,09 2,92 2,76 4,52 4. Listrik, Gas & Air Minum Electricity, Gas & 3,08 0,22 4,46 5,57 7,06 Water Supply 5. Bangunan/Construction 10,33 7,78 8,10 6,54 6,77 6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade, Hotel & 6,95 7,55 6,14 5,43 6,51 Restaurant 7. Pengangkutan & Komunikasi Transportation & 11,91 19,90 8,89 7,56 9,44 Communication 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9,87 12,43 11,30 6,14 10,78 Perusahaan/Financial, Ownership and Business Services 9. Jasa-Jasa/Services 7,09 8,25 9,48 6,62 6,77 Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product 6,20 6,90 6,39 5,07 6,35 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas./ Gross Regional Domestic Product Non Migas 6,26 6,89 6,40 5,14 6,36 Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province Dalam teori ekonomi makro, dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Ada beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh dalam soal investasi ini. Investasi sendiri dipengaruhi oleh investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta yang berasal dari pihak pemerintah maupun pihak swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya. Selama tahun 2006-2010 di Propinsi Sumatera Utara telah terealisasi sebanyak 61 proyek PMDN dengan nilai sebesar Rp 6.930.254,25 juta. Sedangkan PMA terealisasi sebesar $ 1.950,21 juta dengan jumlah proyek 102 buah.

Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 TAHUN PMDN PMA Jumlah Proyek Realisasi(Juta Rp) Jumlah Proyek Realisasi(Juta US$ ) 2006 10 594.245,38 12 233,91 2007 11 1.672.463,33 26 230,20 2008 13 391.333,72 24 255,17 2009 14 2.644.965,26 20 940,29 2010 13 1.625.438,97 10 290,63 Total 61 6.928.446,66 102 1.950,21 Sumber/Source : Badan Investasi dan Promosi Provinsi Sumatera Utara/Investment and Promotion Board of Sumatera Utara Province Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan realisasi PMDN selama lima tahun terakhir lebih kecil dibanding realisasi PMA, sedangkan jumlah proyek PMA dari tahun ke tahun fluktuatif tetapi nilainya relatif lebih besar dibanding realisasi PMDN, dan untuk melihat perkembangan realisasi PMA dan PMDN dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik 1.1 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 Pertumbuhan PMA dan PMDN di Sumatera Utara 2006-2010 Persen 400.00 200.00 0.00-200.00-400.00-600.00-800.00 268.49 118.20 76.60 38.55 4.41-1.59 10.85-69.09 2006 2007 2008 2009 2010-181.44-575.88 Tahun PMA Realization (%) PMDN Realization (% ) Selain investasi, maka tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut Todaro (2000:108) pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh. Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan karena banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota. Namun demikian jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah. Untuk mengetahui perkembangan penduduk usia kerja di Sumatera Utara periode tahun 2006-2010 disajikan dalam Tabel 1.4 Tabel 1.4 Persentase Penduduk Yang Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2006-2010 Lapangan Pekerjaan Utama Main Industry 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan / Agriculture, 49,64 47,60 47,12 46,72 46,94 forestry, plantation, fishery,livestock 2. Pertambangan dan penggalian/ Mining and Quarrying 0,24 0,40 0,29 0,40 0,43 3. Industri pengolahan / Manufacturing 7,08 7,60 8,08 8,69 7,43 4. Listrik, gas dan air / Electricity, Gas and Water Supply 0,33 0,20 0,17 0,23 0,2 5. Bangunan / Construction 3,75 4,80 4,93 5,18 5,0 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran/Trade, Hotel and Restaurant 19,21 18,80 20,20 20,04 19,52 7. Pengangkutan dan Komunikasi / Transportation and Communication 6,60 6,40 6,12 5,64 5,04 8. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya/ Bank and Other Financial 1,35 1,30 1,05 1,05 1,00 Institutions. 9. Jasa Kemasyarakatan/Public Service 11,81 12.90 12,04 12,6 14,45 10. Lainnya/Others 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah / Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province

Grafik 1.2 Perkembangan Angkatan Kerja di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010 Jumlah Angkatan Kerja di Sumatera Utara Jumlah Orang (Ribu) 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 5,765.64 4,977.32 4,835.79 5,166.13 5,082.80 5,540.26 4,928.35 4,756.08 4,859.65 6,125.57 229.21 404.12 636.98 571.33 532.43 491.81 355.50 758.09 632.05 554.54 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun BEKERJA MENCARI KERJA Dari Tabel 1.4 di atas terlihat bahwa sebagian besar angkatan kerja di Propinsi Sumatera Utara 5 tahun terakhir yang bekerja pada lapangan usaha pertanian sekitar (46,94%), disusul pada sektor perdagangan (19,52%) dan sektor jasa kemasyarakatan (14,45%). Jumlah orang bekerja di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 6.125.571 orang dan jumlah orang yang mencari kerja sebesar 491.806 orang dari total penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 12.982.204 orang. Laju jumlah pertumbuhan orang yang bekerja terus menerus selama 10 tahun terakhir (2001 s/d 2010) sekitar 2.45% sementara laju pertumbuhan orang pencari kerja sekitar 12.83%. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan manusia di Propinsi Sumatera Utara belum sepenuhnya mengakomodasi kepentingan percepatan ekonomi lokal. Pertumbuhan PDRB, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi regional juga tidak bisa lepas dari peran pengeluaran pemerintah di sektor layanan publik. Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin dan belanja pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Semakin besar pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin memperbesar tingkat perekonomian suatu daerah (Wibisono,2005:76).

Anaman (2004:85) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Tabel 1.5 Proporsi Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik terhadap Belanja Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 (dalam milyar Rp) Tahun/Year Aparatur Daerah Pelayanan Publik Jumlah/Total (1) (2) (3) (4) 2006 1 ) 628,52 1.640,48 2.269,00 2007 1.371,10 2) 1.346,80 2) 2.717,90 2008 1.794,40 1.172,90 2.967,30 2009 2.066,19 1.378,37 3.444,56 2010 2.037,73 1.795,45 3.833,18 Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.3 Proporsi Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik terhadap Belanja Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 (dalam milyar Rp) Selama tahun 2006-2010 pemerintah daerah Propinsi Sumatera Utara telah meningkatkan belanja daerahnya rata-rata sebesar 12,22 % tiap tahunnya. Belanja daerah tersebut terdiri dari belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik.

Pertumbuhan realisasi belanja aparatur daerah selama tahun 2006-2010 rata-rata sebesar 17,76%. Sedangkan belanja pelayanan publik relatif lebih kecil, yaitu rata tumbuh 9,25%. Proporsi maupun perkembangan realisasi belanja publik yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan realisasi belanja aparatur daerah menunjukkan bahwa alokasi anggaran sebagian besar digunakan untuk kepentingan konsumtif. Keadaan ini menyebabkan realisasi belanja daerah yang besar belum mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara secara signifikan. Dari paparan di atas penulis merasa tertarik untuk mengkaji sejauh mana pengaruh realisasi penanaman modal asing (PMA), realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN), angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1994-2010. 1.2 Rumusan Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang kepala daerah untuk membangun daerahnya masing-masing dengan menggali segala potensi yang ada di daerah tersebut. Untuk membangun suatu daerah maka diperlukan suntikan dana dari pemerintah pusat sebagai modal awal untuk membiayai pembangunan daerah tersebut maka dengan dana yang diberikan oleh pemerintah pusat diharapkan daerah tersebut dapat memacu pembangunan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonominya sehingga nantinya dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat didaerah tersebut. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah PDRB. Oleh karena itu untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dapat diamati dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang mempengruhi pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara adalah faktor realisasi nilai penanaman modal asing (PMA), realisasi nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN), angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh realisasi nilai penanaman modal asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh realisasi nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh realisasi nilai penanaman modal asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. 2. Menganalisis pengaruh realisasi nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. 3. Menganalisis pengaruh jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. 4. Menganalisis pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai bahasan yang sama maupun yang relevant dengan penelitian penulis dengan menggunakan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda khususnya yang menyangkut masalah pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. 2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis terhadap masalah maupun isu-isu yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.