GAMBARAN PERAN DAN STRATEGI SUB RECIPIENT (SR) COMMUNITY TB CARE AISYIYAH DALAM PENANGGULANGAN TB DI KOTA PADANG TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

Transkripsi:

GAMBARAN PERAN DAN STRATEGI SUB RECIPIENT (SR) COMMUNITY TB CARE AISYIYAH DALAM PENANGGULANGAN TB DI KOTA PADANG TAHUN 2011 ABSTRAK Etlidawati*, Jelly Rahmalinda Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia saat ini. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tidak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran dan strategi sub recipient (SR) community TB care aisyiyah dalam penanggulangan TB di kota Padang. Penelitian ini dilakukan dilingkungan civil society Aisyiyah kota Padang yang dilaksanakan pada tahun 2012. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling, Berdasarkan hasil penelitian, peran Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang cukup baik dimana Sub telah melakukan Peran dengan baik yaitu sebanyak 14 0rang (46.7%). Dan strategi Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang cukup baik dimana Sub telah melakukan strategi dengan cukup yaitu sebanyak 15 0rang (50%). Sub (kader dan pengurus) dalam penanggulangan TB diharapkan lebih aktif dan terus meningkatkan peran dan strateginya khususnya di Kota Padang sehingga masalah TB dapat teratasi serta mampu untuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh TB. Keyword : Role, Strategy of recipient (Community TB care SR), Tuberkulosis Alamat Korespondensi : Ns. Etlidawati, M.Kep Akademi Perawatan Aisyiyah Padang

PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia saat ini. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tidak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemis yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh. Diperkirakan jumlah kasus TB paru terutama di Negara berkembang (WHO,2009). Sekitar dua miliar orang dari sepertiga penduduk dunia terkena basil TB dan setengah penduduk dunia meninggal akibat penyakit TB paru terutama di negaraangka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap tahun. Laporan WHO pada tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Tuberkulosis dapat menimbulkan dampak buruk secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Situasi TB di dunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar ( High Burden Countries). Munculnya pandemi HIV/AIDS didunia menambah permasalahan Tuberkulosis. (Depkes RI : 2006) Kurangnya kepatuhan penderita penyakit TB dalam minum obat menyebabkan angka kesembuhan penderita rendah, angka kematian tinggi dan kekambuhan meningkat serta yang lebih fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap beberapa obat anti tuberkulosis atau Multi Drug Resistance, sehingga penyakit TB paru sangat sulit disembuhkan. Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Penerapan strategi DOTS secara baik dan cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR- TB). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien menular. Adapun strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci yaitu: komitmen politis, pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya, pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan oleh PMO, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu serta sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara menyeluruh. Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO (Pengawas Minum Obat), persyaratan seorang PMO adalah sesorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, seseorang yang tinggal dekat dengan pasien dan bersedia membantu pasien dengan suka rela, selain itu seorang PMO harus disegani dan di hormati oleh pasien. (Depkes, RI.2007) Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderi yang dicurigai / Suspect TB.Paru yang berobat kesaranan kesehatan. Perkiraan penderitatbparu BTA(+)16/1000 penduduk. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat penemuan kasu tuberculosis masih mengalami peningkatanya itu tahun 2007sebanyak 3660 kasus,dan tahun 2008 kasustuberculosis masih Tinggi ditemukanya itu sebanyak 3896 kasus. Pada tahun2009 ditemukan 3914 kasusdan pada tahun2010ditemukan sebanyak 3926 kasus yang tersebar dalam 16 kabupaten / kota dalam Propinsi SumateraBara (Dinas KesehatanPropinsiSumateraBarat,2011). Di Kota Padang, TB merupakan masalah kesehatan yang sangat banyak penderitanya.

Terhitung pada data program TB Puskesmas di kota Padang tahun 2009, dari 20 Puskesmas yang ada di kota Padang ditemukan ada 13.300 penduduk yang diperkirakan tersangka TB sedangkan dengan perkiraan (Batang tahan Asam Positif) BTA+ berkisar sekitar 1.323 penduduk. Dari data tersebut didapatkan angka tersangka TB sekitar 3.089 penduduk atau sebesar 8,15% sedangkan angka yang sudah direalisasi BTA+ sebanyak 520 penduduk atau sebesar 39,3%, sedangkan data yang diperoleh tentang kekambuhan TB terdapat 12 penduduk, dan data dengan sembuh sebanyak 393 penduduk dengan persentase 75,5%. Sedangkan pada data program TB Rumah Sakit Umum di kota Padang tahun 2009 dari 7 Rumah Sakit didapatkan angka tersangka TB mencapai 1613 penduduk dengan BTA+ sebanyak 228 penduduk, dan terdapat 3 penderita dengan kasus kekambuhan, sedangkan angka sembuh mencapai 141 penduduk dengan persentase sebesar 61,8%. (Depkes, 2009) Pada tahun 2010, didapatkan data dari data program TB Puskesmas di kota Padang, perkiraan tersangka TB sebanyak 13.610 penduduk dengan BTA+ sebanyak 1.376 penduduk. Dan data realisasi tersangka terdapat 3.708 penduduk dengan persentase 27,2 % dan BTA+ sebanyak 588 penduduk dengan persentase 42,7%. Sedangkan hasil data program TB di RSU di kota Padang dari 7 RS di dapatkan data tersangka TB sebanyak 2.908 penduduk dengan jumlah pasien dengan BTA+ ada 265 penduduk, dan terdapat 13 orang penderita yang kambuh. (Depkes, 2010 ). Besar dan luasnya permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh TB mengharuskan kepada semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam penanggulangan TB. Sebagai organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah Aisyiyah tentu merespon keadaan tersebut. Muhammadiyah - Aisyiyah sebagai kelompok civil society yang berdasarkan keagamaan, mempunyai gerakan al-ma un dimana keadilan social untuk semuaa menjadi ruh gerakannya. Mayoritas orang miskin dan kelompok marginal sulit untuk melakukan usaha-usaha produktif guna memperbaiki taraf hidup keluarganya. Untuk itu dengan semangat al Ma un, Muhammadiyah Aisyiyah ikut berpartisipasi membatu pasien TB agar sembuh dari penyakit yang dideritanya baik secara mandiri maupun bermitra dengan kelompok lain. (SR Aisyiyah Sumatera Barat, 2010) Kepercayaan yang diberikan oleh Global Fund kepada Aisyiyah sebagai penanggung jawab utama dalam program penanggulangan Tuberkulosis cukup beralasan karena kerja sama Aisyiyah dengan Global Fund dalam penanggulangan TB berstrategi DOTS sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu bersama dengan kelompok masyarakat lainnyadi 16 provinsi di Indonesia, melaksanakan kegiatan TB di komunitas yang melibatkan kelompok masyarakat dengan sasaran komunitas di wilayah kumuh, sekolah, pesantren, mesjid, gereja, dan tempat kerja. (SR Aisyiyah Sumatera Barat, 2010) Aisyiyah merupakan satu-satunya kelompok civil society yang diamanahi oleh Global Fund untuk menemukan dan melakukan pencegahan terhadap bahaya TB diseluruh Indonesia disamping Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk saat ini isyiyah telah menunjuk 16 propinsi yang menjadi Sub Recipient (SR) Pencegahan dan Penanggulangan TB di Indonesia, program yang dilaksanakan ini merupakan kegiatan yang berbasiskan kepada Kader Komunitas di masing-masing daerah / SR yang akan bertanggung jawab menemukan dan melakukan pencegahan penyebaran TB di masyarakat dengan menggunakan strategi DOTS (Pengobatan jangka pendek selama 6 bulan dengan melakukan pengawasan langsung terhadap pasien TB). (SR Aisyiyah Sumatera Barat, 2010) Sebagai kelompok masyarakat, komunitas dapat memberikan konstribusi (member manfaat) dalam penanggulangan TB sesuai dengan kemampuan dan kedudukannya di komunitas. Dalam komunitas ada sekelompok orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyebarluaskan

informasi tentang TB dan memotivasi anggota komunitas untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan terdekat. Sekelompok orang tersebut disebut sebagai kader TB komunitas. Melalui kader komunitas inilah, komunitas melakukan perannya dalam penanggulangan TB. Kader TB di komunitas melakukan perannya dalam penanggulangan TB dengan berbagai macam cara dan upaya serta melakukan beragam pendekatan, mulai dari tingkat keluarga dan kemudian di komunitas yang lebih besar. Seperti memberikan penyuluhan tentang TB di dalam keluarga, dan juga melakukan penyuluhan di dalam kelompok-kelompok pengajian dan dalam lingkup yang lebih besar lagi di dalam satu komunitas. Kader TB di komunitas juga melakukan serangkaian kegiatan dalam penemuan kasus, misalnya menemukan suspek (orang yang di duga TB), sebagai PMO dan memastikan pasien TB berobat sampai sembuh. (Principal Recipient TB Aisyiyah, 2009) Aisyiyah Sumatera Barat merupakan salah satu SR, saat ini telah memiliki dua daerah penanggulangan dan pencegahan TB yaitu di Kota Padang dan Kota Pariaman yang disebut dengan Sub-Sub recipient (SSR). Melalui dua daerah inilah Aisyiyah Sumatera Barat akan menjalankan dan melaksanakan program pencegahan serta penanggulangan TB di wilayah Sumatera Barat. (SR Aisyiyah Sumatera Barat, 2010). METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo,2002). Penelitian dilakukan di lingkungan Civil Society Aisyiyah kota Padang. Populasi pada penelitian ini adalah anggota atau staf dalam pengelolaan Community TB Care Aisyiyah Padang yang berjumlah 100 tergabung dalam kepengurusan dan anggota di lingkungan Community TB Care Aisyiyah Padang. Sampel terdiri dari pengurusan dan anggota di lingkungan Community TB Care Aisyiyah Padang yang berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel pengurusan dan anggota di lingkungan Community TB Care Aisyiyah di daerah kota padang di lakukan dengan cara Accidental Sampling di mana anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk di teliti Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian adalah kuesioner dengan teknik pengumpulan data dengan penyebaran angket. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengola data dengan langkah sebagai berikut: Coding, Editing, Entry, cleaning. Setelah semua langkah isian kuesioner terisi penuh dan benar serta telah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat di analisa. Pada analisa data diolah dalam bentuk tabel kemudian di analisa dengan menggunakan prinsip distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Aisyiyah Padang, didapatkan responden sebanyak 30 orang yang merupakan anggota Aisyiyah, terdiri dari 27 orang (90%) kader Aisyiyah, dan 3 orang (10%) pengurus Sub. penelitian yang telah dilakukan terdapat 30 orang responden, yang terdiri dari 1 orang lakilaki (3,3%) dan sebanyak 29 orang perempuan (96,6%). Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikelompokkan bahwa dari 30 orang responden terdapat sebanyak 25 orang masih usia yang produktif (83%), dan 5 orang lainnya sudah masuk kategori lansia (17%). Dan dari tingkat pendidikan 5 orang di antaranya lulusan SI (17%), 4 orang lulusan D3(13%), dan sebanyak 13 orang responden tamatan SMA (43%), sedangkan 8 orang responden tamatan SMP (26,7%).

1. Peran Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam penanggulangan TB di Kota Padang Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang Tahun 2012 Peran Sub Recipient (SR) F % Baik 14 46.7% Cukup 14 46.7% Kurang 2 6.6% Jumlah 30 100% Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dapat dilihat pada tabel 1. didapatkan data bahwa hasil dari 30 orang responden yang memiliki Peran yang Baik dan Cukup sama besar ditandai dengan persentase yang sama yaitu sebanyak 14 orang (46.66%). Berdasarkan hasil kuesioner dapat dilihat 100% responden telah melakukan sosialisasi tentang penanggulangan TB kepada masyarakat, 93 % responden telah mendapatkan pelatihan keterampilan oleh SR Community TB Care Aisyiyah, 93% responden ikut berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal penanggulangan TB, 43% responden telah melakukan upaya preventif (pencegahan) salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi/imunisasi, 63% responden sudah pernah melakukan upaya peningkatan gizi seperti memberikan penyuluhan tentang makanan seimbang pada pasien/ keluarga dengan TB. Sebanyak 80% responden telah pernah melakukan upaya peningkatan sanitasi lingkungan pada pasien dengan TB yang dapat diwujudkan dengan cara menganjurkan klien untuk menjemur kasur, menganjurkan tutup mulut apabila batuk dan melarang untuk tidak membuang dahak di sembarangan tempat, 70% responden mengatakan dengan memberikan penyuluhan atau melakukan diskusi kepada klien atau keluarga tentang peningkatan pendapatan kerja merupakan salah satu upaya pencegahan dalam penanggulangan TB, 73% responden menyatakan pernah melakukan pengobatan (kuratif) dengan cara melakukan penyuluhan, 80% responden telah pernah melakukan perannya sebagai PMO (Pengawas Minum Obat) pada masyarakat. Dalam penelitian ini sudah 100% responden yang telah melakukan sosialisasi tentang penanggulangan TB kepada masyarakat, sehingga ini merupakan langkah yang baik dalam hal penanggulangan TB, dimana masyarakat umum sudah mengetahui tentang TB dan cara penanggulangannya. Dengan persentase ini dapat menunjang keberhasilan peran yang dilaksanakan oleh Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah. Akan tetapi ada sebagian kecil dari responden yaitu 43% yang hanya melakukan perannya dalam upaya pencegahan (preventif) yang diwujudkan dalam pemberian vaksinasi/imunisasi. Peranan dan fungsi Motivator Muhammadiyah Aisyiyah dalam mendukung keberhasilan program sangat penting. Mereka bekerja ditengah-tengah masyarakat dan bersama masyarakat lainnya dapat menemukan penderita, melakukan pengawasan pengobatan, melakukan penyuluhan, pencegahan dan kegiatan lainnnya untuk mencapai tujuan program penanggulangan TB. Sebagai kelompok masyarakat, komunitas dapat memberikan kontribusi (memberi manfaat) dalam penanggulangan TB sesuai dengan kemampuan dan kedudukan dikomunitas. Dalam komunitas ada sekelompok orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyebarluaskan informasi tentang TB dan memotivasi anggota komunitas untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan terdekat (Jaorana Amiruddin,SP,MSi dkk: 2009).

2. Gambaran Strategi Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Strategi Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang Tahun 2012 Strategi Sub Recipient F % (SR) Community TB Care Aisyiyah Baik 14 46.7% Cukup 15 50% Kurang 1 3.3% Jumlah 30 100% Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dapat di lihat pada tabel 5. didapatkan bahwa hasil dari 30 orang responden yang memiliki strategi yang cukup lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki strategi yang baik, strategi cukup sebanyak 50% sedangkan untuk yang memiliki strategi baik hanya sebanyak 46.66% saja. Ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang disebarkan dimana 70% responden telah mampu menemukan langsung pasien dengan TB, 90% responden telah pernah mengantar langsung pasien TB ke unit pelayanan kesehatan, 83% responden telah pernah terlibat secara langsung dalam hal pelayanan pada pasien dengan TB, 60% responden telah pernah melaksanakan dan mengembang riset (penelitian) tentang TB, 100% responden telah melakukan survey langsung kerumah-rumah masyarakat. Dan sebanyak 80% anggota Sub telah mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak terkait dalam penanggulangan TB, 57% responden telah menjamin tersedianya Obat Anti TB (OAT), 73% responden menyatakan Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam penanggulangan TB berfokus pada penemuan dan penyembuhan pasien dengan TB, 63% responden menyatakan Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah melakukan penguatan sumber daya baik sarana, prasarana maupun tenaga, 83% responden menyatakan Aisyiyah telah menjalankan strategi pengobatan jangka pendek selama 6 bulan, 83% responden menyatakan dalam strategi penemuan pasien TB Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah melakukan secara pasif dengan promosi yang aktif. Dari hasil penelitian juga didapatkan sebanyak 70% responden menyatakan Sub dalam menjalankan strateginya juga merespon masalah TB-HIV, 87% responden menyatakan Aisyiyah melakukan system pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan, 43% responden menyatakan Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah pernah melakukan lomba karya tulis ilmiah untuk umum dalam penanggulangan TB, dan 83% responden menyatakan Sub pernah melibatkan masyarakat luas dalam penanggulangan TB. Dapat kita lihat dari hasil penelitian di atas bahwa Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah mampu mewujudkan tujuan dan perhatian utama dari Dinas Kesehatan dan Sub sendiri dalam penanggulangan TB dengan strategi DOTS, dimana Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah telah membuktikan dengan penemuan pasien sedikitnya 70%, dan angka ini telah di dapatkan oleh Aisyiyah. Dalam hal penanggulangan TB ini Sub bekerja sama dengan dinas kesehatan yang mana mempunyai tujuan yang sama dalam penanggulangan TB, Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah telah melakukan perannya dengan strategi DOTS dimana Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah telah mampu mensosialisasikan pentingnya penanggulangan TB kepada

masyarakat dan dibuktikan dengan melakukan survey kerumah-rumah yang dilakukan oleh kader TB. Sebagai kelompok masyarakat, komunitas dapat memberikan kontribusi (manfaat) dalam penanggulangan TB sesuai dengan kemampuan dan kedudukan di komunitas. Dalam komunitas ada sekelompok orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyebarluaskan informasi tentang TB dan memotivasi anggota komunitas untuk berobat ke unit pelayanan terdekat. (Jaorana Amiruddin,SP,MSi dkk: 2009). Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan dengan banyaknya responden berada pada usia produktif sangat mendukung untuk mampu melakukan peran dan strateginya secara baik salah satuya dilihat dari survey yang dilakukan responden kerumah-rumah masyarakat yang memiliki persentase sebanyak 100%. Dan dengan adanya responden yang memiliki pendidikan tinggi semakin memperkuat untuk mampu melakukan tugas dengan baik. Dapat dilihat pada peran responden yang melakukan sosialisasi tentang penanggulangan TB terhadap masyarakat yang memiliki persentase sebanyak 100%. KESIMPULAN DAN SARAN Peran Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang cukup baik dimana Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah telah melakukan Peran dengan baik dan cukup yaitu sebanyak 14 0rang (46.7%). Strategi Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah dalam Penanggulangan TB di Kota Padang cukup baik dimana Sub Recipient (SR) Community TB Care Aisyiyah telah melakukan strategi dengan cukup yaitu sebanyak 15 0rang (50%). Bagi Aisyiyah (kader dan pengurus) dalam Penanggulangan TB diharapkan lebih aktif dan terus meningkatkan peran dan strateginya khususnya di Kota Padang sehingga masalah TB dapat teratasi. Bagi Tenaga Kesehatan khususnya para perawat mampu bekerjasama dengan Sub dan Dinas Kesehatan dalam Penanggulangan TB untuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh TB, serta mampu menciptakan lingkungan sehat dan bersih. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi.(2006), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka Cipta. (2010), Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta. Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru. (2007). Kesehatan Paru Masyarakat Aku Ingin Sembuh Dari TB Sumatera Barat Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis. Jakarta (2006). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta (2009). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis, Jakarta Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.(2008). Pelatihan DOTS. Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Pelaksanaan Di Indonesia. Indah Offset Citra Grafika. Notoatmodjo. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Prilaku Kesehatan. Yogyakarta. Andi Offset.. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta.

Principal Recipient TB Aisyiyah, 2009. Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis Bagi Kader Komunitas. Jakarta Sub Recipient ( SR) Aisyiyah Sumatera Barat.2010. Laporan Singkat Pelaksanaan Program Pencegahan & Penggulangan TB. Sumatera Barat Sub Recipient Community TB Care Aisyiyah.2010. Daftar Penemuan Suspek dan BTA (+). Sumatera Barat.