NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO. Dewa Ayu Carma Miradayanti. Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PROSES FONOLOGIS BAHASA JAWA : KAJIAN TEORI OPTIMALITAS. Oleh Drs. Agus Subiyanto, M.A Fakultas Sastra Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR

NUMERALIA BAHASA DAYAK DESA

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

CAMPUR KODE PADA BERITA UTAMA BALI ORTI BALI POST

B E N T U K D A N F U N G S I B A H A S A R I T U A L C A R U P A Ñ C A S A T A D I D E N P A S A R B A R A T. Putu Weja Apryanthi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

ABSTRAK. Kata Kunci: kamus, bahasa, sastra, istilah, kategori.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

FRASA NOMINA JAWA KUNA DALAM TEKS ADIPARWA. Ni Ketut Apriani Jurusan Sastra Jawa Kuna Fakultas Sastra dan Budaya Unud

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia dan bahasa Inggris, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut.

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

CARA CEPAT DAN MUDAH MENGAJARAKAN MATERI MENULIS AKSARA JAWA PADA ANAK SEKOLAH RENDAH

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

KAMUS BALI-INDONESIA BIDANG ISTILAH JUDI DENGAN SARANA UANG KEPENG DAN DADU DI BALI I WAYAN BUDI UTAMA PROGRAM STUDI SASTRA BALI ABSTRAK

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

INTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

ANALISIS PEMAKAIAN BENTUK-BENTUK PRONOMINA PERSONA DALAM NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI E. Rafhiqi Pratama, Sujoko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

Jurnal Sastra Indonesia

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

Klasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

Transkripsi:

1 NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO Dewa Ayu Carma Miradayanti Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract The numerable research of ancient Javanese is based on the unique things which appear in this numeral of ancient javanese. Which as the fact that there is numeral which derives from Sanskrit and it is also used in Ancient Javanese. Beside that, the numerable research of Ancient Javanese has not done yet before. The purpose of this research is to describe the forms and the characteristics of the numeral of Ancient Javanese. This research was analyzed based on the structural theory by Ferdinand de Saussure. The dichotomy that is used in this research is synchronic analysis, signifiant-signifie, langueparole and syntagmatic-paradigmatic relationship. Formly, this numeral of Ancient Javanese can be divided into two. They are, base numeral and derivational numeral. The derivational numeral can also be divided into three, they are, the numeral of affix, duplication and combination. The characteristics that differenciate the numeral of Ancient Javanese and the other word classes are morphology and syntax. Keyword: numeral, form, characteristic. 1. Latar Belakang Bahasa Jawa Kuno termasuk rumpun bahasa yang dikenal sebagai bahasabahasa Nusantara dan yang merupakan suatu sub-bagian dari kelompok linguistis Austronesia. (Zoetmulder, 1985: 8). Bahasa Jawa Kuno sebagai salah satu warga bahasa Austronesia merupakan bahasa yang mempunyai kesusastraan yang sangat tua, ini terbukti dengan adanya karya-karya sastra tertua yang memakai bahasa Jawa Kuno. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain pada umumnya yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat penuturnya, bahasa Jawa Kuno tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat, sehingga disebut juga sebagai bahasa mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ranuh dalam penelitiannya yang berjudul Śakuntala (t.th: 3) yaitu Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Kawi ialah suatu bahasa mati, artinya bahasa yang tidak dipakai lagi dalam kehidupan sehari-hari, seperti bahasa Sanskerta, Latin, Yunani Kuno dan

2 lain-lain. Walaupun demikian, bahasa Jawa Kuno masih tetap ada dan dilestarikan keberadaannya di Bali. Bahasa Jawa Kuno sama seperti bahasa-bahasa lainnya yang memiliki beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Pertama, bahasa adalah sebuah sistem dan kedua, bahasa bersifat unik. Sebagai sebuah sistem berarti bahasa Jawa Kuno bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan. Subsistem tersebut antara lain subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi, yang disebut, tataran gramatika atau tata bahasa (Chaer, 2007 : 36). Salah satu yang dibahas dalam tataran gramatika adalah kategori kelas kata atau klasifikasi kata. Numeralia termasuk ke dalam salah satu kategori kelas kata. Numeralia juga disebut dengan kata bilangan. Numeralia ialah kata yang menyatakan jumlah suatu benda, jumlah kumpulan, atau menunjukkan urutan tempat suatu benda dalam deretan nama-nama benda yang lain (Yasin, 1987:234). Numeralia bahasa yang satu dengan bahasa yang lain memiliki sistem yang berbeda-beda, hal ini berkaitan dengan sifat atau ciri bahasa yang kedua yaitu bahasa bersifat unik. Keunikan numeralia bahasa Jawa Kuno yaitu adanya numeralia bahasa Sansekerta yang juga dipakai secara utuh kedalam bahasa Jawa Kuno. Hal ini menyebabkan adanya dua jenis numeralia tentu yaitu numeralia bahasa Jawa Kuno dan numeralia yang berasal dari bahasa Sansekerta. Keunikan yang lain yaitu dari segi pembentukannya, numeralia tentu bahasa Jawa Kuna selalu mendapatkan partikel ng di depan kata penggolong kecuali pada numeralia belasan. Kata penggolong yang dimaksud adalah puluh puluh, atus ratus, iwu ribu, yuta atau ayuta juta. Bahasa Jawa Kuno juga memiliki sistem tersendiri yang menarik untuk dikaji baik dari segi bentuk dan ciri. Ciri numeralia bahasa Jawa Kuno perlu diteliti lebih lanjut karena dari beberapa pembahasan mengenai numeralia bahasa Jawa Kuno, belum ada penjelasan yang menyangkut ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuno sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuno.

3 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, perlu diadakan penelitian yang khusus membicarakan numeralia bahasa Jawa Kuno baik dari segi maupun ciri untuk mendapatkan deskripsi yang lebih terperinci. 2. Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Numeralia bahasa Jawa Kuno. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Bagaimanakah bentuk numeralia bahasa Jawa Kuno? 2) Bagaimanakah ciri numeralia bahasa Jawa Kuno? 3. Tujuan Penelitian Numeralia bahasa Jawa Kuno memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah khasanah hasil-hasil penelitian terutama di bidang linguistik. Di samping itu penelitian mengenai Numeralia Bahasa Jawa Kuno juga bertujuan untuk memahami dengan lebih mendalam mengenai numeralia bahasa Jawa Kuno. Sesuai dengan ruang lingkup masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk numeralia bahasa Jawa Kuno serta menjelaskan ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuno. 4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode penyediaan data, metode analisis data dan metode penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data, metode yang digunakan adalah metode simak yang dibantu oleh teknik sadap dan teknik catat. Pada tahap analisis data digunakan metode distribusional, yaitu suatu metode yang menghubungkan fenomenafenomena bahasa yang akan diteliti tanpa menghubungkannya dengan fenomenafenomena yang ada di luar bahasa yang akan diteliti (Sudaryanto, 1988: 64). Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal serta menggunakan teknik deduktif dan induktif.

4 5. Hasil Pembahasan 5.1 Bentuk Numeralia Bahasa Jawa Kuno Jika dilihat dari segi bentuk, numeralia bahasa Jawa Kuno dapat dibagi menjadi dua yaitu numeralia dasar dan numeralia turunan. Pembagian ini berdasarkan atas ada tidaknya proses morfologis yang terjadi pada kata tersebut. 5.1.1 Numeralia dasar Numeralia dasar yaitu numeralia yang belum mengalami proses morfologis, baik itu afiksasi, reduplikasi, maupun pemajemukan atau kompositum. Numeralia dasar bahasa Jawa Kuno terdiri dari dua kelompok yaitu numeralia bahasa Jawa Kuno dan numeralia bahasa Sanskerta. Bahasa Jawa Kuno Bahasa Sansekerta - tunggal satu - eka satu - rwa, alih dua - dwi (dwa) dua - têlu (tiga) tiga - tri tiga - pat empat - catur empat - lima lima - panca lima - nêm enam - sad enam - pitu tujuh - sapta tujuh - wwalu delapan - asta delapan - sanga sembilan - nawa sembilan - sapuluh sepuluh - daśa sepuluh 5.1.2 Numeralia Turunan Numeralia turunan adalah Numeralia turunan adalah numeralia yang telah mengalami proses morfologis. Numeralia turunan terdiri dari numeralia berafiks, numeralia bereduplikasi dan numeralia gabungan. Numeralia berafiks adalah numeralia yang telah mengalami afiksasi. Numeralia berafiks yang ditemukan adalah numeralia berprefiks ka- yang menyatakan kumpulan atau tingkat. Misalnya: kalima /kalima/ kelima terbentuk dari numeralia dasar lima /lima/ lima yang mendapatkan prefiks ka-. Selanjutnya numeralia berprefiks pa- yang menyatakan bagian, misalnya aparwa menjadi dua, numeralia berprefiks ping- yang menyatakan perbuatan berulang-ulang, misalnya pingrwa dua kali, numeralia berprefiks sa- yang berarti satu misalnya salek satu bulan.

5 Selanjutnya numeralia bereduplikasi adalah numeralia yang telah mengalami pengulangan bentuk dasar. Reduplikasi yang terjadi yaitu reduplikasi penuh dan reduplikasi sebagian. Reduplikasi penuh yaitu mengulang seluruh bentuk dasar, misalnya tunggal-tunggal /tuŋgal tuŋgal/ satu-satunya yang merupakan hasil reduplikasi dari numeralia dasar tunggal /tuŋgal/ satu. Selanjutnya reduplikasi sebagian yaitu mengulang sebagian bentuk dasar, misalnya lilima lima yang merupakan hasil reduplikasi lima lima. Numeralia gabungan dalam bahasa Jawa Kuno terdiri dari numeralia belasan, puluhan, ratusan, ribuan, dan jutaan. Numeralia belasan terbentuk dari numeralia dasar yang bergabung dengan morfem terikat wêlas atau bêlas. Wêlas digunakan jika numeralia dasar berakhir dengan vokal, misalnya rwa wêlas /rwa wəlas/ dua belas. Jika numeralia berakhir dengan konsonan, yang digunakan adalah bêlas, misalnya nêm bêlas /nəm bəlas/ enam belas. Numeralia belasan bahasa Jawa Kuno terdiri dari numeralia bahasa Jawa Kuno dan numeralia bahasa Sanskerta. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut : Bahasa Jawa Kuno Bahasa Sanskerta sawêlas sebelas ekâdaśa sebelas rwa wêlas dua belas dwadaśa dua belas tiga wêlas tiga belas trayodaśa tiga belas pad bêlas empat belas caturdaśa empat belas lima wêlas lima belas pancadaśa lima belas nêm bêlas enam belas sodaśa enam belas pitu wêlas tujuh belas saptadaśa tujuh belas wwalu wêlas delapan belas asṭadaśa delapan belas sanga wêlas sembilan belas nawadaśa sembilan belas Numeralia puluhan, ratusan, ribuan dan jutaan proses pembentukannya hampir sama, perbedaannya terletak pada kata penggolong yang mendampinginya. Kata penggolong tersebut yaitu puluh puluh untuk menyatakan puluhan, atus ratus untuk menyatakan ratusan, iwu ribu menyatakan ribuan dan yuta atau ayuta menyatakan jutaan. Dalam proses pembentukan numeralia gabungan di atas, numeralia dasar akan mendapatkan partikel ng dan selanjutnya digabung dengan kata penggolong. Jika numeralia dasar berakhir dengan konsonan maka akan muncul bunyi /a/. Misalnya pat yang

6 mendapatkan artikel ng akan menjadi patang yang selanjutnya akan bergabung dengan kata penggolong. Jika bergabung dengan puluh menjadi patang puluh empat puluh, jika bergabung dengan atus ratus menjadi patang atus empat ratus, jika bergabung dengan iwu ribu menjadi patang iwu empat ribu dan jika bergabung dengan yuta atau ayuta juta menjadi patang yuta atau patang ayuta empat juta. 5.2 Ciri numeralia Bahasa Jawa Kuno Ada dua ciri yang dapat dipergunakan untuk mengenali numeralia, yaitu ciri morfemis dan ciri sintaksis. Ciri morfemis dikenali melalui bentuk-bentuk numeralia, sedangkan ciri sintaksis dikenali melalui perilakunya dalam tataran frasa dan klausa (Wedhawati, 2006: 304). Ciri morfemis yang ditemukan berdasarkan atas bentuk-bentuk numeralia. Ciri numeralia dasar adalah terdiri atas satu unsur dan unsur tersebut merupakan morfem bebas. Ciri numeralia berafiks yaitu salah satu unsurnya merupakan morfem terikat berupa afiks. Ciri numeralia bereduplikasi yaitu adanya morfem yang sama atau mirip akibat perulangan. Selanjutnya ciri numeralia gabungan terdiri dari ciri numeralia belasan yaitu ditandai dengan adanya kata wêlas atau bêlas belas, numeralia puluhan ditandai dengan adanya kata puluh puluh, numeralia ratusan ditandai dengan adanya atus ratus, numeralia ribuan ditandai dengan adanya kata iwu ribu dan numeralia jutaan ditandai dengan adanya kata yuta atau ayuta juta. Ciri sintaksis numeralia bahasa Jawa Kuno yang ditemukan yaitu (1) numeralia mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) numeralia dapat didampingi oleh kata bantu numeralia, dan (3) numeralia dapat didampingi oleh kata saka. 6. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu numeralia bahasa Jawa Kuno dari segi bentuk dapat dibagi menjadi dua yaitu numeralia dasar dan numeralia turunan. Numeralia dasar terdiri dari numeralia

7 bahasa Jawa Kuno dan numeralia bahasa Sanskerta, numeralia turunan terdiri dari numeralia berafiks, numeralia bereduplikasi, dan numeralia gabungan. Ciri numeralia bahasa Jawa Kuno yang digunakan untuk membedakan numeralia bahasa Jawa Kuno dengan kategori kelas kata yang lain dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri morfemis dan ciri sintaksis. 7. Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Ranuh, I Gusti Ketut. t.th. Śakuntala.Singaraja : Bali Dharma Sudaryanto. 1988. Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Sjafei, Soewadji. 1966. Pürwaśâstra Kitab Peladjaran Bahasa Kawi. Jakarta : Bhratara Wedhawati, Wiwin Erni, Siti Nurlina, Edi Setiyanto, Marsono, Restu Sukesti, Praptomo Baryadi. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta : Kanisius Yasin, Sulchan. 1987. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Penerbit Djambatan