25 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi ekologi dan kelembagaan di Sungai Cipeles. Pengamatan ekologi untuk mengetahui karakteristik habitat sungai melalui pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi perairan, serta untuk mengatahui kondisi sumberdaya ikan yang terdapat di Sungai Cipeles. Pengamatan kelembagaan untuk mengetahui modal sosial yang terdapat pada masyarat, terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan di Sungai Cipeles dan mengetahui peran setiap stakeholder dalam mengelola Sungai Cieles. Terjadinya suatu interaksi antara masyarakat dan sumberdaya ikan di Sungai Cipeles dikhawatirkan akan menimbulkan suatu masalah terhadap sumberdaya sehingga dilakukan analisis pengelolaan sumberdaya mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Ruddle (1994). Tahap-tahap penelitain dapat dilihat pada (Gambar 1). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga leuwi Sungai Cipeles yaitu Leuwi Uu, Leuwi Ahum, Leuwi Centong yang terletak di Desa Sukatali, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang pada April-Agustus 2010, dengan pengamatan sebanyak tiga kali pada interval 2 bulan. Peta lokasi penelitian tersaji pada (Gambar 2 dan 3). Pada pengamatan Juni pengambialan contoh ikan juga dilakukan di Leuwi Garis, karena jumlah ikan yang tertangkap pada ketiga stasiun sedikit, sedangkan dibutuhkan contoh ikan lebih banyak untuk pengamatan reproduksi, kebiasaan makan, dan pertumbuhan. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data, analisis data, dan pengolahan data. Pengambilan data langsung dilakukan di lapangan (in situ) meliputi pengambilan data ekologi dan kelembagaan. Tahapan analisis data dilakukan secara in situ maupun ex situ. Pengukuran secara ex situ dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan dan Laboratorium Biomakro-1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
26 Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian pengelolaan perikanan berbasis masyarakat di Sungai Cipeles 26
27 Gambar 2. Peta Kabupaten Sumedang Gambar 3. Peta lokasi penelitian di Sungai Cipeles
28 Gambar 4. Lokasi pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi perairan 3.3. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.3.1. Pengamatan parameter Fisika Kimia Perairan Tujuan dari pengamatan parameter fisika kimia perairan adalah untuk mengetahui kondisi perairan dan habitat Sungai Cipeles. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan kordinat. Penentuan kordinat dapat dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Titik yang dipilih merupakan titik yang terdapat leuwi di Sungai Cipeles tepatnya di Desa Sukatali. Setelah ditentukan titik pengmbilan contoh, kemudian adalah pengukuran kualitas air. Pengukuran kualitas air dilakukan antara pukul 07.00-09.00 WIB pada setiap titik koordinat stasiun tersebut. Hal utama yang dilakukan dalam pengukuran kualitas air adalah pengambilan air contoh. Pengambilan air contoh dilakukan secara horizontal pada bagian permukaan. Parameter kualitas air yang diamati adalah warna, kecerahan, kekeruhan, bau, rasa, temperatur, ph, TSS, DO, dan daya hantar listrik. Pengamatan parameter kualitas air seperti warna, kecerahan, temperatur, bau, DO, dan ph dilakukan secara in situ. Sedangkan pengamatan parameter kualitas air secara ex situ seperti TSS dan kekeruhan membutuhkan alat khusus untuk
29 mengamatinya. Pengawetan air contoh dilakukan dengan cara memasukan airkedalam botol sampel dengan ukuran satu liter untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Tabel 4. Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat dan bahan yang digunakan No Parameter Unit Alat dan Metode Keterangan 1 Kecerahan cm Secchi disk/pembiasan cahaya In situ 2 Suhu 0 C Thermometer Hg/pemuaian In situ 3 ph - Keretas ph/prubahan warna In situ 4 DO mg/l Winkler In situ 5 TSS mg/l Gravimetrik Ex situ 6 Kekeruhan NTU Turbidity meter Ex situ 7 Rasa,bau dan - Taste In situ aroma 8 Warna - Visual In situ 9 Debris - Visual In situ 10 DHL µmhous Sensitivitas sensor In situ Sumber : ARS Australia 2007 Langkah berikutnya adalah penentuan karakteristik habitat sungai dilakukan secara in situ. Pengamatan meliputi pengukuran ukuran vartikel, kedalaman, lebar sungai, arus, lebar badan sungai, pemanfaatan lahan, vegetasi sungai, debit air, ratarata hujan perminggu, cuaca, gangguan/aktivitas manusia, tipe substrat, laju erosi, dan pengambilan ikan contoh. Tabel 6. Penentuan ukuran partikel dan jenis substrat Patrikel Ukuran partikel Substrat %- bedrock (batuan keras) Substrat %- boulderc (batuan) >256 Substrat %- cobblec (batuan bulat) 64-256 mm Substrat %- pebble (batuan krikil) 16-64 mm Substrat %- gravel (pasir/butiran) 4-16 mm Substrat %- sand (pasir halus) 1-4 mm Substrat %- silt/clay (lumpur) <1 mm Sumber : ARS Australia 2007
30 Tabel 5. Parameter karakteristik leuwi dan metode analisis serta alat dan bahan yang digunakan No Parameter Unit Alat dan Metode Keterangan 1 Kedalaman m Tali brsekala In situ 2 Lebar sungai m Tali brsekala In situ 3 Lebar badan sungai m Tali brsekala In situ 4 Tipe substrat - Visual In situ 5 Ukuran batuan mm Visual In situ 6 Tata guna lahan - Visual/wawancara In situ 7 Vegetasi sungai - Visual/wawancara In situ 8 Debit air m 3 /s Bola, stopwatch In situ 9 Kanopi % Transek/% penutupan In situ 10 Hujan perminggu mm/tahun Visual/wawancara In situ 11 Warna perairan - Visual In situ 12 Biota ekor Alat tangkap In situ 13 Gangguan manusia - Visual/wawancara In situ 14 Laju erosi - V isual In situ 15 Kecepatan arus cm/detik Bola pimpong, stopwatch In situ Sumber : ARS Australia 2007 3.3.2. Pengambilan Ikan Contoh di Leuwi Pengambilan ikan contoh dilakukan di Leuwi Ahum, Leuwi Centong, dan Leuwi Uu yang terdapat di Desa Sukatali, Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang dengan bantuan nelayan. Pengambilan ikan di lapang dilakukan pada April-Agustus dengan interval pengambilan contoh 2 bulan. Pengambilan ikan dilakukan dengan mengunakan alat tangkap jaring lempar dengan ukuran mata jaring 2 cm. Pada pengamatan kedua yang dilakukan Juni pengambilan ikan selain di ketiga leuwi, juga dilakukan di Leuwi Garis yang terdapat di Desa Garis. Karena jumlah ikan yang tertangkap di ketiga leuwi yang menjadi setasiun pengamatan sedikit. Sedangkan diperlukan ikan yang relatif lebih banyak untuk pengamatan reproduksi, pola pertumbuhan, dan kebiasaa makan.
31 Tabel 7. Parameter biologi dan metode analisis serta alat dan bahan yang digunakan No Parameter Unit Alat dan Metode Keterangan 1 Panjang ikan cm Penggaris In situ 2 Berat ikan gram Timbangan In situ 3 Berat gonad gram Timbangan In situ 4 Jumlah telur butir Pinset, cawan petri/visual Ex situ 5 Diameter telur - Mikrometer, Ex situ mikroskop/pembiasaan cahaya 6 TKG - Visual in situ 7 Kebiasaan makan - Laboratorium/mikroskop Ex situ 8 Pertumbuhan - Analisis data panjang dan In situ 9 Kekayaan jenis ikan berat - Wawancara dan penangkapan ikan In situ 3.3.3. Penanganan Ikan Hasil tangkapan dari jaring lempar terdiri dari beberapa spesies ikan. Ikanikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah diisi air untuk menjaga ikan contoh tetap hidup. Proses selanjutnya adalah identifikasi jenis ikan contoh, pengukuran panjang dan bobot total, pembedahan, pengambilan gonad untuk ikan yang memiliki TKG III dan IV, dan pengambilan usus. Setelah dibedah gonad jantan maupun betina ditimbang dan usus ikan diukur panjangnya lalu diawetkan dalam plastik dengan formalin 4%, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis komposisi makanan dan diameter telur. 3.3.3. Pengamatan Kebiasaan Makan Pengamatan kebiasaan makan ikan dilakukan untuk mengetahui komposisi makanan ikan yang meliputi makanan utama, makanan tambahan, dan makanan pelengkap. Pengamatan dilakukan dengan membuyar usus, untuk selanjutnya dilakukan pengamatan mikroorganisime dibawah mikroskop. Kemudian dihitung dengan menggunakan indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Natrajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979).
32 3.3.4. Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan TKG dilakukan untuk mengetahui TKG ikan-ikan yang tertangkap selama pengamatan. Metode yang digunakan morfologi yaitu pengamatan gonad ikan secara visual yang dilakukan di lapangan. Gonad yang telah diamati secara morfologi, kemudian diawetkan dengan menggunakan larutan formalin 4 %. Dasar yang digunakan dalam penentuan TKG dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang, bobot, warna, dan perkembangan isi gonad yang terlihat (Effendie 2002). Pengamatan TKG mengecu pada penelitian (Sari 2007) mengenai biologi reproduksi ikan keperas (Cyclocheilichthys apogon) di Sungai Musi Sumatera Selatan, tersaji pada (Tabel 8). Tabel 8. Tingkat kematangan gonad ikan keperas (Cyclocheilichtahys apogon) TKG Testes Ovari I Testes berupa sepasang benang berwarna jernih dan permukaan licin Gonad (ovarium ) seperti sepasang benang tapi terlihat lebih besar daripada testes ikan pada stadium yang sama berwarna bening II Testes berwarna putih susu dan terlihat lebih besar dibandingkan pada testes TKG-1 III Testes hampir setengah dari rongga paritoneum berwarna putih susu dan mengisi sebagian besar peritoneum IV Testes makin besar dan pejal berwarna putih susu dan mengisi sebagian bersar peritoneum V Testes hampir mengisi sebagian besar rongga peritoneum Sumber : Sari 2007 dan permukaan licin Ovarium berukuran lebih besar dan berwarna putih kekuningan. Telur-telur belum bisa terlihat satu persatu dengan mata telanjang Ovarium hampir mengisi setangah rongga paritoneum, telur-telur mulai terlihat dengan mata telanjang berupa butiran halus, gonad berwarna kuning Ovarium mengisi sebagian besar ruang paritoneum, warna menjadi hijau kekuningan telur-telur jelas terlihat Gonad hampir mengisi lengkap bagian rongga paritoneum 3.3.5. Fekunditas dan Diameter Telur Penentuan fekunditas dilakukan dengan cara campuran, cara ini dilakukan dengan mengambil gonad ikan betina yang memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) IV. Berat gonad contoh diambil pada bagian posterior, median dan anterior kemudian ditimbang. Selanjutnya dienceran dengan 5 ml akuades dan dihitung fekunditas pada 1 ml contoh gonad. Setelah penghitungan fekunditas dilanjutkan
33 dengan pengukuran diameter telur dengan mikrometer okuler dan mikroskop binokuler pada pembesaran 4 10. Diameter telur ikan diambil dari bagian anterior, median, dan posterior gonad masing-masing 100 butir. 3.3.6. Kelembagaan Penelusuran sejarah bertujuan untuk mengetahui perkembangan sejarah terkait pengelolaan sumberdaya ikan di Sungai Cipeles. Studi ini dilakukan melalui wawancara, observasi, penelusuran pustaka, dokumen-dokumen, internet, maupun naskah kuno pengambilan contoh dilakukan dengan mengunakan metode purposive sampling. Tujuan dari pengamatan modal sosial adalah untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang terdapat dan dibentuk oleh masyarakat Desa Sukatali terkait dengan jejaring sosial, kepercayaan, dan norma. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif evaluatif, melalui observasi dan wawancara. Pengambilan contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan pertimbanganpertimbangan tertentu metode ini digunakan dalam penentuan responden dengan kriteria yang sudah ditentukan. Syarat untuk dijadikan informan kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahuan luas tentang kondisi sosial budaya dan ekonomi di lokasi penelitian. Dengan demikian yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari tokoh adat, pimpinan agama di desa, tokoh petani/nelayan dan lainnya yang dianggap respek terhadap masalah yang diteliti. Observasi digunakan untuk melihat kondisi fisik yang menyangkut sarana dan prasaran dan lembaga-lembaga sosial yang ada. Tujuannya untuk memperkaya data dari teknik lain dan membuktikan kesahihan data dari hasil wawancara. Analisis stakeholder adalah suatu pendekatan utuk meningkatkan pemahaman pada suatu sistem melalui identifikasi aktor kunci atau stakeholder pada suatu sistem dalam menduga perannya pada sistem tersebut (Grimble dan Chan 1995 in Haswanto 2006) analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dam memetakan stakeholder (tingkat kepentingan dan keterlibatan) dalam memanfaatkan sumberdaya ikan dan pengelolaan Sungai Cipeles serta potensi kerjasama dan konflik antara stakeholder. Identifikasi dan pemetaan stakeholder dilakukan melalui wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap para informan terpilih, syarat
34 untuk dijadikan informan kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahuan luas tentang kondisi sosial budaya dan ekonomi di lokasi penelitian. Yakni tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari ketua kelompok, kepala desa, Maupun tokoh agama. Instansi-instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumedang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumedang, Dinas Pekerjaan Umum Bagian Sumberdaya Air Kabupaten Sumedang, maupun kelurahan dan lainlain. Pengambilan contoh kelembagaan tesaji pada (Tabel 9). Tabel 9. Pengambilan contoh kelembagaan No Responden Total responden (orang) Keterangan 1 Kelurahan Desa Sukatali 1 Kepala Desa 2 Kelompok Mina Lestari 6 Ketua dan anggota 3 Masyarakat 5 Masyarakat bukan kelompok rumpon 4 Dinas Perikanana dan Peternakan Kabupaten Sumedang 3 Kepala Bidang Perikanan dan Perairan Umum 5 BBWS Cimanuk-Cisanggarung Cirebon 3 Kepala BBWS dan bagian hidrologi 6 Dinas Lingkungan Hidup 2 Wakil Kepala Dinas Kabupaten Sumedang dan staf 7 Dinas PU Bagian Sumberdaya Air Kabupaten Sumedang 8 Museum Perabu Geusan Ulun 4 Pengurus 2 Kepala Dinas dan staf 3.4. Analisis Data 3.4.1. Data Fisika Kimia Perairan (APHA 1989). Analisis data DO (Dissolved Oxygen) mengunakan perhitungan di bawah ini DO (mg/l) = ml titran x Na Thiosulfat x8 x1000 ml sampel botol BOD ml reagent x mlbotol BOD Pengukuran debit air dapat mengunakan perhitungan di bawah ini (Noordwijk et al. 2009). Keterangan : Q A V
35 Q : Debit aliran (m/s). A : Luas penampang vertikal (m). V : Kecepatan aliran Sungai (m/s). 3.4.2. Data Biologi Analisis kebiasaan makan ikan dicari dengan menggunakan rumus indeks bagian terbesar IP (Index of Preponderance) mengunakan rumus yang dikembangkan oleh Natrajan dan jingaran (1961) in Effendie (1979). IPi (%) Keterangan : Vi Qi ( Vi Qi) IP : Indeks bagian terbesar jenis makanan ke-i. V I : Persentase jenis volume makanan ke-i. Q i : Persentase frekuensi kejadian sejenis organisme makanan ke-i. Berdasarkan status urutan makanan ikan yang dinyatakan Nikolasky (1963) memberikan batasan nilai IP sebagai berikut. Nilai IP lebih dari 25% sebagai makanan utama, nilai IP antara 4-25% sebagai makanan tambahan, dan nilai IP < 4% sebagai makanan pelengkap. Dalam membuat sebaran frekuensi panjang dibutuhkan data panjang ikan kemudian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Walpole 1992) : 1. Menentukan wilayah kelas (WK) = max min, max = data terbesar; min = data terkecil. 2. Menentukan jumlah kelas (JK) = 1 + 3,32 log N; N = jumlah data. 3. Menghitung lebar kelas ( L) = WK/JK. 4. Memilih ujung kelas interval pertama. 5. Tentukan frekuensi panjang untuk masing-masing selang kelas. Pola pertumbuhan ikan dapat diduga dengan melihat hubungan panjang dan bobot (Effendie 1979). W = a L b Transformasi kedalam logaritma menjadi persamaan Log W = Log a + b Log L atau Y = a + bx
36 Keterangan : N W L : Jumlah ikan (individu). : Berat ikan (gram). : Panjang ikan (mm). a dan b : Konstanta hubungan panjang dan berat dapat di nilai dari nilai b : 1. Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan berat). 2. Bila b 3, hubungan yang terbentuk adalah alometrik yaitu : Bila b > 3, digunakan alometrik positif yang artinya pertumbuhan berat lebih cepat dari pada pertumbuhan panjang. Bila b < 3, digunakan alometrik negatif yang artinya pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat. Untuk menentukan bahwa nilai b = 3 atau tidak sama dengan 3, maka digunakan uji-t, dengan rumus (Walpole 1992): Keeratan antar hubungan panjang dan berat dilihat dari koefesien korelasi dengan rumus : hipotesa : Thit Ho : b = 3 pola pertumbuhan isometrik. H1 : b 3 pola pertumbuhan allometrik. b 3 Sd Selanjutnya Thit yang didapat akan dibandingkan dengan Ttabel pada selang kepercayaan 95%. Jika Thit > Ttabel, maka tolak Ho, dan sebaliknya jika Thit < Ttabel, maka terima Ho. Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan contoh dengan rumus sebagai berikut (Effendie 1979). Jika nilai b = 3 maka rumus yang digunakan adalah : Dan jika b 3 maka digunakan rumus : Keterangan : K : Faktor kondisi. 10 5 K 3 K L W b al W
37 W : Berat ikan contoh (gram). L : Panjang ikan contoh (mm). a dan b : Konstanta. Indeks kematangan gonad diukur dengan menggunakan rumus (Yustina and Arnentis 2002). Keterangan : IKG Bg Bt IKG ( Bg : Bt) x100% : Indeks Kematangan Gonad. : Berat gonad (gram). : Berat tubuh (gram). Fekunditas ditentukan dengan metode gabungan, yaitu dengan menggunakan rumus (Effendie 1979). Keterangan : F F G Q V F = GxVxf Q : Fekunditas total (butir). : Fekunditas dari subgonad (butir). : Berat gonad total (gram). : Berat subgonad. : Volume pengenceran. Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan hubungan fekunditas dengan panjang dan bobot melalui persamaan berikut. Hubungan Fekunditas dengan Panjang total : F = a L b atau log F = log a + b log L Hubungan Fekunditas dengan Bobot tubuh : F = a + Bw Keterangan : F : Fekunditas (butir). L : Panjang total ikan (mm). W : Berat tubuh ikan (gram). a dan b : Konstanta hasil regresi. Analisis kelimpahan relatif ikan menggunakan perhitungan di bawah ini (Kreb 1978 in Kristina 2001). Keterangan : Kr : Kelimpahan relatif (%). ni N : Jumlah individu spesies ke-i. : Jumlah total spesies (individu). ni Kr 100% N
38 3.4.3. Data Kelembagaan Pengamatan modal sosial yang terdapat pada masyarakat Desa Sukatali terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengelolaan sungai di Sungai Cipeles yang terdiri dari tiga komponen yaitu norma, jejaring sosial, dan kepercayaan tersaji pada (Tabel 10). Tabel 10. Analisis komponen modal sosial Elemen Norma Modal Sosial Jejaring Sosial Kepercayaan Sumber : Diadaptasi dari Bodin and Crona 2007 Sub elemen 1. Aturan formal 2. Aturan non formal /adat 3. Sanksi 4. Nilai-nilai terkait konservasi sungai 5. Nilai-nilai historis 1. Identifikasi isu-isu dalam konteks jejaring 2. Jender 3. Motif 4. Komunikasi 5. Konflik 1. Budaya 2. Supranatural (gaib) 3. Kebiasaan/tradisi Dalam menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan oleh masyarakat di Sungai Cipeles melaui Tradisi Rumpon megacu pada unsur-unsur pengelolaan sumberdaya yang dikembangkan oleh (Ruddle 1994) yang terdiri dari wewenang ternasuk didalamnya batas wilayah, sanksi, aturan, monitoring dan evaluasi, dan hak. Analisis unsur-unsur pengelolaan sumberdaya ikan di Sungai Cipeles dan subelemennya tersaji pada (Tabel 11).
39 Tabel 11. Unsur-unsur pengelolaan sumberdaya No Elemen Sub elemen 1 Wewenang (autority) 1. Tokoh masyarakat 2. Tokoh agama 3. Ilmuan 4. Batas wilayah 2 Sanksi (sanction) 1. Sanksi formal 2. Sanksi non formal 3. Sanksi fisik 3 Aturan (rules) 1. Aturan formal 2. Aturan informal/adat 4 Monitoring dan evaluasi 1. Mekanisme yang dilakukan (monitoring and evaluation) 2. Siapa yang melakukan 5 Hak (right) 4. Hak milik 5. Hak pengawasan 6. Hak pengaturan 7. Hak akses 8. Hak guna 9. Hak pengelolaan 10. Hak konservasi 6 Batas wilayah 1. Batas adiminstratif 2. Batas ekologi Sumber : Ruddle 1994 Analisis data stakeholder dilakukan dengan cara pemberian nilai tingkat kepentingan dan keterlibatan stakeholder dibandingkan, sehingga diperoleh koordinatnya. Hasil analisis mengkatagorikan stakeholder untuk tingkat kepentingan terhadap isu yang dialamatkan. Sementara posisi pada kuadran mnempatkan status stakeholder dalam pemanfatan sumberdaya di Sungai Cipeles diketahui posisi ini merupakan informasi bagi potensi keterlibatan stakeholder dalam proses konstruksi kelembagaan. Analisi data mengenai tingkat kepentingan dan keterlibatan
40 stakeholder terkait dengan pengelolaan sungai dan sumberdaya ikan melalui Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles tersaji pada (Tabel 12 dan 13). Tabel 12. Kriteria dan indikator tingkat kepentingan stakeholder Kepentingan Skor Kriteria Nilai Keterangan 7 Sangat tinggi 12-15 Sangat bergantung terhadap Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles 5 Tinggi 8-11 Bergantung terhadap Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles 3 Cukup tinggi 4-7 Cukup bergantung terhadap Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles 1 Rendah 0-3 Tidak bergantung terhadap Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles Tabel 13. Kriteria dan Indikator tingkat keterlibatan stakeholder Keterlibatan Skor Kriteria Nilai Keterangan 7 Sangat tinggi 12-15 Keterlibatan tinggi terhadap pengelolaan rumpon 5 Tinggi 8-11 Keterlibatan sedang dalam pengelolaan rumpon 3 Cukup tinggi 4-7 Keterlibatan kecil dalam pengelolaan rumpon 1 Rendah 0-3 Tidak terlibat dalam pengelolaan rumpon Analisi data antara tingkat kepentingan dan keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya ikan melalui Tradisi Rumpon di Sungai Cipeles. tersaji dalam bentuk matrik hubungan antara ketrlibatan dan kepentingan yang terdiri dari 4 kuadran, kuadran- 1 bertindak sebagai subjek, kuadran- 2 bertindak sebagai pemain, kuadran-3 bertindak sebagai pengikut, dan kuadran-4 bertindak sebagai contex seter. Lebih lengkapnya tersaji pada (Tabel 14).
41 Tabel 14. Matrik analisis kepentingan dan keterlibatan stakeholder Kepentingan tinggi Kepentingan rendah Keterlibatan rendah kelompok stakeholder yang penting namun perlu pemberdayaan (kuadran I - subject) (kelompok stakeholder yang paling rendah kepentingan (kuadran III pengikut) Sumber : Diadaptasi dari Baryson 2004 in Kuliah Kodiran 2009 Keterlibatan tinggi Kelompok stakeholder yang paling kritis (kuadran IIplayer Kelompok stakeholder yang bermanfaat bagi perumusan atau menjelaskan keputusan dan opini (kuadran IV Contex seter)