IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

PROFIL PEMBANGUNAN KALIMANTAN BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

UU 47/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN NUNUKAN, KABUPATEN MALINAU, KABUPATEN KUTAI BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Kalimantan Timur. Lembuswana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

BPS KABUPATEN BATU BARA

BAB IV GAMBARAN UMUM

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2. Wilayah Indonesia terbentang dari timur ke barat yaitu mulai dari Merauke sampai dengan Sabang dan dari utara ke selatan yaitu dari kepulauan terluar Natuna maupun Kepulauan Sangir Talaud hingga Pulau Christmas. Sebagai kosekuensi dari negara kepulauan maka Indonesia memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain baik di darat maupun di laut. Di wilayah laut panjang garis batas mencapai 108.000 km, dimana Indonesia berbatasan dengan 10 negara yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan Timor Leste. Sedangkan di darat panjang garis perbatasan mencapai 29.141 km, di mana Indonesia berbatasan dengan tiga negara yaitu Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste. Daerah-daerah yang berbatasan darat dengan negara tetangga antara lain Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur berbatasan dengan Malaysia, Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste dan Papua berbatasan dengan Papua New Guinea. Gambaran umum dan karakteristik daerah perbatasan darat pada empat propinsi yaitu Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Papua dapat di deskripsikan sebagai berikut : 4.1 Propinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia. Lima kabupaten yang merupakan daerah perbatasan yaitu Kabupaten Sanggau, Kapuas Hulu, Sambas, Sintang dan Bengkayang. Panjang garis batas pada lima kabupaten ini mencapai 847,3 kilometer yang melintasi 98 desa pada 14 kecamatan. Daerah perbatasan negara di Kalimantan Barat sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan laut (dpl), kecuali sebagian kecil dataran tinggi di sekitar Gunung Niut di Bengkayang dan Gunung Lawit di Kapuas Hulu. Kondisi geografis tersebut, berpengaruh 46

terhadap persebaran penduduk yang sebagian besar berada di daerah dataran rendah. Misalnya wilayah Kapuas Hulu yang memiliki daerah dataran tinggi lebih banyak memiliki kepadatan penduduk rendah. Gambar 6 Peta Daerah Perbatasan di Kalimantan Barat. Gambar 6 di atas memperlihatkan daerah perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat. Dari lima kabupaten yang merupakan daerah perbatasan di Kalimantan Barat, terdapat dua pintu lintas batas yang resmi yaitu di Entikong Kabupaten Sanggau dan di Nanga Badau Kabupaten Kapuas Hulu. Pada dua entry point ini terdapat fasilitas Custom, Immigration, Quarantyne and Security (CIQS) yang cukup baik. 4.1.1 Kabupaten Sanggau Kabupaten Sanggau yang berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan luas 12.858 km² atau mencapai 12,47 persen dari total luas Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara atronomis Kabupaten Sanggau terletak pada posisi 10 LU 0,60 LS & 109,80-111,30 BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sanggau dibatasi oleh: - Utara : Sarawak - Selatan : Kab. Ketapang - Timur : Kab. Sekadau dan Sintang - Barat : Kab. Landak dan Kab. Pontianak 47

Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Sanggau terbagi dalam 15 wilayah kecamatan, 159 desa dan 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 388.909 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 30 jiwa/km². Jarak tempuh untuk mencapai ibukota propinsi mencapai 267 km. Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sanggau mencapai +129,5 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sekayam dan Kecamatan Entikon. Wilayah Kecamatan Sekayam dan Kecamatan Entikong meliputi 10,48 persen dari luas wilayah Kabupaten Sanggau. Gambar 7 di bawah memperlihatkan batas-batas administratif Kabupaten Sanggau. Gambar 7 Peta Administratif Kabupaten Sanggau. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sanggau pada tahun 2008 mencapai 3,49 persen atau mengalami perlambatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 5,48 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 11,043 juta. Tabel 3 di bawah ini memperlihatkan perkembangan kondisi makro ekonomi Kabupaten Sanggau. 48

Tabel 3 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Sanggau Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 6.833.346 4,96 2005 7.830.829 5,68 2006 8.897.426 8,23 2007 10.126.851 5,48 2008 11.043.154 3,49 Sumber : BPS Kabupaten Sanggau, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Sanggau tahun 2008 sebagaimana ditunjukan oleh Gambar 8 didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 38 persen, sektor industri pengolahan sebesar 25 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19 persen. Sedangkan sektor lain seperti konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-8 persen. 2% 3% 8% 19% 38% 4% 0% 25% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA 1% Gambar 8 Struktur Ekonomi Kabupaten Sanggau Tahun 2008. Salah satu indikator yang dipergunakan untuk melihat perkembangan kinerja pembangunan manusia di suatu daerah dari tahun ke tahun adalah Indeks 49

Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indeks komposit yang menggambarkan pencapaian dan tantangan dalam bidang harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Sanggau dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Sanggau mencapai angka 67,64, mengalami peningkatan sebesar 1,44 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 6,64 point dibanding periode sebelum otonomi daerah tepatnya tahun 1999. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 67,61 tahun, angka melek huruf mencapai 89,92 persen, rata-rata lama sekolah mencapai 6,4 tahun dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 609.800,-. Perkembangan secara lengkap capaian kinerja pembangunan manusia apat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Sanggau Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 66,5 66,3 66,9 67 67,50 67,61 2. Angka Melek Huruf (%) 81,8 83,9 88,5 89,1 89,10 89,92 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 567,6 572,4 593,7 597,4 604,43 609,80 4. Indeks Pembangunan Manusia 61,0 62,2 65,5 66,2 66,98 67,64 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 9,84 10,55 7,97 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Barat, 2009. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Sanggau tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 10,5 persen atau meningkat 0,7 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sanggau mengalami penurunan menjadi 7,9 persen. 50

4.1.2 Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang yang berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan luas 5.396,50 km² atau mencapai 3,68 persen dari total luas Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara atronomis Kabupaten Bengkayang terletak pada posisi 0 0 33-2 0 08 Lintang Utara dan 108 0 39-110 0 04 Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Bengkayang dibatasi oleh: - Utara : Sarawak - Selatan : Kab. Pontianak - Timur : Kab. Sangau dan Kab.Landak - Barat : Laut Natuna dan Kota Singkawang Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Bengkayang terbagi dalam 17 wilayah kecamatan dan 119 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 205.675 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 38 jiwa/km². Jarak tempuh untuk mencapai ibukota propinsi mencapai 267 km. Garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Bengkayang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding. Wilayah Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding meliputi 6,6% dari luas wilayah Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Jagoi Babang memiliki luasan 655 km 2 atau 3%, dan Kecamatan Siding 563,3 Km 2 atau 3,3%. Batas administratif Kabupaten Bengkayang dapat terlihat pada Gambar 9 di bawah ini. 51

Gambar 9 Peta Administratif Kabupaten Bengkayang. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkayang pada tahun 2008 mencapai 5,77 persen atau mengalami perlambatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 6,12 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 9,396 juta. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Bengkayang diperlihatkan oleh Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Bengkayang Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 5.471.735 6,68 2005 6.552.837 9,07 2006 7.386.998 6,29 2007 8.338.576 6,12 2008 9.396.527 5,77 Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Bengkayang tahun 2008 seperti terlihat dalam Gambar 10 didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 46 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26 persen. Sedangkan sektor lain 52

seperti konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-7 persen. 3% 4% 7% 46% 26% 7% 0% 5% 2% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA Gambar 10 Struktur Ekonomi Kabupaten Bengkayang Tahun 2008. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Bengkayang dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Bengkayang mencapai 66,32, mengalami peningkatan sebesar 1,72 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 3,22 point dibanding periode awal pelaksanaan otonomi daerah tepatnya tahun 2002. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 68,40 tahun, angka melek huruf mencapai 88,68 persen dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 594.100,-. Pencapain kinerja pembangunan manusia Kabupaten secara lengkap terlihat pada Tabel 6 di bawah ini. 53

Tabel 6 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Bengkayang Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) - 67,1 67,2 68 68,30 68,40 2. Angka Melek Huruf (%) - 83,5 85,4 85,9 86,79 88,68 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) - 577,8 588,5 591,5 592,23 594,10 4. Indeks Pembangunan Manusia - 63,1 63,9 64,6 65,70 66,32 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 13,63 14,63 11,88 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Barat, 2009. Sama halnya dengan Kabupaten Sanggau, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Bengkayang tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 14,63 persen atau meningkat 1 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bengkayang mengalami penurunan menjadi 11,88 persen. 4.1.3 Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas yang berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan luas 6.395,70 km 2 atau sekitar 4,36 % persen dari total luas Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara atronomis Kabupaten Sambas terletak pada posisi 0 0 33-2 0 08 Lintang Utara dan 108 0 39-110 0 04 Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Sambas dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Sarawak (MalaysiaTimur) - Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang - Sebelah Timur : Sarawak dan Kabupaten Bengkayang - Sebelah Barat : Laut Natuna. Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Sambas terbagi dalam 16 wilayah kecamatan dan 183 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 491.077 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 77 jiwa/km². Panjang garis batas 54

Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sambas mencapai + 97 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh. Wilayah Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh meliputi 39,71 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas. Pembagian wilayah Kabupaten Sambas secara lengkap ditunjukan oleh Gambar 11 berikut ini. Gambar 11 Peta Administratif Kabupaten Sambas. Tabel 7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan kondisi makro ekonomi Kabupaten Sambas. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas pada tahun 2008 mencapai 5,56 persen atau mengalami percepatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 5,38 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 9,554 juta. 55

Tabel 7 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Sambas Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 6.044.279 7,95 2005 6.854.527 3,35 2006 7.664.360 3,95 2007 8.554.411 5,38 2008 9.554.534 5,56 Sumber : BPS Kabupaten Sambas, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Sambas tahun 2008 sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar 12 di bawah ini didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 43 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 11 persen. Sedangkan sektor lain seperti konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 3-5 persen. 4% 5% 5% 43% 29% 3% 0% 11% 0% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA Gambar 12 Struktur Ekonomi Kabupaten Sambas Tahun 2008. Tabel 8 di bawah ini menunjukan perkembangan capain kinerja pembangunan manusia Kabupaten Sambas. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Sambas dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang 56

meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Sambas mencapai 63,01, mengalami peningkatan sebesar 1,11 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 7,21 point dibanding periode sebelum otonomi daerah tepatnya tahun 1999. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 60,48 tahun, angka melek huruf mencapai 89,50 persen, dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 607.200,-. Tabel 8 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Sambas Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 56,8 58,0 59,1 60,1 60,30 60,48 2. Angka Melek Huruf (%) 82,0 89,3 88,7 89,5 89,50 89,50 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 569,5 580,1 593,2 596,2 597,04 607,20 4. Indeks Pembangunan Manusia 55,8 59,3 60,8 61,9 62,13 63,01 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 15,10 16,77 14,00 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Barat, 2009. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Sambas tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 16,77 persen atau meningkat 1,67 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sambas mengalami penurunan menjadi 14 persen. 4.1.4 Kabupaten Sintang Kabupaten Sintang yang berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan luas wilayah 21.635 Km2 atau 3,51 persen dari total luas Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara atronomis Kabupaten Sintang terletak pada posisi 1 5 LU & 1 21 LS dan 109, 110º50 & 113 20 BT 10 LU 0,60 LS & 109,80-111,30 BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sintang dibatasi oleh: - Utara : Malaysia Timur / Serawak 57

- Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi - Barat : Kabupaten Sanggau, Sekadau dan Ketapang - Timur : Kabupaten Kapuas Hulu Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Sintang terbagi dalam 14 wilayah kecamatan, 178 desa, 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 365.058 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 17 jiwa/km². Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sintang mencapai +143 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Ketungau Hulu, dan Ketungau Tengah. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan meliputi luasan 4.320,6 Km2 atau 19,97% dari total luas Kabupaten Sintang. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Ketungau Tengah yang meliputi 10,1% dari Luas Kabupaten Sintang. Batas wilayah administratif Kabupaten Sintang diperlihatkan Gambar 13 berikut ini.. Gambar 13 Peta Administratif Kabupaten Sintang. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang pada tahun 2008 mencapai 4,63 persen atau mengalami perlambatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 5,16 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 8,502 juta. Capaian kinerja ekonomi Kabupaten Sintang terlihat pada Tabel 9 berikut ini. 58

Tabel 9 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Sintang Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 5.815.248 2,86 2005 6.359.097 4,61 2006 6.936.474 5,01 2007 7.676.791 5,16 2008 8.502.524 4,63 Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2009 Struktur ekonomi Kabupaten Sintang tahun 2008 seperti terlihat pada Gambar 14 di bawah didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 41 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 24 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 9 persen. Sedangkan sektor lain seperti konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 3-7 persen. 3% 3% 9% 41% 24% 7% 0% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 9% 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA Gambar 14 Struktur Ekonomi Kabupaten Sintang Tahun 2008. 4% Indeks pembangunan manusia Kabupaten Sintang dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM 59

Kabupaten Sintang mencapai 67,64, mengalami peningkatan sebesar 1,44 point dibanding tahun 1995 atau meningkat 6,64 point dibanding periode sebelum otonomi daerah tepatnya tahun 1999. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 67,61 tahun, angka melek huruf mencapai 89,92 persen, rata-rata lama sekolah mencapai 6,4 tahun dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 609.800,-. Perkembangan capaian kinerja pembangunan manusia Kabupaten Sintang secara lengkap terlihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Sintang Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 66,0 66,6 67,0 67,4 67,50 67,68 2. Angka Melek Huruf (%) 79,6 82,8 85,4 86,2 86,20 90,41 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 569,4 569,6 592,4 595,8 597,15 599,60 4. Indeks Pembangunan Manusia 60,3 61,6 64,3 65,1 65,66 66,89 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 19,09 19,80 17,10 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Barat, 2009. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Sintang tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 19,80 persen atau meningkat 0,71 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sintang mengalami penurunan menjadi 17,10 persen. 4.1.5 Kabupaten Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak di ujung paling Timur Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan luas 29.842 km 2. Secara atronomis Kabupaten Kapuas Hulu terletak pada posisi 0 0 08 LU sampai 1 0 36 LU dan 111 0 32 sampai 114 0 09 BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Utara : Serawak (Malaysia Timur) 60

- Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang - Barat : Kabupaten Sintang - Timur : Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah. Sampai dengan tahun 2008 Kabupaten Kapuas Hulu terbagi dalam 23 wilayah kecamatan, 154 desa dan 4 kelurahan dengan jumlah penduduk pada mencapai 218.804 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 7 jiwa/km². Konsentrasi penduduk berada di kecamatan Putusibau yang persentasenya mencapai 8 persen. Kabupaten Kapuas Hulu sebagaimana terlihat pada Gambar 15 di bawah memiliki tujuh kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia, yaitu Kecamatan Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Putussibau, Kecamatan Kedamin, dan Empanang. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan sebesar 15.770,6 km 2 atau 52,85% dari total luas Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Kedamin seluas 5.352,3 Km2 (17,94%), sedangkan Kecamatan perbatasan terkecil seluas 357,25 km2 (1,20%). Gambar 15 Peta Administratif Kabupaten Kapuas Hulu. 61

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2008 mencapai 3,55 persen atau mengalami perlambatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 3,42 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 8,801 juta. Perkembangan kinerja makro ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu terlihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 6.400.090-0,76 2005 6.665.280 0,56 2006 7.367.918 4,07 2007 7.800.718 3,42 2008 8.801.660 3,55 Sumber : BPS Kabupaten Kapuas Hulu, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2008 didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 35 persen, sektor konstruksi 22 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16 persen serta sektor jasa-jasa sebesar 12 persen. Sedangkan sektor lain seperti konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-6 persen. Gambar 14 berikut ini memperlihatkan struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu secara lengkap. 62

12% 4% 6% 35% 16% 1% 0% 4% 22% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA Gambar 16 Struktur Ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2008. Capaian kinerja pembanguna manusia Kabupaten Kapuas Hulu terlihat pada Tabel 12 di bawah ini. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Kapuas Hulu dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Kapuas Hulu mencapai 69,26, mengalami peningkatan sebesar 1,06 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 8,34 point dibanding periode sebelum otonomi daerah tepatnya tahun 1999. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 66,26 tahun, angka melek huruf mencapai 92,55 persen dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 626.310,-. Tabel 12 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 64,5 65,3 65,8 65,9 66,20 66,28 2. Angka Melek Huruf (%) 82,8 85,1 89,3 90,2 90,16 92,55 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 570,1 579,6 615,3 621,9 626,31 626,31 4. Indeks Pembangunan Manusia 60,8 62,7 67,4 68,2 68,70 69,26 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 16,90 17,76 15,05 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Barat, 2009. 63

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 17,76 persen atau meningkat 0,86 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kapuas Hulu mengalami penurunan menjadi 15,05 persen. 4.1.6 Perbandingan dengan Negara Malaysia Apabila capaian kinerja pembangunan ekonomi yang direfleksikan oleh PDRB perkapita dan capaian kinerja pembangunan manusia yang direfleksikan oleh IPM dibandingkan dengan negara tetanga yaitu Malaysia maka akan terlihat perbedaan yang cukup besar dari capaian kinerja kedua indikator tersebut. Indeks Pembangunan Manusia Malaysia dan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat sama-sama menunjukkan trend yang meningkat dengan besaran yang jauh berbeda. Pada tahun 2005 IPM Malaysia mencapai 82,1 dan mengalami peningatan menjadi sebesar 82,90 pada tahun 2007. Sedangkan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2005 memiliki IPM maksimal sebesar 67,4 yang dicapai oleh Kabupaten Kapuas Hulu dan meningkat menjadi 69,26 pada tahun 2007. Perbedaan nilai kedua daerah ini pada tahun 2005 sebesar 13,9 point dan mengalami penurunan menjadi sebesar 13,6 pada tahun 2007. Menurunnya perbedaan ini bermakna bahwa akselerasi capaian kinerja pembangunan manusia daerah perbatasan lebih baik dibandingkan Negara Malaysia. Capaian kinerja pembangunan ekonomi yang diperlihatkan oleh nilai PDRB perkapita kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat menunjukkan peningkatan, begitu pula dengan PDB perkapita Negara Malaysia yang juga memperlihatkan trend yang meningkat. Pada tahun 2004, PDRB perkapita terbesar kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat dicapai oleh Kabupaten Sanggau yaitu sebesesar 736 US Dollar (kurs tengah BI tahun 2004, 1 US Dollar = Rp. 9.290) yang selanjutnya meningkat menjadi 986 US Dollar (kurs tengah BI tahun 2006, 1 US Dollar = Rp. 9.020) pada tahun 2006. Sedangkan PDB perkapita Malaysia pada tahun 2004 mencapai 4.758 US Dollar 64

dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 5.780 US Dollar. Perbedaan capain kinerja ekonomi kedua wilayah pada tahun 2004 sebesar 4.022 US Dollar dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 4.794 US Dollar. Kondisi ini memperlihatkan akselerasi capaian kinerja ekonomi negara tetangga lebih baik dibandingkan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat. Kondisi ini disebabkan karena struktur ekonomi yang berbeda dimana kelima kabupaten perbatasan bertumpu pada sektor pertanian sedangkan Malaysia lebih bertumpu pada sektor industri, perdagangan dan jasa-jasa. Selain itu juga kelima daerah perbatasan tersebut juga merupakan pasar yang potensial bagi produk Malaysia sehingga interaksi kedua wilayah lebih menguntungkan Malaysia. 4.2 Propinsi Kalimantan Timur Propinsi Kalimantan Timur terdiri atas 11 kabupaten dan 4 kota di mana dari 11 kabupaten, 3 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia. Tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan yaitu Kabupaten Kutai Barat, Malinau dan Nunukan. Wilayah perbatasan negara di Kalimantan Timur membentang dari Utara-Selatan sepanjang 1.038 kilometer dengan luas sekitar 57.731,64 kilometer persegi. Secara astronomis wilayah ini terletak pada 4 20 dan 1 20 Lintang Utara, dan 113 35 Bujur Timur. Sedangkan secara geografis wilayah ini di sebelah barat dan utara berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah dan Serawak, di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat, sedangkan sebelah Timur dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Wilayah ini juga berada di jalur pelayaran nasional dan internasional dan merupakan outlet Kalimantan ke Asia Pasifik. Wilayah perbatasan Kalimantan Timur meliputi kawasan pantai/laut dan daratan/pegunungan. Dengan Serawak terdapat pegunungan Iban yang membujur dari utara-selatan dan kemudian membelok ke barat, di pegunungan Kapuas Hulu. Di samping pegunungan Iban, juga terdapat pegunungan Batu Ayu, yang membujur dari timur ke barat. Di bagian utara di Kecamatan Pulau Sebatik berbatasan dengan Negara Malaysia Timur, sedangkan Kabupaten Nunukan berbatasan laut dengan Kota Tawau. 65

Gambar 17 Peta Daerah Perbatasan di Kalimantan Timur. Gambar 17 di atas memperlihatkan batas administratif daerah perbatasan di Provinsi Kalimantan Timur. Dari tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan di Kalimantan Timur, hanya terdapat satu pintu lintas batas yang resmi yaitu di Kabupaten Nunukan. Pada entry point di Nunukan ini terdapat fasilitas Custom, Immigration, Quarantyne and Security (CIQS) yang cukup baik. Sedangkan pada Kabupaten Malinau dan Kutai Barat, sebagian besar wilayah perbatasan masih berupa hutan lebat. Kalaupun ada entry point, masih belum berfungsi dengan baik atau masih bersifat tradisional karena tidak adanya fasilitas CIQS sebagaimana di Kabupaten Nunukan. 4.2.1 Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Barat terletak di bagian tengah Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 31.628,7 Km 2 atau 15,94 persen dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km 2. Secara astronomis Kabupaten Kutai Barat terletak pada 113 45 05-116 31 19 BT dan 1 31 35 LU - 1 10 16 LS. Kabupaten Kutai Barat terbagi atas 21 Kecamatan dengan jumlah Kampung/Desa 223. Jumlah penduduk tahun 2008 mencapai 159.816 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 5 jiwa/km 2 66

Secara administratif wilayah Kabupaten Kutai Barat dibatasi oleh : - Sebelah Utara : Sarawak ( Malaysia Timur ) - Sebelah Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara - Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara - Sebelah Barat : Kabupaten Murung Raya (Kalteng) Kabupaten Kutai Barat sebagaimana terlihat pada Gambar 18 di bawah memiliki dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai Panjang dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 52,3 km. Sedangkan luas kedua wilayah ini adalah 7.361,54 km 2 atau 23,27 persen dari luas total wilayah kabupaten. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, kedua kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas. Gambar 18 Peta Administratif Kabupaten Kutai Barat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2008 mencapai 6,83 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mengalami percepatan dibanding dua periode sebelumnya yaitu tahun 2006 dan 2007 yang mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 6,11 persen dan 6,45 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 31,135 juta. Gambaran perkembangan makro ekonomi Kabupaten Kutai Barat terlihat pada Tabel 13 di bawah ini. 67

Tabel 13 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Kutai Barat Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 19.244.065 5,44 2005 21.275.628 8,24 2006 23.310.179 6,11 2007 25.228.053 6,45 2008 31.135.103 6,83 Sumber : BPS Kabupaten Kutai Barat, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat tahun 2008 seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 19 didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 52 persen, sektor konstruksi 17 persen dan sektor pertanian 16 persen. Sedangkan sektor lain seperti perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-6 persen. Besarnya kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian Kabupaten Kutai Barat dikarenakan daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil batubara yang cukup besar di Propinsi Kalimantan Timur selain Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Pasir, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan. 6% 2% 2% 3% 16% 17% 0% 2% 52% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 19 Struktur Ekonomi Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 68

Indeks pembangunan manusia Kabupaten Kutai Barat dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Kutai Barat mencapai 69,26, mengalami peningkatan sebesar 1,06 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 8,34 point dibanding periode sebelum otonomi daerah tepatnya tahun 1999. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 66,26 tahun, angka melek huruf mencapai 92,55 persen dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 626.310,-. Perkembangan capain kinerja pembangunan manusia Kabupaten Kutai Barat dapat terlihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Kutai Barat Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 69,30 69,40 69,50 72,25 2. Angka Melek Huruf (%) 88,31 88,30 91,88 95,49 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 617,83 618,50 621,35 621,50 4. Indeks Pembangunan Manusia 69,14 69,2 70,50 73,35 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 13,25 14,81 14,04 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Timur, 2009. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Kutai Barat tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 14,81 persen atau meningkat 1,64 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kutai Barat mengalami penurunan menjadi 14,04 persen. 4.2.2 Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 42.620,70 Km 2 atau 21,5 persen dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km 2 dan merupakan kabupaten terluas di propinsi ini. Secara astronomis Kabupaten Malinau terletak 69

pada 113 45 05-116 31 19 BT dan 1 31 35 LU - 1 10 16 LS. Kabupaten Malinau terbagi atas 12 Kecamatan dengan jumlah Desa 118. Jumlah penduduk tahun 2008 sebesar 59.722 jiwa dengan kepadatan penduduk hanya 1 jiwa/km 2 sehingga menempatkan daerah ini sebagai daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terendah di Propinsi Kalimantan Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Malinau dibatasi oleh : - Sebelah Utara : Kabupaten Nunukans - Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Berau - Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kertanegera - Sebelah Barat : Sarawak ( Malaysia Timur ) Kabupaten Malinau memiliki tiga kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Pujungan dan Kecamatan Bahau dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 669,2 km. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, ke lima kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas. Satu-satunya sarana transportasi menuju ke lima kecamatan tersebut adalah dengan menggunakan pesawat perintis dengan jumlah penumpang terbatas antara 6-12 orang saja. Batas administratif Kabupaten Malinau terlihat pada Gambar 20 berikut ini. Gambar 20 Peta Administratif Kabupaten Malinau. 70

Capaian kinerja makro ekonomi Kabupaten Malinau tahun 2004-2008 diperlihatkan Tabel 15 di bawah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malinau pada tahun 2008 mencapai 8,63 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mengalami percepatan dibanding dua periode sebelumnya yaitu tahun 2006 dan 2007 yang mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 3,07 persen dan 6,31 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 20,950 juta. Tabel 15 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Malinau Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 13.852.597 1,24 2005 15.190.741 3,63 2006 16.435.101 3,07 2007 18.477.081 6,31 2008 20.950.718 8,63 Sumber : BPS Kabupaten Malinau, 2009 Struktur ekonomi Kabupaten Malinau tahun 2008 seperti terlihat pada Gambar 21 didominasi oleh sektor pertanian sebesar 35 persen, jasa-jasa 21 persen, konstruksi 16 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 16 persen, dan pertambangan dan penggalian 9 persen. Sedangkan sektor lain seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-6 persen. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Malinau dikarenakan daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil kayu yang cukup besar di Propinsi Kalimantan Timur. Nilai tambah sub sektor kehutanan setiap tahunnya rata-rata memberikan andil lebih dari 30 persen bahkan pada tahun 2000 yang merupakan periode awal pembangunan di Kabupaten Malinau, sumbangan sub sektor kehutanan terhadap struktur ekonomi mencapai 66 persen. 71

21% 3% 0% 35% 16% 16% 0% 9% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 21 Struktur Ekonomi Kabupaten Malinau Tahun 2008. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Malinau seperti terlihat dalam Tabel 16 di bawah yang memperlihatkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Malinau mencapai 71,54, mengalami peningkatan sebesar 1,24 point dibanding tahun 2005 atau meningkat 0,9 point dibanding periode sebelumnya yaitu tahun 2006. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 68 tahun, angka melek huruf mencapai 92,33 persen dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 640.820,-. Tabel 16 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Malinau Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 67,60 67,80 67,90 68,00 2. Angka Melek Huruf (%) 89,83 90,10 92,33 92,33 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 638,36 639,40 640,32 640,82 4. Indeks Pembangunan Manusia 69,99 70,3 71,45 71,54 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 22,54 24,57 23,60 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Timur, 2009. 72

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Malinau tahun 2006 ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 24,57 persen atau meningkat 2,03 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malinau mengalami penurunan menjadi 23,60 persen. 4.2.2 Kabupaten Nunukan Kabupaten Nunukan merupakan daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU No. 7 tahun 2000. Kabupaten ini terletak di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 14.263,68 Km² atau 7,2 persen dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km 2. Kabupaten Nunukan terbagi ke dalam 7 (tujuh) wilayah kecamatan dan 218 kelurahan/desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 133.336 jiwa serta memiliki kepadatan sebesar 9 jiwa/km 2. Secara administratif wilayah Kabupaten Nunukan dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Negara Bagian Sabah, Malaysia - Sebelah Timur : Laut Sulawesi/Selat Makassar - Sebelah Barat : Negara Bagi Serawak, Malaysia - Sebelah Selatan : Kab. Bulungan dan Kab. Malinau. Kabupaten Nunukan berbatasan langsung dengan Serawak dan Sabah Malaysia, dengan garis perbatasan darat sepanjang 308 Km. Garis batas negara di Kabuapten Nunukan terbentang pada enam kecamatan yaitu Kecamatan Krayan, Krayan Selatan, Lumbis Nunukan, Sebatik, dan Sebuku dengan luas wilayah perbatasan mencapai 85,58 persen dari luas wilayah Kabupaten Nunukan. Batas administratif Kabupaten Nunukan terlihat pada Gambar 22 di bawah ini. 73

Gambar 22 Peta Administratif Kabupaten Nunukan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan pada tahun 2008 mencapai 4,09 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mengalami percepatan dibanding dua periode sebelumnya yaitu tahun 2006 dan 2007 yang mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 1,30 persen dan 3,77 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 23,415 juta. Perkembangan capaian makro ekonomi Kabupaten Nunukan terlihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Nunukan Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 7,462,702 13,01 2005 9,286,098 16,85 2006 18.828.652 7,29 2007 20.470.732 17,12 2008 23.415.834 14,44 Sumber : BPS Kabupaten Nunukan, 2009. 74

Struktur ekonomi Kabupaten Nunukan tahun 2008 didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 55 persen, sektor pertanian 23 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11 persen. Sedangkan sektor lain seperti sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, keuangan, real estate dan jasa perusahaan kontribusinya sangat kecil yaitu antara 2-6 persen. Gambar 23 memperlihatkan struktur ekonomi Kabupaten Nunukan tahun 2008. 11% 2%0% 5% 23% 0% 4% 55% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 23 Struktur Ekonomi Kabupaten Nunukan Tahun 2008. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Nunukan dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Nunukan mencapai 72,61, mengalami peningkatan sebesar 0,59 point dibanding tahun 2006. Pencapaian harapan hidup, kemampuan baca tulis dan standar hidup layak juga mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 70,80 tahun, angka melek huruf mencapai 93,30 persen dan pengeluaran riil perkapita mencapai Rp. 626.000,-. Perkembangan capain kinerja pembangunan manusia Kabupaten Nunukan terlihat pada Tabel 18 berikut ini. 75

Tabel 18 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Nunukan Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 70,20 70,50 70,60 70,80 2. Angka Melek Huruf (%) 92,91 93,30 93,30 93,30 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 610,17 623,00 625,78 626,00 4. Indeks Pembangunan Manusia 70,42 71,7 72,02 72,61 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 19,13 21,66 20,02 Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Timur, 2009. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Kabupaten Nunukan tahun 2006 juga ternyata tidak berdampak pada angka kemiskinannya yang justru mengalami peningkatan menjadi 21,66 persen atau meningkat 2,53 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Nunukan mengalami penurunan menjadi 20,02 persen. 4.2.4 Perbandingan dengan Negara Malaysia Capaian kinerja pembangunan manusia dan ekonomi Kabupaten Perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur merupakan yang terbaik diantara tiga propinsi lainnya yaitu Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Hal ini dipicu oleh kekayaan sumber daya alamnya yang berlimpah sehingga mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Akan tetapi apabila kita bandingkan capaian kinerja ini dengan Negara Malaysia yang secara langsung memiliki interaksi ekonomi dengan Propinsi Kalimantan Timur maka akan terlihat ketimpangan yang cukup besar. Pada tahun 2005, indeks pembangunan manusia kabupaten perbatasan terbesar dicapai oleh Nunukan yaitu 71,7 sedangkan Malaysia sebesar 82,1 atau berbeda 10,4 point. Pada tahun 2007 perbedaan ini semakin mengecil yaitu menjadi 10,73 point dimana IPM Nunukan mencapai 72,17 sedangkan Malaysia sebesar 82,90. Kondisi ini bermakna bahwa terjadi percepatan capaian kinerja 76

pembangunan manusia yang lebih baik pada kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur. Berbeda dengan capaian kinerja pembangunan manusia yang mengalami percepatan yang lebih baik, capaian kinerja pembangunan ekonomi yang direfleksikan oleh besaran PDRB perkapita memperlihatkan perbedaan yang semakin membesar. Pada tahun 2004 PDRB perkapita terbesar dicapai oleh Kabupaten Kutai Barat yaitu sebesar 2.071 US Dollar sedangkan Malaysia mencapai 4.758 US Dollar atau berbeda sebesar 2.687 US Dollar. Pada tahun 2006 PDRB perkapita Kutai Barat sebesar 2.584 US Dollar sedangkan Malaysia sebesar 5.780 US Dollar atau memiliki selisih 3.196 US Dollar. Kondisi ini berarti bahwa akselerasi kinerja ekonomi kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur jauh lebih lambat dibandingkan negara tetangga. Kondisi ini disebabkan karena struktur ekonomi kedua daerah yang berbeda. Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat didominasi oleh sektor primer yaitu pertambangan sedangkan Malaysia didukung oleh sektor sekunder dan tersier yaitu industri dan jasa-jasa. Selain itu interaksi ekonomi antara ketiga daerah perbatasan dengan Malaysia lebih menguntungkan Malaysia karena produknya banyak digunakan oleh masyarakat ketiga kabupaten karena harganya yang lebih murah dibanding produk dalam negeri akibat faktor distribusi yang memicu terjadinya ekonomi biaya tinggi. 4.3 Propinsi Nusa Tenggara Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan propinsi dengan luas wilayah daratan hanya sekitar 47.349,9 km 2, sementara 200.000 km 2 merupakan wilayah perairan. Batas wilayah NTT di sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Flores, di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan negara Timor Leste, di sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia, dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sampai dengan tahun 2008, Propinsi NTT terdiri atas 20 kabupaten dan 1 kota. Dari 20 kabupaten 3 diantaranya terletak pada perbatasan dengan Negara Timor Leste. Ketiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten 77

Belu dan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan luas daerah perbatasan darat sebesar + 3.762,50 km 2 atau 8 persen dari total luas wilayah daratan. Selain memiliki daerah perbatasan darat, Provinsi NTT juga memiliki 5 pulau kecil terluar, yaitu Pulau Alor (Kabupaten Alor), Pulau Batek (Kabupaten Kupang), Pulau Dana I (Kabupaten Kupang), Pulau Dana II (Kabupaten Rote Ndao), dan Pulau Mangudu (Kabupaten Sumba Timur). Letak geografis daerah perbatasan di Provinsi NTT dapat terlihat pada Gambar 24 berikut ini. Gambar 24 Peta Daerah Perbatasan di Nusa Tenggara Timur. Kondisi sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Negara Timor Leste sudah cukup baik, sehingga akses kedua pihak untuk saling berkunjung relatif mudah dan cepat. Kondisi jalan dari Atambua, Ibukota Belu, menuju pintu perbatasan cukup baik kualitasnya, sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Berdasarkan nota kesepahaman RI-RDTK 11 Juni 2003, telah ditentukan 9 titik lintas batas. Hingga saat ini terdapat 3 Pintu Lintas Batas (PLB) yang berfungsi sebagai lokasi perlintasan internasional secara resmi dan telah dilengkapi oleh tempat pemeriksaan imigrasi yaitu PLB Motaain, Napan, dan Metamauk, sementara PLB lainnya merupakan PLB tradisional. 78

4.3.1 Kabupaten Kupang Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten perbatasan di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah daratan sebesar 5.898,22 km 2 dan luas wilayah laut sebesar 4.063 km 2 serta panjang garis pantainya mencapai 485 km. Secara Astronomis Kabupaten Kupang terletak antara 9 0 19-10 0 57 Lintang Selatan dan antara 121 0 30-124 0 11 Bujur Timur dengan batas wilayah di sebelah utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Wilayah Kabupaten Kupang mencakup 27 pulau, dimana diantaranya terdapat 8 pulau yang belum memiliki nama. Dari kedua puluh tujuh pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak lima pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Sabu, Pulau Raijua, Pulau Semau, dan Pulau Kera. Kabupaten Kupang terbagi dalam 29 kecamatan, 218 desa dan 22 kelurahan yang tersebar pada 5 pulau yaitu Pulau Sabu, Pulau Semau, Pulau Raijua, Pulau Kera dan Pulau Timor. Di Pulau Timor, wilayah administrasi Kabupaten Kupang berbatasan dengan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Belu. Sampai dengan tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Kupang mencapai 383.896 jiwa di mana konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Kupang Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 217 jiwa/km 2. Mata pencaharian mayoritas penduduk Kupang adalah di sektor pertanian yang mencapai 82 persen sedangkan sisanya di sektor perdagangan dan jasa-jasa. Batas administratif Kabupaten Kupang dan pembagian wilayahnya dapat terlihat dalam Gambar 25 berikut ini. 79

Gambar 25 Peta Administratif Kabupaten Kupang. Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kupang sebagaimana terlihat pada Tabel 19 di bawah menunjukkan indikasi yang semakin membaik. Hal ini tergambar dari pertumbuhan ekonomi daerah yang terus mengalami peningkatan bahkan percepatan dibanding beberapa periode sebelumnya. Pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kupang mencapai 4,95 persen atau mengalami percepatan dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 dan 2007 yang berturut-turut sebesar 4,18 persen dan 4,33 persen. Selain mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, PDRB perkapita daerah juga terus tumbuh. Pada tahun 2008 PDRB perkapita Kabupaten Kupang sebesar Rp. 5,012 juta dan merupakan PDRB perkapita terbesar diantara tiga kabupaten perbatasan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. 80

Tabel 19 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Kupang Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 3,723,123 5,05 2005 3,876,459 3,55 2006 4.151.061 4,18 2007 4.519.575 4,33 2008 5.012.370 4,95 Sumber : BPS Kabupaten Kupang, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Kupang tahun 2008 di dominasi oleh sektor pertanian yang menyumbang 52 persen kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 21 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15 persen, sedangkan sisanya disumbangkan oleh sektor konstruksi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor industri pengolahan dll di mana kontribusinya tidak signifikan yaitu berkisar antara 1-6 persen. Gambaran lengkap struktur ekonomi Kabupaten Kupang tahun 2008 terlihat pada Gambar 26 di bawah ini. 21% 4% 1% 52% 15% 6% 0% 1% 0% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 26 Grafik Struktur Ekonomi Kabupaten Kupang Tahun 2008. 81

Tabel 20 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Kupang Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 64,2 64,2 64,5 64,6 64,77 2. Angka Melek Huruf (%) 80,7 83,5 83,9 86,87 88,72 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 563,4 578,6 583,4 583,74 585,66 4. Indeks Pembangunan Manusia 56,9 61,2 62 63,12 64,57 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 33,54 33,84 31,32 Sumber : BPS Propinsi Nusa Tenggara Timur, 2009. Selain makro ekonomi daerah yang menunjukkan peningkatan, kondisi kualitas hidup masyarakat Kabupaten Kupang sebegiamana terlihat pada Tabel 20 di atas juga terus mengalami perbaikan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti angka harapan hidup, angka melek huruf dan indeks pembangunan manusia. Angka harapan hidup masyarakat Kupang tahun 2002 sebesar 64,2 tahun yang selanjutnya meningkat menjadi 64,77 pada tahun 2007. Angka melek huruf pada tahun 2002 sebesar 80,7 persen, meningkat menjadi 88,72 persen pada tahun 2007. Begitu pula Indeks Pembangunan Manusia yang juga mengalami peningkatan dari 56,9 pada tahun 2002 menjadi 64,57 pada tahun 2007. Berbeda dengan kondisi makro ekonomi daerah, harapan hidup, melek huruf dan indeks pembangunan manusia, Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kupang berfluktuatif. Pada tahun 2005 persentase penduduk miskin sebesar 22,54 yang meningkat menjadi 24,57 pada tahun 2006 dan selanjutnya menurun menjadi 23,60 persen pada tahun 2007. Berfluktuasinya angka kemiskinan ini merupakan efek dari penerapan kebijakan peningkatan harga bahan bakar minyak pada tahun 2005 yang imbasnya terjadi di seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia. 4.3.2 Kabupaten Timor Tengah Utara Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km 2 atau hanya sekitar 5,6 persen dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan sebagian wilayah TTU yang berbatasan dengan laut sawu atau lazim 82

dikenal dengan sebutan wilayah pantura memiliki luas lautan + 950 km 2 dengan panjang garis pantai 50 km. Kabupaten Timor Tengah Utara terbagi dalam 9 kecamatan, 140 desa dan 33 kelurahan. Dari 9 kecamatan yanag ada, 4 diantaranya berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Jumlah penduduk Tahun 2008 mencapai 213.513 jiwa dengan kepadatan mencapai 80 jiwa/km 2. Secara astronomis, posisi Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) terletak antara 9 0 02' 48" LS - 9 0 37' 36" LS dan antara 124 0 04' 02" BT-124 0 46' 00" BT. Batas-batas wilayah administratif adalah sebelah Selatan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebelah Utara dengan wilayah Ambenu (Timor Leste) dan Laut Sawu, sebelah Barat dengan wilayah Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan, serta sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu. Pembagian wilayah kecamatan di Kabupaten TTU dapat terlihat pada Gambar 27 berikut ini. Gambar 27 Peta Administratif Kabupaten Timor Tengah Utara. Kondisi makro ekonomi Kabupaten Timor Tengah Utara, sebagaimana terjadi pada Kabupaten Kupang juga terus mengalami peningkatan. Beberapa indikator makro ekonomi daerah seperti pertumbuhan ekonomi dan PDRB 83

perkapita terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2008 sebesar 4,39 persen, sedangkan PDRB perkapitanya mencapai Rp. 3,384 juta. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 mengalami perlambatan dibanding tahun 2007 yang tumbuh sebesar 5,30 persen. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten TTU dapat terlihat pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 2.455.256 4,19 2005 2.580.451 4,21 2006 2.750.334 3,83 2007 3.060.674 5,30 2008 3.384.534 4,39 Sumber : BPS Kabupaten Timor Tengah Utara, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2008 seperti terlihat pada Gambar 28 di bawah didominasi oleh sektor pertanian yang mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 323, 556 milyar atau memberikan andil sebesar 46 persen terhadap PDRB Kabupaten Timor Tengah Utara. Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yang memberikan andil sebesar 27 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi yang menyumbang 7 persen. Sektor-sektor lainnya hanya memberikan andil yang kecil yaitu antara 1-6 persen. 84

27% 46% 5% 7% 6% 6% 0%1% 2% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 28 Grafik Struktur Ekonomi Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2008. Kualitas hidup masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara yang tercermin pada beberapa indikator antara lain Angka Melek Huruf, Angka Harapan Hidup, Paritas Daya Beli dan Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Angka melek huruf pada tahun 2002 sebesar 79,5 persen meningkat menjadi 87,19 persen pada tahun 2007. Angka harapan hidup pada tahun 2002 sebesar 65,4 tahun yang selanjutnya meningkat menjadi 67,27 tahun pada tahun 2007. Begitu pula dengan Indeks Pembangunan Manusia meningkat menjadi 65,84 pada tahun 2007, meningkat dibanding tahun 2002 yang sebesar 59,5. Pengeluaran riil perkapita yang mencerminkan kemampuan daya beli masyarakat Timor Tengah Utara juga menunjukkan suatu peningkatan. Pada tahun 2002 pengeluaran riil perkapita sebesar Rp. 536.100, meningkat menjadi Rp. 596.440,- pada tahun 2007. Sedangkan persentase penduduk miskin pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebagaimana terjadi pada kabupaten/kota perbatasan lainnya yaitu dari 22,54 persen pada tahun 2005 menjadi 24,57 pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sebesar 23,60 persen. Capaian kinerja pembangunan manusia Kabupaten TTU terlihat pada Tabel 22 berikut ini. 85

Tabel 22 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 65,4 66,6 66,8 66,9 67,27 2. Angka Melek Huruf (%) 79,5 78,7 79,3 80,94 87,19 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 536,1 580,7 588,7 591,15 596,44 4. Indeks Pembangunan Manusia 59,5 62,4 63,1 64,01 65,84 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 31,53 32,65 30,12 Sumber : BPS Propinsi Nusa Tenggara Timur, 2009. 4.3.3 Kabupaten Belu Kabupaten Belu memiliki luas 2.445,57 km 2 atau mencakup 5,2 persen dari luas Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Belu terdiri atas 24 kecamatan dan 208 desa. Jumlah penduduk Kabupaten Belu mencapai 441.451 jiwa atau 10 persen dari total penduduk Nusa Tenggara Timur dan merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Propinsi ini. Secara astronomis, Kabupaten Belu terletak pada koordinat 124 o - 126 o Bujur Timur dan 9 o - 10 o Lintang Selatan. sedangkan secara geografis Kabupaten Belu di sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, sebelah timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tenagh Selatan. Garis batas Negara Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu membentang pada lima kecamatan di mana salah satu kecamatan memiliki pintu perbatasan yang relatif lengkap dan sering dipergunakan sebagai akses lintas batas dibandingkan pos lintas batas lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya berada di Kecamatan Tasifeto Timur. Pada pos lintas batas ini terdapat fasilitas CIQS meski masih terbatas seperti kantor bea cukai yang belum dilengkapi dengan alat detektor/scan, kantor imigrasi yang masih terbatas dan pos keamanan yang juga masih sederhana. Pembagian wilayah kecamatan Kabupaten Belu diperlihatkan oleh Gambar 29 di bawah ini. 86

Gambar 29 Peta Administratif Kabupaten Belu. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Belu memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belu tahun 2008 sebesar 4,01 persen yang berarti mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 7,16 persen dan tahun 2007 yang sebesar 4,79 persen. Nilai PDRB perkapita tahun 2008 sebesar Rp. 3,339 juta atau meningkat Rp. 51.000 dibandingkan tahun 2007. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Belu diperlihatkan oleh Tabel 23 di bawah ini. 87

Tabel 23 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 3.209.351 4,74 2005 2.999.812-1,40 2006 3.212.130 7,16 2007 3.288.645 4,79 2008 3.339.363 4,01 Sumber : BPS Kabupaten Belu, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Belu tahun 2008 seperti diperlihatkan Gambar 30 didominasi oleh sektor pertanian sebesar 48 persen, sektor jasa-jasa 22 persen, sektor perdagaangan, hotel dan restoran 12 persen. Sedangkan sektor lainnya seperti sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor pertambangan dan penggalian memiliki peran yang tidak terlalu besar yaitu antara 1-5 persen. 22% 5% 48% 5% 12% 5% 0% 2% 1% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 30 Struktur Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2008. Derajat kehidupan masyarakat Kabupaten Belu yang tercermin dalam beberapa indikator seperti angka harapan hidup, angka melek huruf, paritas daya beli dan indeks pembangunan manusia memperlihakan trend yang meningkat dari 88

tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada tabel 24 di bawah. Angka harapan hidup tahun 2007 sebesar 64,72 tahun, mengalami peningkatan 1,02 tahun dibandingkan tahun 2002. Angka melek huruf tahun 2007 sebesar 82,79 atau mengalami peningkatan 3,49 persen dibandingkan tahun 2002. Pengeluaran riil perkapita yang mencerminkan paritas daya beli pada tahun 2007 sebesar Rp. 599.520- dan indeks pembangunan manusia mencapai 62,82 yang berarti mengalami peningkatan 4,52 dibandingkan tahun 2002. Tabel 24 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Belu Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 63,7 64,2 64,3 64,6 64,72 2. Angka Melek Huruf (%) 79,3 78,8 79,2 79,2 82,79 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 558,2 588,8 593,6 599,52 599,52 4. Indeks Pembangunan Manusia 58,3 60,5 61,2 61,71 62,82 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 20,74 20,09 21,02 Sumber : BPS Propinsi Nusa Tenggara Timur, 2009. Berbeda dengan beberapa indikator angka harapan hidup, angka melek huruf, paritas daya beli dan indeks pembangunan manusia yang menunjukkan peningkatan yang berarti adanya perbaikan daerajat kehidupan masyarakat, persentase penduduk miskin Kabupaten Belu pada tahun 2007 justru mengalami peningkatan yaitu dari 20,09 persen tahun 2006 menjadi 21,02 persen pada tahun 2007. 4.3.4 Perbandingan dengan Negara Timor Leste Perbandingan kabupaten perbatasan di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Negara Timor Leste berbeda dengan perbandingan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur dengan Negara Malaysia. Jika Negara Malaysia memiliki kinerja pembangunan manusia maupun ekonomi yang lebih baik sedangkan Timor Leste memiliki kinerja pembangunan manusia dan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten perbatasan di 89

Propinsi NTT. Hal ini terlihat dari indikator indeks pembangunan manusia dan PDRB perkapita kedua wilayah tersebut. Indeks pembangunan manusia kabupaten perbatasan tertinggi di Propinsi NTT pada tahun 2005 dicapai oleh Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu sebesar 63,1 dan terendah dicapai oleh Kabupaten Belu yaitu sebesar 61,2 sedangkan Timor Leste sebesar 48,8 atau terpaut 12,4 point dengan IPM terendah dari ketiga kabupaten perbatasan yaitu Kabupaten Belu. Pada tahun 2007 perbedaan IPM Timor Leste dengan nilai IPM terendah yaitu Kabupaten Belu menjadi semakin besar 13,92 point yang berarti bahwa percepatan kinerja pembangunan manusia Timor Leste lebih buruk dibandingkan ketiga daerah perbatasan di NTT. Selain kinerja pembangunan manusia yang lebih rendah, capain kinerja ekonomi juga mengalami hal yang hampir sama. Pada tahun 2004, PDRB terendah dari ketiga kabupaten perbatasan dicapai oleh Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yaitu sebesar 304 US Dollar dan tertinggi dicapai Kabupaten Kupang yaitu 401 US Dollar. Sedangkan pada tahun 2004 Timor Leste memiliki PDB perkapita sebesar 339 US Dollar atau terpaut 62 US Dollar di bawah PDRB perkapita Kabupaten Kupang dan terpaut 35 US Dollar di atas PDRB perkapita Kabupaten TTU. Lebih baiknya capaian kinerja pembangunan manusia dan kinerja ekonomi ketiga kabupaten perbatasan di NTT dibandingkan Timor Leste disebabkan oleh situasi sosial politik Timor Leste yang belum kondusif. Selain itu interaksi ekonomi kedua wilayah juga lebih menguntungkan ketiga kabupaten sebab masyarakat Timor Leste lebih banyak mengkonsumsi produk Indonesia sehingga merupakan pasar ekspor yang potensial yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat ketiga kabupaten tersebut. 4.4 Propinsi Papua Propinsi Papua merupakan propinsi yang terletak di ujung timur Negara Republik Indonesia dengan luas wilayah sebesar 309.934,4 km 2. Provinsi Papua merupakan provinsi yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea (PNG) serta berbatasan laut dengan Republik Palau dan Guam Amerika di sebelah Utara 90

serta Australia di sebelah Selatan. Sampai dengan tahun 2008 Propinsi Papua terbagi dalam 26 kabupaten dan 1 kota, dimana 5 diantaranya merupakan kabupaten/kota yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea yaitu Kabupaten Merauke, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kota Jayapura. Wilayah perbatasan darat antara Indonesia dengan PNG dimulai dari Utara di Kampung Skouw-Distrik Muara Tami-Kota Jayapura yang bersisian dengan Wutung (PNG) sampai Muara Sungai Bensbach dan Merauke yang bersisian dengan wilayah Western Province PNG di Selatan. Garis perbatasan darat keseluruhan sepanjang 760 kilometer yang ditandai dengan 52 buah pilar batas (Meridian Markers). Di laut, Provinsi Papua berbatasan dengan wilayah laut Australia dibagian Selatan dan wilayah laut Palau di bagian Utara. Batas administratif daerah perbatasan di Provinsi Papua diperlihatkan oleh Gambar 31 berikut ini. Gambar 31 Peta Daerah Perbatasan di Papua. Luas wilayah perbatasan darat berdasarkan luas distrik yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea adalah 12.984 Km 2 atau sekitar 3 % dari luas 91

Provinsi Papua. Distrik Arso merupakan distrik terbesar dengan luas wilayah 62.688 Ha, sedangkan yang terkecil adalah Distrik Muara Tami dengan luas wilayah 233 Ha. Wilayah perbatasan Papua terdiri dari areal hutan, baik hutan konversi maupun hutan lindung dan taman nasional. Sebagian besar wilayah kawasan ini merupakan daerah pegunungan yang berbukit-bukit. Sumberdaya hutan, merupakan sumberdaya yang paling dominan di wilayah ini. Di Kawasan Perbatasan papua, hutan dan alang-alang mendominasi penggunaan lahan. Hanya sekitar 2 % lahan yang dipergunakan untuk permukiman dan bangunan lain. Arus orang dan perdagangan barang yang bersifat tradisional (barter) melalui pintu-pintu perbatasan yang belum resmi merupakan hal yang terjadi sehari-hari. Sementara, kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi dan bersifat resmi antara kedua negara melalui pintu perbatasan ini masih sangat terbatas. Hingga tahun 2008, baru terdapat 2 PLB darat di perbatasan Papua-PNG yaitu : (1) Pos Lintas Batas Darat di Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura; dan (2) Pos Lintas Batas Darat Sota di Distrik Sota Kabupaten Merauke. 4.4.1 Kabupaten Merauke Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah mencapai 45.071 km 2 atau mencakup 14,5 persen dari total luas Propinsi Papua yang mencapai 309.934,4 km 2. secara astronomis Kabupaten Merauke terletak diantara 137 0-141 0 Bujur Timur dan 5 0-9 0 Lintang Selatan. Kabupaten Merauke terbagi dalam 20 distrik (kecamatan), 160 kampung (desa) dan 8 kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 172.478 jiwa dan kepadatan penduduk 3,83 jiwa/km 2. Konsentrasi terbesar berada di Distrik Merauke yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 70.002 jiwa atau mencapai 41 persen dari total populasi penduduk. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah di sektor pertanian dan sisanya di sektor jasa-jasa, perdagangan dan sektor lainnya. Kabupaten Merauke memiliki Pos Lintas Batas Darat yang berada di Distrik Sota yang masih bersifat tradisional karena tidak dilengkapi dengan faislitas CIQS. Kegiatan lintas batas di pintu perbatasan ini relatif sedikit dibandingkan dengan Kota Jayapura. Tujuan utama arus lintas batas masyarakat 92

kedua negara adalah dalam rangka kunjungan keluarga dan perdagangan tradisional. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Merauke dari waktu ke waktu menunjukkan adanya kemajuan yang cukup berarti meskipun besarnya berfluktuasi. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan PDRB atas dasar harga berlaku yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke mencapai 5,85 lebih besar dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 0,53 persen. Selain pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan, PDRB perkapita juga menunjukkan hal yang sama yaitu mencapai Rp. 15,573 juta pada tahun 2008. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Merauke dapat terlihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Merauke Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 8.998.191 7,76 2005 10.965.418 9,79 2006 13.003.924 10,63 2007 13.969.892 0,53 2008 15.573.378 5,85 Sumber : BPS Kabupaten Merauke, 2009. Struktur ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2008 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih di dominasi oleh sektor pertanian yang memberikan andil sebesar 45 persen terhadap total nilai tambah yang tercipta. Besarnya peran sektor pertanian yang cukup besar ini tidak terlepas dari andil sub sektor perikanan yang mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 797,82 juta atau sebesar 66 persen terhadap nilai tambah sektor pertanian. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 15 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 12 persen, sektor konstruksi dan sektor pengangkutan dan komunikasi masingmasing sebesar 10 persen sedangkan sektor lainnya tidak memberikan andil yang 93

signifikan. Gambar 32 di bawah ini memperlihatkan dengan jelas struktur ekonomi Kabupaten Merauke tahun 2008. 3% 15% 10% 45% 12% 10% 0% 3% 2% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 32 Struktur Ekonomi Kabupaten Merauke Tahun 2008. Perkembangan makro ekonomi daerah yang semakin baik juga diikuti oleh adanya peningkatan derajat hidup masyarakat yang diukur melalui beberapa indikator antara lain angka harapan hidup, angka melek huruf, paritas daya beli dan indeks pembangunan manusia. Angka harapan hidup pada tahun 2002 sebesar 59,2 tahun selanjutnya meningkat menjadi 62 tahun 2007. Angka melek huruf meningkat menjadi 87,1 persen pada tahun 2007 dari 84,4 persen pada tahun 2002. Begitu pula pengeluaran riil perkapita dan indeks pembangunan manusia yang meningkat berturut-turut sebesar Rp. 591.400 dan 64,0 dari tahun 2002 yang sebesar Rp. 565.300 dan 58,1. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Merauke juga semakin berkurang pada tahun 2007 menjadi sebesar 31,56 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,59 persen dibandingkan tahun 2006. Capain kinerja pembangunan manusia Kabupaten Merauke secara lengkap diperlihatkan Tabel 26 di bawah ini. 94

Tabel 26 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Merauke Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 59,2-61,4 61,9 62,0 2. Angka Melek Huruf (%) 84,4-86,3 87,1 87,1 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 565,3 587,3 591,4 4. Indeks Pembangunan Manusia 58,1 60,7 61,5 62,6 64,0 5. Angka Kemiskinan (%) - - - - 32,15 31,56 Sumber : BPS Propinsi Papua, 2009. 4.4.2 Kabupaten Boven Digoel Kabupaten Boven Digoel merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke yang pada awalnya meliputi lima distrik yaitu Distrik Kouh, Distrik Waropko, Distrik Mindiptana, Distrik Jair dan Distrik Mandobo sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Boven Digoel mencapai 27.879,32 km 2 atau mencakup 9 persen dari luas Propinsi Papua. Smapai dengan tahun 2008, Kabupaten Boven Digoel terbagi menjadi 15 distrik di mana Distrik Mindiptana merupakan distrik yang terluas mencapai 3.328,62 km 2 (11,94 %) dan Distrik Yaniruma merupakan distrik dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu mencapai 819 km 2 (2,94 %). Secara astronomi Kabupaten Boven Digoel terletak diantara 4 o 98 7 o 10 Lintang Selatan dan 139 o 90 141 o Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Merauke, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten Asmat serta sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua New 95

Guinea. Batas administratif Kabupaten Boven Digoel diperlihatkan oleh Gambar 33 di bawah ini. Gambar 33 Peta Administratif Kabupaten Boven Digoel. Jumlah penduduk Kabupaten Boven Digoel pada tahun 2008 sebanyak 34.786 jiwa dan merupakan kabupaten perbatasan darat dengan penduduk paling sedikit diantara empat kabupaten perbatasan lainnya. Konsentrasi penduduk terbesar berada pada Distrik Jair dengan jumlah penduduk sebanyak 17.896 jiwa atau mencakup 51,4 persen dari total penduduk Boven Digoel. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Boven Digoel di sektor pertanian, perdagangan, jasa-jasa dan industri pengolahan. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Boven Digoel seperti terlihat pada Tabel 27 di bawah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi daerah yang mencapai 5,33 persen pada tahun 2007 dan kembali meningkat sebesar 7,94 persen pada tahun 2008. Begitu pula dengan nilai PDRB perkapita yang juga semakin meningkat yaitu menjadi sebesar 96

Rp. 15,573 juta pada tahun 2008 setelah pada tahun 2007 mencapai Rp. 13,970 juta. Tabel 27 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Boven Digoel Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 13.248.002 6,97 2005 16.324.504 9,61 2006 13.003.924 17,75 2007 13.969.892 5,33 2008 15.573.378 7,94 Sumber : BPS Kabupaten Boven Digoel, 2009 Struktur ekonomi Kabupaten Boven Digoel tahun 2008 didominasi oleh sektor industri pengolahan yang mencapai angka Rp. 432,371 miliar atau 39 persen terhadap PDRB daerah. Peran sektor industri pengolahan secara absolute menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 391,677 miliar. Akan tetapi persentase terhadap total nilai tambah semakin berkurang dari 45 persen pada tahun 2007 menjadi 39 persen pada tahun 2008. Berkurangnya peran sektor industri pengolahan merupakan imbas dari peningkatan nilai tambah yang cukup besar yang diciptakan oleh sektor lain seperti sektor konstruksi yang berkontribusi 25 persen, sektor pertanian 16 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 13 persen. Sementara sektor ekonomi lainnya seperti pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor listrik, gas dan air bersih perannya dalam struktur ekonomi daerah masih kecil yaitu antara 1-3 persen. Struktur ekonomi Kabupaten Boven Digoel secara jelas dapat terlihat pada Gambar 34 di bawah ini. 97

3% 2%1% 13% 16% 1% 25% 0% 39% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 34 Struktur Ekonomi Kabupaten Boven Digoel Tahun 2008. Sebagai kabupaten yang baru terbentuk 7 tahun yang lalu, derajat hidup masyarakat Kabupaten Boven Digoel masih jauh tertinggal dibanding kabupaten induknya yaitu Merauke. Angka harapan hidup masyarakatnya sebesar 66,2 tahun ada tahun 2007. Mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 dan 2006 yang berturut-turut sebesar 65,6 dan 65,8 tahun. Angka melek huruf masih sangat rendah yaitu sebesar 31,7 persen pada tahun 2007, sedikit meningkat dari tahun 2005 yang sebesar 31,4. Hal ini memperlihatkan bahwa lebih dari setengah dari jumlah penduduk Boven Digoel masih belum melek huruf. Indeks pembangunan manusia perlahan meningkat yaitu menjadi 48,7 atau meningkat 1,9 point dibanding tahun 2004. Pengeluaran riil perkapita juga meningkat dari Rp. 572.800,- pada tahun 2006 menjadi Rp. 574.400,- pada tahun 2007. Peningkatan derajat hidup masyarakat Boven Digoel diikuti oleh persentase penduduk miskin yang sedikit berkurang yaitu dari 29,64 persen pada tahun 2006 menjadi 29,52 pada tahun 2007 atau menyusut 0,12 persen. Perkembangan capain kinerja pembangunan manusia Kabupaten Boven Digoel dapat terlihat pada Tabel 28 di bawah ini. 98

Tabel 28 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Boven Digoel Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) - 65,6 65,8 66,2 2. Angka Melek Huruf (%) 31,4 31,7 31,7 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 572,8 574,4 4. Indeks Pembangunan Manusia 46,8 47,6 48,3 48,7 5. Angka Kemiskinan (%) - - - - 29,64 29,52 Sumber : BPS Propinsi Papua, 2009. 4.4.3 Kabupaten Pegunungan Bintang Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua. Kabupaten Pegunungan Bintang memiliki luas wilayah 15.683 km 2 atau mencakup 5 persen dari total luas Propinsi Papua yang sebesar km 2. Pada awal pembentukannya Kabupaten Pegunungan Bintang terdiri atas 6 distrik yaitu Distrik Borme, Distrik Okbibab, Distrik Kiwirok, Distrik Batom, Distrik Oksibil dan Distrik Iwur. Sampai dengan tahun 2008, wilayah administratif Kabupaten Pegunungan Bintang dimekarkan menjadi 12 distrik dengan jumlah kampung sebanyak 110 kampung. Jumlah penduduk tahun 2008 mencapai 96.511 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 6 jiwa/km 2. Persebaran penduduk antar distrik tidak merata, di mana distrik dengan kepadatan tertinggi adalah Distrik Batom yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 4.780 jiwa dan tingkat kepadatannya 11 99

jiwa/km 2. Sementara distrik dengan jumlah penduduk terbesar adalah Distrik Bime dengan jumlah penduduk 21.601 jiwa. Perkembangan perekonomian Kabupaten Pegunungan Bintang secara makro yang digambarkan melalui indikator pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita seperti terlihat pada Tabel 29 di bawah menunjukan peningkatan yang cukup berarti meskipun dari lima kabupaten perbatasan darat di Propinsi Papua, Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan daerah dengan nilai PDRB perkapita terkecil yaitu hanya Rp. 3,521 juta pada tahun 2008 atau meningkat Rp. 1,019 juta dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi daerah mengalami percepatan yang cukup signifikan yaitu 8,63 persen pada tahun 2006, 9,28 persen pada tahun 2007 dan mencapai 11,43 persen pada tahun 2007. Tabel 29 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 1.657.443 7,99 2005 1.858.390 6,73 2006 2.075.248 8,63 2007 2.502.692 9,28 2008 3.521.051 11,43 Sumber : BPS Kabupaten Pegunungan Bintang, 2009 Struktur ekonomi kabupaten Pegunungan Bintang sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar 35 ditopang oleh sektor pertanian sebesar 46 persen dan sektor konstruksi mencapai 35 persen. Munculnya sektor konstruksi sebagai penopang kedua perekonomian daerah merupakan efek dari pembangunan infrastruktur wilayah yang menyerap banyak anggaran daerah sehingga belanja modal pemerintah daerah berupa konstruksi mampu meningkatkan nilai tambah yang cukup besar pada sektor ini. Sedangkan peran sektor ekonomi lainnya belum banyak terlihat mengingat daerah ini memiliki keterbatasan infrastruktur jika dibandingkan dengan empat daerah perbatasan lainnya di Propinsi Papua. 100

7% 4% 0% 7% 46% 35% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA 0% 1% Gambar 35 Struktur Ekonomi Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2008. Tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Boven Digoel, kondisi derajat hidup masyarakat Pegunungan Bintang juga masih memperihatinkan. Angka harapan hidup tahun 2008 sebesar 65,2, angka melek hurufnya hanya 31,6 persen dan pengeluaran riil perkapita sebesar Rp. 573.100, serta indeks pembangunan manusia sebesar 47,4 yang merupakan IPM terendah diantara seluruh kabupaten/kota di Propinsi Papua yang berjumlah 27 daerah. Perkembangan kinerja pembangunan manusia Kabupaten Pegunungan Bintang terlihat pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 64,6 64,9 65,2 2. Angka Melek Huruf (%) 31,4 31,6 31,6 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 573,1 573,1 4. Indeks Pembangunan Manusia 46,5 46,9 47,2 47,4 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 50,33 51,26 - Sumber : BPS Propinsi Papua, 2009. Selain memiliki nilai IPM terendah, Kabupaten Pegunungan Bintang juga merupakan daerah dengan persentase jumlah penduduk miskin terbesar di 101

Propinsi Papua yaitu sebesar 51,26 persen pada tahun 2006. Artinya bahwa lebih dari separuh penduduknya hidup berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini terjadi karena keterbatasan bahkan ketiadaan infrastruktur daerah baik berupa sarana penunjang transportasi seperti jalan, jembatan maupun lapangan terbang serta sarana komunikasi yang juga sangat terbatas. Satu-satunya transportasi yang dapat dipergunakan untuk menjangkau distrik yang ada di Kabupaten Bintang adalah pesawat terbang itupun dengan frekuensi dan daya angkut yang terbatas mengingat daya dukung lapangan terbang yang tiak layak serta kondisi alam yang berbahaya. 4.4.4 Kabupaten Keerom Kabupaten Keerom merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayapura yang terbentuk pada tahun 2002 yang dikukuhkan melalui Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Keerom sebesar 9.365 Km 2 dengan jumlah distrik diawal pembentukannya sebanyak lima distrik yaitu Distrik Skanto, Distrik Arso, Distrik Waris, Distrik Senggi dan Distrik Web. Secara astronomis Kabupaten Keerom terletak antara 1400 15' 0'' - 1410 0'0'' Lintang Selatan dan 20 37' 0'' - 40 0' 0'' Bujur Timur, sedangkan secara administratif daerah ini sebelah utara berbatasan dengan Kota Jayapura, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jayapura dan sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea. Peta administratif Kabupaten Keerom terlihat pada Gambar 36 di bawah ini. 102

Gambar 36 Peta Administratif Kabupaten Keerom. Sampai dengan tahun 2008, Kabupaten Keerom terdiri atas tujuh distrik di mana lima diantaranya berbatasan langsung dengan Papua New Guinea yaitu Distrik Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, Distrik Arso Timur dan Distrik Owe. Luas wilayah lima distrik ini mencakup setidaknya 60 persen dari luas total Kabupaten Keerom dengan jumlah Pos Lintas Batas (PLB) berjumlah 4 buah yaitu PLB Arso Timur, PLB Waris, PLB Senggi dan PLB Yuruf. Pos Lintas Batas yang ada masih tradisional dah hanya dijaga oleh satu orang personel kemanan. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Keerom yang digambarkan melalui indikator pertumbuhan ekonomi dan besaran PDRB seperti diperlihatkan dalam Tabel 31 di bawah menunjukan peningkatan yang cukup berarti. Pertumbuhan ekonomi daerah dalam 3 tahun terakhir yaitu tahun 2006, 2007 dan 2008 selalu mencapai angka dua digit yaitu berturut-turut sebesar 27,12 persen, 11,94 persen dan 11,41 persen. Capaian ini menjadikan Kabupaten Keerom sebagai daerah perbatasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding daerah perbatasan lainnya yang tersebar pada empat propinsi yaitu Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Papua. 103

Tabel 31 Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Keerom Tahun 2004-2008 Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 2004 7.154.571 5,69 2005 8.245.817 7,91 2006 10.422.785 27,12 2007 11.684.033 11,94 2008 12.911.877 11,41 Sumber : BPS Kabupaten Keerom, 2009 Postur ekonomi Kabupaten Keerom seperti terlihat dalam Gambar 37 di bawah ditopang oleh sektor pertanian sebesar 37 persen, sektor konstruksi 24 persen, sektor jasa-jasa 14 persen, sektor industri pengolahan 9 persen dan sektor perdaganagn hotel dan restoran sebesar 9 persen. Sedangkan sektor ekonomi lainnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gasa dan air bersih serta sektor keuangan, real estate dan jaa perusahaan perannya masih sangat minim yaitu antara 1-3 persen. 14% 3% 3% 37% 9% 24% 0% 9% 1% 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA Gambar 37 Struktur Ekonomi Kabupaten Keerom Tahun 2008. Peningkatan perekonomian daerah yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB perkapita yang semakin meningkat juga diikuti oleh peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Keerom yang terlihat dari 104

beberapa indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, pengeluaran riil perkapita, indeks pembangunan manusia dan persentase penduduk miskin. Tabel 32 berikut ini memperlihatkan perkembangan kinerja pembanguna manusia Kabupaten Keerom. Tabel 32 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya serta Angka Kemiskinan Kabupaten Keerom Tahun 1999-2007 Komponen Tahun 1999 2002 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Angka Harapan Hidup (Thn) 66,4 66,4 66,6 2. Angka Melek Huruf (%) 89,1 91,1 91,1 3. Pengeluaran riil perkapita (ribu Rp) 597,3 609,4 4. Indeks Pembangunan Manusia 66,1 66,5 66,9 68,0 5. Angka Kemiskinan (%) - - - 29,71 29,52 27,07 Sumber : BPS Propinsi Papua, 2009. Angka harapan hidup meningkat menjadi 66,6 tahun pada tahun 2007 atau sedikit meningkat yaitu 0,2 point dibanding tahun 2005. Angka melek huruf meningkat menjadi 91,1 persen dibanding tahun 2005 yang sebesar 89,1 persen. Indeks pembangunan manusia juga meningkat dari 66,1 pada tahun 2004 menjadi 68,0 pada tahun 2008. Berbeda dengan mayoritas kabupate/kota di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan persentase penduduk miskin, Kabupaten Keerom justru mengalami penurunan persentase penduduk miskin yaitu dari 29,71 persen pada tahun 2005 menjadi 29,52 pada tahun 2006 dan terus mengalami penurunan menjadi 27,07 persen pada tahun 2007. 4.4.5 Kota Jayapura Kota Jayapura dengan luas wilayah hanya sebesar 940 km 2 merupakan satu-satunya kota yang berada di wilayah perbatasan negara. Secara astronomis daerah ini terletak pada 130 0-141 0 Bujur Timur dan 1 0 27 1-3 0 49 1 Lintang Selatan. Sedangkan secara geografis, Kota Jayapura berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Keerom di sebelah selatan, 105

berbatasan dengan Kabupaten Jayapura di sebelah barat dan berbatasan dengan Papua New Guinea di sebelah timur. Gambar 38 di bawah ini memperlihatkan batas administratif Kota Jayapura. Gambar 38 Peta Administratif Kota Jayapura. Kota Jayapura terbagi dalam lima distrik yaitu Distrik Abepura, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram. Distrik Muara Tami merupakan distrik terluas yang mencakup 67 persen Kota Jayapura. Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2008 mencapai 220.109 jiwa atau 11 persen dari total penduduk Propinsi Papua. Konsentrasi penduduk Kota Jayapura berada di Distrik Jayapura Utara dengan persentase sebesar 27,5 persen. Kota Jayapura memiliki satu Pos Lintas Batas dengan Papua New Guinea yang terletak pada Distrik Muara Tami. Kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi dan bersifat resmi antara kedua negara melalui pintu perbatasan ini masih sangat terbatas hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang mendukung serta kondisi sosial ekonomi kedua wilayah yang juga masih banyak memiliki keterbatasan sehingga interaksi ekonomi tidak seperti yang terjadi di Propinsi 106