HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB V HASIL PENELITIAN. penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB V HASIL PENELITIAN. Pembuatan ekstrak etanol Morinda citrifolia L dengan cara mengekstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

Pemberian Ekstrak Etanol Daun Salam Untuk Menurunkan Ekspresi Laminin Mesangial Tikus Sprague Dawley DM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. 1,2 Hiperglikemia merupakan

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN JUDUL...ii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB I PENDAHULUAN. dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat. World health organisation

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN. lxxiv

LAMPIRAN LAMPIRAN. LXXIV

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. suplementasi vitamin C terhadap jumlah fibroblas dan kolagen padat disekitar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemberian Ekstrak Etanol Daun Salam Untuk Menurunkan Ekspresi Fibronektin Mesangial Tikus Sprague Dawley DM

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

NASKAH PUBLIKASI POTENSI ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L) PADA TIKUS DIINDUKSI DIABETES DENGAN ALOKSAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja

Transkripsi:

62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb, dan penentuan dosis EEDS untuk menurunkan kadar gula darah sewaktu (GDS). 5.1.1. Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 mg/dl. Pada uji pendahuluan digunakan 4 ekor tikus Sprague dawley jantan usia 2 bulan sebagai hewan coba dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 2 ekor hewan coba dipuasakan 10-12 jam dan 2 ekor hewan coba tidak dipuasakan sebelum diinduksi dengan STZ 40 mg/kgbb. Selanjutnya hewan coba diukur kadar GDS pada hari ke-2 (48 jam), ke-4 (96 jam) dan ke-6 (144 jam) setelah diinduksi STZ. Tabel 3 Kadar gula darah sewaktu (GDS) pada uji pendahuluan NO KETERANGAN GDS POST STZ GDS PRE GDS GDS GDS STZ 48 JAM 96 JAM 144 JAM (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) 1 Tikus Puasa 1-258 494 359 2 Tikus Puasa 2-422 355 520 3 Tikus Non Puasa 1 133 445 349 405 4 Tikus Non Puasa 2 147 378 575 409

63 Tabel 3 menunjukkan kadar GDS setelah hewan coba diinduksi dengan STZ 40 mg/kgbb secara ip. Pada 48 jam setelah induksi sudah terlihat adanya peningkatan GDS dan mencapai lebih dari 200 mg/dl baik untuk hewan uji yang dipuasakan maupun yang tidak dipuasakan. GDS stabil mencapai lebih dari 200 mg/dl pada 96 jam dan 144 jam setelah induksi STZ. Berdasarkan data ini, selanjutnya pada penelitian ini ditentukan waktu 4 hari (96 jam) setelah induksi STZ hewan coba sudah mencapai DM. 5.1.2. Penentuan dosis EEDS Pada uji pendahuluan untuk menentukan dosis EEDS hewan coba diinduksi dengan STZ 40 mg/kgbb yang setelah mencapai DM (4 hari setelah induksi STZ) diukur kadar GDS dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi EEDS dan 3 kelompok perlakuan yang diberi EEDS per oral. Dosis EEDS yang digunakan mengacu pada dosis EEDS pada mencit yang berhasil menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan perhitungan dengan faktor konversi dosis dari mencit ke tikus, maka pada uji pendahuluan ini dipakai 3 macam dosis untuk 3 kelompok perlakuan yaitudosis 18,1 mg/200 grbb (kelompok P1), 36,2 mg/ 200 grbb (kelompok P2) dan 72,4 mg/200 grbb (kelompok P3). EEDS yang digunakan berasal dari maserasi serbuk daun salam 455,10 gram dalam 6500 ml etanol 70%. EEDS diberikan secara per oral pada kelompok perlakuan selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diukur kadar GDS pada semua hewan coba.

64 Tabel 4 Kadar GDS pada penentuan dosis EEDS Kelompok GDS Pre EEDS (gr/dl) GDS Post EEDS (gr/dl) Kontrol P1 P2 P3 493,0 ± 116,21 481,8 ± 72,22 518,2 ± 58,32 540,8 ± 44,20 508,0 ± 117,37 540,4 ± 149,63 524,5 ± 105,05 553,2 ± 106,0 Data kadar GDS sebelum pemberian EEDS dan setelah pemberian EEDS pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada dosis tersebut EEDS belum dapat menurunkan kadar GDS pada semua kelompok perlakuan, sehingga untuk penelitian ini jumlah EEDS yang diberikan harus ditingkatkan dengan cara dibuat EEDS dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 700 gram serbuk daun salam kering dalam 4500 ml etanol 70% dan dosis ditingkatkan menjadi 2 kali dari dosis uji pendahuluan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang disajikan pada tabel 4 maka pada penelitian ini dosis EEDS yang dipakai adalah 150 mg/ 200 grbb, 300 mg/ 200 grbb dan 450 mg/ 200 grbb. 5.2. Hasil penelitian 5.2.1. Identifikasi zat bioaktif yang terkandung dalam EEDS Dilakukan identifikasi zat bioaktif dan uji aktifitas antioksidan terhadap EEDS yang akan diberikan pada hewan coba. Hasil analisis kualitatif senyawa kimia dari EEDS ditunjukkan pada tabel 5.

65 Tabel 5. Hasil identifikasi zat bioaktif dalam EEDS Parameter pengujian Alkaloid Saponin Quinon Fenolik Triterpenoid Steroid Flavonoid Hasil Pengujian Hasil uji aktifitas antioksidan dengan metode difenilpikril hidrasil (DPPH) pada ekstrak etanol daun salam yaitu IC 50 = 89.627, konsentrasi senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun salam memyebabkan lebih dari 50% DPPH mengalami penurunan karakter radikal bebas lebih besar dari vitamin C yaitu IC 50 = 7.587. 5.2.2. Karakteristik kadar GDS, berat badan, HbA1c dan Hb dari sampel penelitian Penelitian ini menggunakan hewan coba 20 ekor tikus Sprague dawley jantan usia 1,5 sd 3 bulan berat badan 50 sampai dengan 200 gram yang diinduksi STZ 40 mg/kgbb ip dan pada hari ke 4 setelah induksi diukur kadar GDS (GDS pre EEDS). Hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol tanpa pemberian EEDS dan 3 kelompok perlakuan dengan pemberian EEDS

66 dengan dosis 150 mg/ 200grBB, 300 mg/ 200grBB dan 450 mg/200 grbb. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor hewan coba. Pemberian EEDS dilakukan per oral selama 15 hari. Pada hari ke 16 diukur kadar GDS, HbA1c dan Hb. Selama penelitian berjalan beberapa hewan coba drop out karena mati, yaitu pada kelompok P1 sebanyak 2 ekor, kelompok P2 sebanyak 1 ekor dan kelompok P3 sebanyak 1 ekor. Sehingga pada akhir penelitian data yang terkumpul diperoleh dari 16 ekor hewan coba yang terdiri 5 ekor hewan coba pada kelompok kontrol, 3 ekor pada kelompok P1, 4 ekor pada kelompok P2 dan 4 ekor pada kelompok P3. Tabel 6. Kadar GDS dan berat badan tikus DM sebelum dan sesudah pemberian EEDS Pre EEDS Post EEDS Kelompok GDS (gr/dl) BB (gr) GDS (gr/dl) BB (gr) Kontrol P1 P2 P3 344,4 ± 112,05 360,0 ± 171,02 356,5 ± 155,97 369,0 ± 112,90 119,8 ± 40,3 98,7 ± 40,0 120,6 ± 71,4 98,5 ± 49,8 411,0 ± 195,90 344,3 ± 75,83 271,8 ± 141,94 286,2 ± 133,75 133,0 ± 29,7 125,3 ± 14,3 119,6 ± 26,3 129,4 ± 31,7 Tabel 6 menunjukkan bahwa GDS meningkat pada kelompok kontrol dan setelah pemberian EEDS selama 15 hari kadar GDS mengalami penurunan pada semua kelompok perlakuan (P1, P2 dan P3). Penurunan GDS kelompok perlakuan ini menunjukkan efek hipoglikemik dari EEDS. Kelompok P2 dengan pemberian EEDS dosis 300 mg/ 200 grbb mengalami penurunan GDS paling besar dibanding kelompok P1 ( dosis EEDS 150mg/ 200 grbb) dan kelompok P3 ( dosis EEDS 450 mg/200 grbb). Hal ini dapat dilihat dari nilai median GDS yang tampak pada grafik boxplot pada gambar 9.

67 Gambar 9. Grafik boxplot kadar GDS setelah pemberian EEDS Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai median kadar GDS setelah pemberian EEDS pada kelompok P2 (dosis EEDS 300 mg/200 grbb) lebih rendah dibanding kelompok P1 dan P2. Nilai median kadar GDS kelompok kontrol lebih tinggi dibanding semua kelompok perlakuan. Tabel 7 menunjukkan data rerata kadar HbA1c dan Hb pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 15 hari setelah pemberian EEDS. Grafik boxplot untuk kadar HbA1c pada tiap kelompok ditampilkan pada gambar 10. Tabel 7. Kadar HbA1c dan Hb Kelompok HbA1c (%) Hb (gr/dl) Kontrol P1 P2 P3 5,8 ± 1,6 5,7 ± 1,5 5,9 ± 2,5 4,8 ± 0,9 12,9 ± 2,4 12,4 ± 3,7 13,1 ± 2,7 11,6 ± 2,6

68 Gambar 10. Grafik boxplot kadar HbA1c setelah pemberian EEDS Pada gambar 10 terlihat bahwa nilai median kadar HbA1c kelompok kontrol paling tinggi dan pada kelompok perlakuan nilai median kadar HbA1c semakin turun pada kelompok dengan dosis EEDS yang semakin besar. 5.2.3. Ekspresi kolagen mesangial glomerulus Ekspresi kolagen mesangial dinyatakan dalam Allred score yang merupakan penjumlahan dari proportion score dan intensity score. Gambar 10 menunjukkan foto ekspresi kolagen mesangial pada tikus DM kelompok kontrol.

69 (a) (b) (c) Gambar 11. Foto ekspresi kolagen mesangial tikus DM.kelompok kontrol (a) Allred score =7 ( (PS=4, IS=3); (b) Allred score = 3 (PS=2, IS=1),; (c) Allred score=6 (PS=3, IS=3) Tabel 8. Data proportion score, intensity score dan Allred score ekspresi kolagen mesangial Kelompok Proportion Score Intensity score Allred Score Kontrol P1 P2 P3 3,4 ± 0,55 3,33 ± 0,58 2,50 ± 0,56 2,75 ± 0,50 2,40 ± 0,55 1,67 ± 0,58 1,50 ± 0,58 2,25 ± 0,50 6,2 ± 0,84 4,7 ± 0,56 4,0 ± 1,16 5,3 ± 0,50 Tabel 8 menunjukkan data rerata proportion score, intensity score dan Allred score dari ekspresi kolagen mesangial glomerulus kelompok control dan kelompok perlakuan. Data allred score diperoleh dari hasil pembacaan proporsi

70 dan intensitas tiap presparat oleh 2 pembaca yang telah dilakukan uji reliabilitas dengan Cronbahs α = 0,88 (>0,497/ R tabel) yang berarti ada kesesuaian yang sangat baik antara 2 pembaca. Tabel 9. Hasil uji beda proportion score ekspresi kolagen mesangial p value K P1 P2 P3 K - 0,04* 0,02* 0,02* P1 0,04* - 0,18 1,00 P2 0,02* 0,18-0,13 P3 0,02* 1,00 0,13 - Hasil uji nonparametrik Kruskall wallis terhadap proportion score menghasilkan p=0,015 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan PS yang bermakna pada 4 kelompok penelitian. Hasil uji Mann Whitney terhadap kelompok Kontrol dan perlakuan seperti ditunjukkan pada tabel 9 menghasilkan p<0,05 yang menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, di mana proportion score kelompok perlakuan lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Pemberian EEDS dosis 150, 300 dan 450 mg/ 200 grbb dapat menurunkan proportion score ekspresi kolagen mesangial. Hasil uji nonparametrik Kruskall wallis terhadap intensity score ekspresi kolagen mesangial menghasilkan p=0,11 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan intensity score yang bermakna pada 4 kelompok penelitian.

71 Variasi nilai median dari Allred score ekspresi kolagen terlihat pada grafik boxplot pada gambar 10. Pada kelompok K diperoleh nilai median yang yang paling tinggi dan pada kelompok P2 diperoleh nilai median paling rendah.. Gambar 12. Grafik boxplot Allred score ekspresi kolagen mesangial Dilakukan uji non parametrik Kruskal-Wallis untuk menguji perbedaan skor ekspresi kolagen mesangial pada 4 kelompok penelitian. Uji beda ini menghasilkan p = 0,027 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan skor ekspresi kolagen yang bermakna antar kelompok sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Tabel 10 menunjukkan hasil uji beda yang bermakna dari skor ekspresi kolagen kelompok K dan P2 dengan nilai p<0,05 (p=0,032). Pemberian EEDS

72 dosis 300 mg/ 200 grbb menghasilkan skor ekspresi kolagen yang lebih rendah dibanding kelompok kontrol yang tidak diberi EEDS. Tabel 9. Hasil uji beda Allred score ekspresi kolagen mesangial p value K P1 P2 P3 K - 0,07 0,03* 0,11 P1 0,07-0,63 0,40 P2 0,03* 0,63-0,20 P3 0,11 0,40 0,20 - Berdasarkan hasil uji statistik terhadap proportion score dan intensity score dan Allred Score terlihat bahwa peningkatan ekspresi kolagen pada tikus DM lebih ditentukan oleh peningkatan proporsi dibanding intensitasnya. Pemberian EEDS dosis 300 mg/200 grbb mampu menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus DM.