III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB III METODE KAJIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

Penyebaran Kuisioner

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

III. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

A. KERANGKA PEMIKIRAN

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

Bab II Analytic Hierarchy Process

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB III METODE PENELITIAN

Analytic Hierarchy Process

III. METODE PENELITIAN

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

PENERAPAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN SCOOTER MATIC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

3 METODOLOGI. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE. Prosedur

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CISARUA, BOGOR FATWI ZANDOS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan/kuesioner, alat tulis menulis, komputer, software Expert Choice 9.0. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei dan observasi di lapangan. Sedangkan data sekunder bersumber dari dokumen dan kepustakaan yang relevan. 3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Teknik Penentuan Sampel a. Responden Peternak Penentuan responden peternak dilakukan secara stratified random sampling yang stratifikasinya dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan induk sapi perah laktasi. Stratifikasi dibagi dalam tiga strata yaitu: (1) Strata I, dengan kepemilikan induk kurang dari 6 ekor (2) Strata 2, dengan kepemilikan induk 6-10 ekor dan (3) Strata III dengan kepemilikan induk lebih dari 10 ekor. Ukuran sampel minimal untuk penelitian deskriptif berdasarkan metode Gay dan Diehl adalah 10 persen dari populasi (Sanusi, 2003). Ukuran sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 persen dari jumlah peternak masingmasing strata. b. Responden Pakar Penentuan responden pakar dilakukan dengan cara purposive sampling berdasarkan pertimbangan bahwa individu/lembaga yang bersangkutan dinilai memiliki kepentingan dan/atau kompetensi dan/atau pengaruh 15

dalam menentukan arah pembangunan peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel1. Responden Pakar yang Diwawancarai dalam Penelitian Lembaga/Instansi Bappeda Kabupaten Bogor Disnakkan Kabupaten Bogor BP4K Kabupaten Bogor Kecamatan Cisarua KUD Giri Tani Gapoktan Sapi Perah Bale Arminah PT. Cisarua Mountain Dairy Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kab. Bogor Institut Pertanian Bogor Total Jumlah Informan 2 orang 10 orang 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) survei melalui kuisioner terhadap responden peternak dan responden pakar; (2) observasi langsung di lapangan, dan (3) dokumentasi terhadap berbagai sumber dan dokumen yang relevan. 3.4.3 Variabel yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) kondisi peternakan sapi perah; (2) kondisi sosio demografi dan ekonomi keluarga peternak; (3)potensi sumber daya lahan dan air; (4) perilaku masyarakat dan (5) kebijakan pemerintah. 3.5 Analisis Data Sesuai dengan permasalahan serta tujuan penelitian, maka data-data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dalam urutan sebagai berikut: 3.5.1 Analisis Kondisi Terkini Peternakan Sapi Perah Rakyat a. Kondisi Usaha Peternakan Sapi Perah Parameter analisis meliputi populasi ternak sapi perah, kepemilikan ternak, tingkat produksi susu per satuan ternak, partisipasi anggota keluarga, penanganan limbah, kapasitas kandang dan kepemilikan lahan. Variabel ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. 16

b. Kondisi Peternak Sapi Perah Parameter analisis meliputi umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak dan penghasilan peternak. Variabel ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. c. Kondisi Kelembagaan Anilisis dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap komponen kelembagaan peternak 3.5.2 Analisis Kondisi Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Kondisi keberlanjutan usaha peternakan sapi perah rakyat adalah kondisi yang terkait dengan keberlanjutan usaha peternakan yang dilihat dari dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi terkini, kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat yang terkait dengan keberlanjutan pengembangan ternak sapi perah. Analisis dilakukan secara deskriptif eksploratif. 3.5.3 Analisis Kondisi Sumberdaya Lahan dan Air Analisis kondisi sumberdaya alam dan air merupakan analisis pendukung yang digunakan untuk analisis kondisi keberlanjutan yang terkait dengan dimensi ekologi. Analisis kondisi sumberdaya lahan dilakukan dengan memperhatikan penggunaan lahan yang ada dan daya dukungnya terhadap ketersediaan hijauan makanan ternak. Menurut Sumanto dan Juarini (2006), daya dukung hijauan makanan ternak adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan terutama hijauan yang dapat menampung kebutuhan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia dalam bentuk segar maupun kering tanpa melalui pengolahan dan tambahan khusus. Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan ST (Satuan Ternak), Kebutuhan pakan = populasi ternak (ST) x 1,14 ton Berat Kering Cerna (BKC)/tahun. Indeks Daya Dukung (IDD) merupakan perbandingan antara total produksi hijauan pakan tercerna dengan kebutuhan pakan tercerna untuk ternak yang berada pada suatu wilayah (Ashari et al, 1996). IDD mempunyai empat kriteria yaitu : (1) wilayah sangat kritis dengan IDD 1; (2) wilayah kritis dengan IDD> 1-1,5; (3) wilayah rawan, dengan IDD > 1,5-2; (4) wilayah aman dengan IDD> 2. Masing-masing nilai IDD mempunyai makna sebagai berikut: 17

Nilai 1 : Ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumber yang tersedia, terjadi pengurasan sumberdaya dalam agroekosistemnya dan tidak ada hijauan alami maupun limbah yang kembali melakukan siklus haranya Nilai > 1-1,5 : Ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumber daya tetapi belum terpenuhi aspek-aspek konservasi. Nilai >1,5 2 : Pengembalian bahan organik ke alam pas-pasan Nilai >2 : Ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien Kondisi sumber daya air dilakukan dengan memperhatikan kualitas air pada perairan yang menjadi tempat pembuangan limbah peternakan. Indikator yang digunakan dalam menilai limbah peternakan adalah parameter BOD, COD, Fosfor, Kesadahan, Nitrit, Amonia, Sulfat, E.Coli dan Total Coli. Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap data kualitas air yang diperoleh. Pengaruh limbah peternakan terhadap kualitas air dikaji melalui analisis kualitas air sebelum kawasan, di tengah kawasan dan setelah kawasan peternakan. Baku mutu yang digunakan sebagai pembanding adalah baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 3.5.4 Analisis Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Perah Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya, rumusan strategi pengembangan ternak sapi perah dilakukan melalui pendekatan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk kondisi ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993). Metode ini dipakai untuk mengorganisasikan informasi dan berbagai keputusan strategi secara rasional untuk selanjutnya dipilih alternatif strategi yang efektif (Eriyanto, 2007). Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses AHP (Marimin, 2004) adalah (a) penyusunan hierarki yaitu menguraikan persoalan menjadi unsurunsur dalam wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam bentuk hirarki (b) penyusunan kriteria yaitu penyusunan kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan (c) penilaian kriteria dan alternatif yang digunakan untuk melihat pengaruh strategis terhadap pencapaian sasaran, yaitu melalui perbandingan 18

berpasangan, dan (d) penentuan prioritas yaitu dengan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwaise comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing-masing komponen dengan perbandingan berpasangan dimulai dari level tertinggi sampai level terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan judgement para responden berdasarkan skala perbandingan berpasangan sebagaimana disajikan pada tabel berikut (Saaty, 1993): Tabel 2. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat Definisi Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antar dua nilai pertimbangan yang berdekatan Sumber : Saaty (1993) Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan Penggunaan prinsip kerja AHP yaitu perbandingan berpasangan (pairwise comparison) akan menghasilkan tingkat kepentingan suatu aspek terhadap aspek lain, kriteria terhadap kriteria lain, dan alternative terhadap alternative kebijakan lainnya dapat dinyatakan dengan jelas. Format tabel pembobotan aspek, kriteria, dan alternatif kebijakan disajikan sebagai berikut: 19

A=(aij)= A1 A2... An A1 1 A 12... a 1n A2 1/a 12 1... a 2n............... An 1/a 1n A 2n... 1 Dalam hal ini A1, A2,..., An merupakan set elemen pada satu tingkat keputusan hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matrik berukuran n x n, nilai aij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi berpasangan yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj. 1. Penyelesaian dengan manipulasi matriks Matriks diatas diolah untuk menentukan bobot dari aspek dan kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen (eigen vector), dengan prosedur (1) kuadratkan matriks tersebut; (2) hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi, dan (3) hentikan proses ini jika perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu. 2. Penyelesaian dengan persamaan matematik Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Perkalian baris (z) dengan rumus Zi = VEi = aij VEi = vektor eigen, n = jumlah elemen yang dibandingkan. b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen evp i = evp i merupakan elemen vektor prioritas ke-i. c. Penghitungan vector eigen (akar ciri) maksimum VA = a ij x VP dengan VA = (V ai ), VB = VA/VP dengan VB = (V bi ), lmax = ij 20

VB i untuk I = 1,2,,n VA=VB adalah vektor antara d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) Pengukuran ini untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. CI = λ maks = vector eigen /akar ciri maksimum n = jumlah elemen yang dibandingkan e. Perhitungan Consistensi Ratio (CR) Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR 0.1. Rumus CR adalah : CR = RI = Nilai Random Indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Random Indeks (RI) N RI N RI N RI N RI N RI 1 0,00 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 Sumber : Marimin (2004) Apabila nilai CR > 0,1 beberapa pakar berpendapat bahwa persepsi responden harus ditanya ulang, responden diganti atau datanya tidak perlu digunakan. 21

Pengolahan Vertikal Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Bila NP pq merupakan nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka : NP pq = untuk : p=1,2,3,...r dan T = 1,2,3,...,s Keterangan : NP pq = Nilai prioritas pengaruh ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama NPH pq = Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q NPT t = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (q-1) Dimana, p = jumlah tingkat hirarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-q s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (q-1) 3. Penggabungan Pendapat Responden AHP pada dasarnya dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli, namun dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik. Tujuan menyusun matrik ini adalah untuk membentuk suatu matrik yang mewakili matrik-matrik pendapat individu. X G = X G = rata-rata geometrik n = jumlah responden Xi = penilaian oleh responden ke-i Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur AHP. 22