BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Industri

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja. (Studi Kasus : PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan peningkatan kontribusi yang baik kedalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN I-1

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Powered by TCPDF (

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA 0,8 0,6 0,4 0,2. Ringan Berat Mati 0,69

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 78 TAHUN 2006 TENTANG SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008). Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mendapat perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Jamsostek, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia mulai tahun 2007-2011 No Tahun Jumlah Kasus 1. 2007 83.714 kasus 2. 2008 94.736 kasus 3. 2009 96.314 kasus 4. 2010 98.771 kasus 5. 2011 99.491 kasus (Sumber: www.jamsostek.co.id)

Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia selalu mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya, terhitung mulai dari tahun 2007 dengan 83.714 kasus hingga pada tahun 2011 dengan 99.491 kasus. Persyaratan di dalam keselamatan kerja mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan cara kerja. Persyaratan menurut undang-undang No.1 tahun 1970 adalah mencegah dan mengurangi kecelakaan, mencegah terjadinya kebakaran, memberi kesempatan dan jalan penyelamatan diri dalam kejadian kebakaran dan memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Salah satu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi dan sangat berbahaya adalah petugas pemadam kebakaran (Ramli, 2010). Kebakaran merupakan bencana yang patut diwaspadai di perkotaan. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indragiri Hilir disingkat BPBD Kab. adalah satuan kerja perangkat daerah baru yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah kabupaten Indragiri Hilir nomor 09 tahun 2010. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang disebut BPBD juga merupakan perangkat daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana kebakaran, fungsi yang diselenggarakan BPBD antara lain fungsi koordinasi, fungsi komando dan fungsi pelaksana. Berdasarkan mulai awal, yang penulis lakukan pada instansi BPBD yang beralamat di jalan Swarna Bumi No 01 adalah dengan melakukan observasi secara langsung pada pimpinan pelaksana, sekretaris, ketua regu juga petugas lapangan, maka diperoleh berberapa permasalahan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas pemadam kebakaran mulai dari tahun 2009-2012, angka kecelakaan kerja cendrung mengalami peningkatan, tentunya hal ini sangat menghawatirkan. I-2

Berikut data angka kecelakaan yang terjadi pada petugas pemadam kebakaran kota Tembilahan dari Tahun 2009-2012. Tabel 1.2 Jumlah angka kecelakaan bencana kebakaran Tahun (Jumlah korban dan bencana kebakaran) Frekuensi Parameter 2009 2010 2011 2012 Penilaian KK BK KK BK KK BK KK BK KK BK % Ringan 8 9 8 10 35 45.45 Sedang 2 25 4 19 4 9 8 24 18 77 23.37 Berat 1 1 0 1 3 3.90 Sumber : BPBD (Badan penanggulangan bencana daerah (2013) *KK : Kecelakaan kerja *BK : Bencana kebakaran 12 10 8 6 4 2 0 2009 2010 2011 2012 ringan sedang berat Gambar 1.1 Grafik perbandingan jumlah angka kecelakaan yang terjadi tahun 2009-2012 Yang dimaksud dengan dampak kecelakaan kategori ringan pada Tabel 1.2 diatas adalah luka ringan atau sakit ringan yang dialami oleh korban dan tidak mengalami kehilangan hari kerja, sedangkan untuk dampak kecelakaan kategori sedang adalah korban menderita luka berat, parah atau sakit dengan perawatan intensif (kehilangan hari kerja) dan dampak kecelakaan kategori berat adalah korban meninggal dunia atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja kembali). Berdasarkan Tabel 1.2 diperoleh persentasi tingkat kecelakaan kerja setiap tahunnya untuk kategori ringan yaitu 45.45% petugas mengalami luka ringan, tidak kehilangan hari kerja, sedangkan untuk kategori sedang dengan jumlah 23.58%, petugas menderita luka berat dan kehilangan hari kerja. Kategori berat I-3

sebesar 3.90% maka petugas mengalami cacat atau kematian, terlihat bahwa persentase kecelakaan kategori ringan, sedang dan berat sangat menghawatirkan keadaan petugas maka persentase tersebut perlu diketahui penyebab dasar kerap nya terjadi kecelakaan agar bisa diminimumkan. Penyebab kecelakaan kerja terjadi dikarenakan perbuatan dan tindakan kerja yang tidak aman oleh petugas pemadam kebakaran, sebagai contoh tidak mau menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, salah dalam menggunakan alat keselamatan yang telah disediakan dan metode kerja yang salah dan tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja. Kondisi yang tidak aman yaitu kondisi dilingkungan kerja baik alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan sebagai contoh menggunakan alat yang sudah rusak, tangga yang rusak atau patah, dan penerangan yang kurang baik. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan. Berikut berberapa contoh kecelakaan kerja yang pernah dialami petugas pemadam kebakaran terjadi di BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah): Tabel 1.3 Data kecelakaan kerja petugas pemadam kebakaran No Waktu Lokasi Penjelasan Kejadian Akibat Kecelakaan 1. Kamis malam, 31 mei 2012, Pukul 23.30 WIB Jl. H. Arief Gg. Kampung baru VII, RT 02, RW 03, Tembilahan Ketika petugas pemadam mengambil pipa/selang air, dan melakukan penyemprotan ke titik api, petugas tertimpa reruntuhan kayu/bangunan Terjatuh, Luka berat, memar, 2. Selasa, 21 Agustus 2012, Pukul 04.20 WIB 3. Minggu, 28 Oktober 2012, Pukul 08.15 WIB Jl. Tanjung Periok Jl. Jendral Sudirman, Gg Cendrawasih 1, RT 5, RW 4 yang hangus terbakar Saat Petugas tiba di lokasi bencana, listik dalam keadaan mati, tidak ada penerangan, sehingga mengakibatkan salah satu petugas yang berada di atas mobil pemadam terjatuh dikarenakan kepalanya tersangkut dikabel listrik jalan Ketika petugas pemadam mengambil pipa/selang air, dan melakukan penyemprotan ke titik api, petugas tertimpa reruntuhan kayu/bangunan yang hangus terbakar Sumber : BPBD (Badan penanggulangan bencana daerah (2013) Patah gigi dan patah tulang tangan Luka berat, memar, I-4

Metode kerja yang selama ini berjalan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pemadam kebakaran hanya berdasarkan intruksi-intruksi kerja dari pimpinan atau atasan saja, sehingga sering terjadi kekeliruan petugas dalam menerima penyampaian intruksi kerja atau kesalahan penerimaan informasi yang akan mengakibatkan keselahan didalam pelaksanaan dilapangan. Kemudian permasalahan yang juga ditemukan pada kondisi lapangan adalah APD (Alat Pelindung Diri) yang masih minim. Dengan minimnya peralatan alat pelindung diri dapat menimbulkan kecelakaan seperti kecelakaan jalan raya, sengatan listrik, ledakan benda kimiawi, puing-puing kebakaran di dalam mananggulangi bencana kebakaran. Sumber : BPBD (Badan penanggulangan bencana daerah (2013) Gambar 1.2 Pekerja belum menggunakan APD sesuai standar operasi kerja saat melakukan tugas Berdasarkan gambar 1.2 terlihat bahwa alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja yang dibutuhkan oleh petugas pemadam Tembilahan yang ada sangat minim dan belum memenuhi standar, bisa kita perhatikan berberapa potongan gambar yang ada di atas petugas terlihat belum mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu safety, helm safety, jaket atau seragam anti api, memadamkan api tanpa mengenakan perlengkapan yang aman/lengkap tentunya sangat beresiko dan berbahaya, seperti bahaya terkena I-5

luka bakar oleh api, gangguan pernafasan karena asap kebakaran, terkena potongan kayu yang hangus atau reruntuhan kayu/bangunan yang hangus. Berikut adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pemadam kebakaran Tembilahan Kota pada tahun 2012. Tabel 1.4 Sarana dan Prasarana Pendukung BPBD Pemadam Kebakaran tahun 2012 NO Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Mobil Pemadam 3 buah 2. Pick Up 1 buah 3. Kendaraan Roda Dua 11 buah 4. Kapal Pemadam 28 buah 5. Selang 21 buah 6. Nozzle 30 buah 7. Radio HT/FM 20 buah 8. Tenda Penampungan 4 buah 9. Peta Daerah Rawan Bencana 1 buah 10 Ficsimile 1 buah Sumber : BPBD (Badan penanggulangan bencana daerah (2013) Dari Tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki BPBD masih minim, dikarenakan berberapa APD yang sangat penting seperti helm, sarung tangan, sepatu safety, jaket anti api, belumlah tersedia, hal ini sangat menghawatirkan kondisi seluruh petugas didalam menanggulangi bencana kebakaran, apabila tidak disikapi lebih cepat khawatir kecelakaan kerja akan terus semakin sering terjadi. Maka untuk menyikapi keseluruhan permasalahan diatas tersebut perlu adanya penyusunan SOP (Standard Operating Procedure) untuk pemadam kebakaran dalam penanganan bencana kebakaran, diharapkan kondisi real yang berjalan dilapangan benar-benar mengacu terhadap penyusunan SOP, sehingga penyusunan SOP untuk kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan kerja yang dialami petugas pemadam kebakaran dan penarapan K3 bisa berjalan lebih baik. I-6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah masih tingginya angka kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas pemadam kebakaran tahun 2009-2012, angka kecelakaan kerja yang mengalami peningkatan, minimnya APD yang tersedia sehingga tidak mencukupi secara keseluruhan petugas. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka permasalahan yang diangkat adalah Bagaimana Penerapan Root Cause Analysis dan ANZI Z16.1 untuk Penyusunan SOP keselamatan dan kesehatan kerja (K3) BPBD divisi pemadam kebakaran Kota Tembilahan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi serta minim nya APD yang tersedia 2. Menganalisa bagaimana pelaksanaan dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada tingkat frekuensi kecelakaan dengan RCA (Root Cause Analysis) dan ANSI Z16.1 3. Menyusun SOP ( Standard Operating Procedure) kesehatan dan keselamatan kerja untuk BPBD divisi pemadam kebakaran 1.4 Batasan Masalah Diperlukan ruang lingkup atau batasan yang jelas dalam melakukan penelitian agar pembahasan dapat lebih terarah dan jelas. Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data kecelakaan kerja dimulai pada tahun 2009-2012 2. Permasalahan yang dibahas khusus divisi pemadam kebakaran, mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja, tingginya angka kecelakaan kerja, minimnya alat pelindung diri hingga perlu melakukan tindakan dengan menyusun SOP kesehatan dan keselamatan kerja untuk menekan kecelakaan kerja petugas dalam menanggulangi bencana kebakaran kota Tembilahan. I-7

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan nantinya, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengetahui dan memperluas pandangan penulis sekaligus melakukan perbandingan antara ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Memberikan solusi bagi instansi BPBD pemadam kebakaran atas penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Dengan melakukan penambahan APD juga melakukan penyusunan SOP. Sehingga keseluruhan petugas lebih mudah untuk memahami prosedur kerja terlebih dahulu sebelum bekerja dilapangan. Maka penurunan angka kecelakaan diharapkan mampu diminimumkan. 1.6 Posisi Penelitian Agar dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan penyalinan maka perlu ditampilkan posisi penelitian, berikut adalah tampilan posisi penelitian. Tabel 1.5 Posisi Penelitian Tugas Akhir Kriteria Judul Penelitian Tujuan Penelitian Faisal (2008) Penelitian Poni Ratnawati (2010) Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota pekanbaru Implementasi FTA & ANSI Z16.1 untuk penyusunan SOP Keselamatan Kerja Di galangan Kapal PT. Perikanan Nusantara Cabang Surabaya Menganalisa Bagaimana Pelaksanaan dari keselamatan dan kesehatan kerja serta mengetahui tingkat frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kerja Mengidentifikasi berbagai penyebab kecelakaan kerja dengan metode Fault Tree Analysis berdasarkan pada data kecelakaan, menghitung tingkat keselamatan den cidera kerja berdasarkan ANSI Z16.1 Objek Penelitian Dinas pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru PT. Perikanan Nusantara Cabang Surabaya Metode Kuesioner, perhitungan bobot mengunakan korelasi FTA, ANSI Z16.1 I-8

Tabel 1.6 Posisi Penelitian Tugas Akhir (Lanjutan) Kriteria Judul Penelitian Tujuan Dhinar Tiara Luckyta (2012) Penelitian Oky Bisma Thama Putra (2013) Evaluasi dan perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dalam rangka perbaikan safety behavior pekerja Penerapan Root Cause Analysis dan ANZI Z16.1 untuk Penyusunan SOP keselamatan dan kesehatan kerja (K3) BPBD divisi pemadam kebakaran kab, Inhil Mengevaluasi SMK3 perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe behavior pekerja dengan menggunakan root couse analysis Mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi serta minim nya APD yang tersedia dan Menyusun SOP (Standar Operating Prosedure). Objek Penelitian PT. X, Sidoarjo Badan Penanggulang an Bencana Daerah (BPBD) Kab Inhil. Metode RCA, safety behavior and unsafe behavior dan HFMEA RCA, ANSI Z16.1 dan SOP 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan penelitian Tugas Akhir dengan judul Penerapan RCA (Root Cause Analysis) dan ANZI Z16.1 untuk Penyusunan SOP keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada BPBD pemadam kebakaran Kota Tembilahan dapat dilihat sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, posisi penelitian serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung permasalahan, sehingga peneliti memiliki dasar dalam melakukan penelitian dan dapat menyelesaikan masalah yang dibahas. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan dan menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian. I-9

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini, dijabarkan semua data-data yang diperlukan dalam penelitian, baik itu data primer maupun data sekunder. BAB V ANALISA Bab ini memuat pembahasan terhadap hasil pengumpulan dan pengolahan data. BAB VI PENUTUP Menguraikan tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan pembahasan serta mencoba memberikan saran-saran sebagai langkah untuk menyelesaikan masalah yang ada. DAFTAR PUSTAKA I-10