BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas

MINIMALISASI BIAYA DISTRIBUSI KAYU DENGAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVING HEURISTIC (DI CV. SUMBER JAYA GRESIK)

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) *

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

BAB I PENDAHULUAN. menunjang apakah produk tersebut akan kompetitif di pasar nantinya. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB 2 LANDASAN TEORI

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya,

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR DAN GENETIC ALGORITHM *

PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT

APLIKASI VEHICLE ROUTING PROBLEM PADA PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI AIR MINERAL CLUB DI KOTA BALIKPAPAN (Studi Kasus: PT Tirta Makmur Perkasa Balikpapan)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

SAVING MATRIX UNTUK MENENTUKAN RUTE DISTRIBUSI

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Usulan Rute Distribusi Roti Dengan Menggunakan Metode Clarke Wright Algorithm

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN

USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN LOCAL SEARCH *

Gambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara

Transkripsi:

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi di antara tahapan dari supply chain. Aliran bahan baku yang diperlukan berpindah dari supplier menuju suatu perusahaan pembuat produk dan perusahaan tersebut akan memindahkan barang jadi yang dihasilkan ke tangan konsumen. Distribusi merupakan suatu kunci dari keuntungan yang akan diperoleh perusahaan karena distribusi secara langsung akan mempengaruhi biaya dari supply chain dan kebutuhan konsumen. Jaringan distribusi yang tepat dapat digunakan untuk mencapai berbagai macam tujuan dari supply chain, mulai dari biaya yang rendah sampai respon yang tinggi terhadap permintaan dari pelanggan (Chopra, 2010, p86). Menurut Bowersox (1996, p90), saluran distribusi adalah kegiatan dari sekelompok pelaku bisnis yang memfasilitasi pertukaran produk dari pemilik awal produk tersebut (bahan baku dari supplier) sampai ke konsumen akhir. Gambar saluran distribusi menurut Bowersox (1996, p90) :

8 Industri Manufaktur Pedagang Grosir Bahan Baku Pengecer Pemakai akhir dan Pemerintah Sumber : Bowersox, 1996, p90 Gambar 2.1 Saluran Distribusi Umum Dalam menentukan rute distribusi, perusahaan harus mempertimbangkan 2 hal yaitu : - Apakah produk akan dikirim ke lokasi dimana konsumen berada atau konsumen mengambil sendiri produk yang ia pesan? - Apakah produk dari perusahaan langsung dikirim ke konsumen atau lewat media perantara? Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, cara pendistribusian produk dapat diklasifikasikan menjadi 6 desain jaringan distribusi (Chopra, 2010, pp91-102), yaitu :

9 a. Manufacturer Storage with Direct Shipping Pada desain ini, produk dikirim secara langsung dari perusahaan menuju konsumen akhir dengan melangkahi pengecer dimana mereka yang mengambil pesanan dari pelanggan. Aliran informasi bermula dari pesanan pelanggan ke pengecer. Lalu pengecer memberitahukan kepada perusahaan tentang pesanan dari konsumen. Setelah itu, perusahaan mengirimkan produk yang dipesan langsung ke konsumen. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Sumber : Chopra, 2010, p91 Gambar 2.2 Manufactured Storage with Direct Shipping Keuntungan terbesar dari desain ini adalah pemusatan inventori barang di pabrik perusahaan. Namun desain ini juga memiliki kekurangan yaitu tingginya biaya transportasi karena rata-rata jarak dari pabrik ke konsumen akhir sangat jauh.

10 b. Manufacturer Storage with Direct Shipping and In-Transit Merge Pada desain ini, konsumen dari berbagai lokasi memesan produk-produk dari pabrik-pabrik yang berbeda. Aliran informasi mengalir dari konsumen akhir ke pengecer. Kemudian pengecer memberitahukan pesanan-pesanan konsumen ke pabrik-pabrik yang memproduksi pesanan dari pelanggan. Setelah itu, produk-produk tersebut dikirimkan dari pabrik-pabrik menuju suatu tempat (carrier), lalu produk-produk tersebut dikirimkan ke konsumen akhir. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Sumber : Chopra, 2010, p94 Gambar 2.3 Manufacturer Storage with Direct Shipping and In-Transit Merge c. Distributor Storage with Package Carrier Delivery Pada desain ini, inventori tidak terletak pada pabrik melainkan di distributor pusat. Produk yang sudah dibuat oleh produsen dikirimkan ke

11 distributor pusat, kemudian distributor akan menyalurkannya ke konsumen. Aliran informasi dari desain ini hanya terjadi dari konsumen ke distributor. Lalu distributor merespons informasi tersebut dengan melakukan mengirimkan pesanan tersebut ke konsumen. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Sumber : Chopra, 2010, p96 Gambar 2.4 Distributor Storage with Carrier Delivery d. Distributor Storage with last-mile Delivery Pada desain ini, pabrik mendistribusikan produknya ke distributordistributor yang dekat dengan konsumennya. Dengan begitu, pengiriman dari distributor ke konsumen akan lebih cepat tetapi biaya inventori dari distributor tidaklah kecil karena distributor harus menyimpan produkproduk dari berbagai pabrik. Aliran informasi mengalir dari pesanan konsumen ke distributor yang terdekat dengan mereka. Lalu distributor

12 tersebut akan merespons pesanan mereka dengan mengirimkan produk pesanannya tersebut. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Sumber : Chopra, 2010, p98 Gambar 2.5 Distributor Storage with Last-Mile Delivery e. Manufacturer/Distributor Storage with Customer Pickup Desain ini berbeda dengan desain-desain yang dijelaskan sebelumnya. Pada desain ini, konsumen akan melakukan pesanan ke pengecer (baik lewat telepon atau web) dan konsumen sendiri yang akan mengambil barangnya tersebut di suatu tempat (pickup point). Aliran informasi pada desain ini dimulai dari konsumen ke pengecer. Setelah itu, pengecer akan melanjutkan informasinya tersebut ke pabrik-pabrik. Pabrik-pabrik tersebut akan merespons permintaan konsumen dengan mengirimkan barangnya ke distributor. Kemudian distributor akan mengirim produkproduk dari pabrik itu ke pickup point dimana pelanggan akan mengambil

13 sendiri barang pesanannya. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Sumber : Chopra, 2010, p100 Gambar 2.6 Manufacturer/Distributor Warehouse Storage with Customer Pickup f. Retail Storage with Customer Pickup Desain ini merupakan desain yang sering orang-orang temukan dimana inventori disimpan oleh pengecer. Kemudian konsumen akan datang ke pengecer untuk memilih produk yang ia inginkan lalu membelinya. 2.2 Transportasi Transportasi merupakan pergerakan suatu produk dari suatu lokasi ke lokasi lain yang merepresentasikan awal dari suatu rangkaian supply chain

14 sampai kepada konsumen (Chopra, 2010, p380). Tiga hal yang sangat penting dalam mengukur kinerja transportasi, yaitu : a. Biaya Biaya dari transportasi adalah suatu pengeluaran yang terjadi saat melakukan pengiriman dari suatu tempat ke tempat yang lain. Biaya ini dapat berupa biaya bahan bakar, biaya perawatan mobil, ataupun biaya dari pengemudi. Sistem logistik sebaiknya dapat meningkatkan utilisasi dari alat transportasi yang digunakan untuk meminimalkan total biaya. b. Kecepatan Kecepatan akan transportasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kecepatan dan biaya dalam transportasi berkaitan dalam dua hal. Pertama, suatu perusahaan transportasi dapat menawarkan layanan yang lebih cepat dengan mengenakan tarif yang tinggi. Kedua, semakin cepat layanan transportasi, maka semakin pendek pula waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan dan semakin cepatnya persediaan akan produk habis. Dari kedua hal tersebut dapat terlihat bahwa faktor kritikal dari metode transportasi adalah menyeimbangkan antara kecepatan dan biaya. c. Konsistensi Konsistensi dari transportasi mengacu pada variasi waktu yang dibutuhkan untuk mengukur spesifikasi pergerakan dari beberapa pengiriman. Maksudnya adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pengiriman

15 hendaknya konsisten. Misalnya apabila pengiriman diantara 2 lokasi tertentu membutuhkan waktu 3 hari, maka pengiriman selanjutnya dengan lokasi yang sama pun seharusnya membutuhkan waktu 3 hari juga. Apabila terjadi perubahan dalam waktu pengiriman tetapi lokasi yang dituju sama, akan mengakibatkan masalah dalam supply chain. Jika terjadi inkonsistensi dalam transportasi, makan akan berdampak pada inventori baik dari pihak supplier maupun konsumen. Lingkungan transportasi berdampak pada serangkaian keputusan yang dapat diimplementasikan dalam sistem logistik. Keputusan pada transportasi dipengaruhi oleh beberapa pihak (Bowersox, 2010, pp194 196), yaitu: a. Shipper dan Consignee Shipper dan consignee mempunyai kepentingan bersama dalam perpindahan barang dari asalnya ke tempat tujuan dalam kurun waktu tertentu dengan harga terendah. b. Carrier and Agents The Carrier adalah suatu bisnis yang bergerak dalam pelayanan transportasi yang berusaha untuk meningkatkan pendapatannya dengan meminimasi biaya yang berhubungan dengan hal transportasi. Sebagai perusahaan jasa, carrier ingin mengenakan biaya setinggi-tingginya kepada konsumennya dengan meminimasi tenaga kerja, bahan bakar, dan biaya kendaraan dalam memenuhi tugas pengiriman barang.

16 c. Pemerintah Pemerintah memiliki peran dalam transportasi karena transportasi merupakan suatu layanan mempengaruhi ekonomi dan kesejahteraan sosial. Pemerintah berupaya untuk menciptakan lingkungan transportasi yang efisien untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, pemerintah membuat regulasi agar perusahaan yang bergerak dalam jasa transportasi memberikan harga yang wajar kepada pengguna jasa transportasi tersebut. d. Internet Perkembangan zaman, membawa dunia industri kepada sistem berbasis komputer. Internet merupakan salah satu produk dari perkembangan zaman. Keuntungan utama dari komunikasi internet dalam hal transportasi adalah kemampuan carrier untuk memberikan informasi secara real time kepada supplier dan konsumennya. Informasi tersebut berupa status keberadaan dari produk yang sedang dikirim. Lewat internet, carrier dapat mengetahui dimana posisi kendaraan yang membawa barang pesanan, rute yang dipakai oleh kendaraan tersebut dan estimasi perkiraan waktu kapan barang itu akan sampai ke konsumen. Semua informasi yang didapatkan lewat internet itu diperoleh dari pemasangan alat tracking pada kendaraan carrier (GPS = Global Positioning System).

17 e. Public Pihak terakhir yang mempengaruhi keputusan dalam hal transportasi adalah masyarakat umum. Dampak dari sarana transportasi yang digunakan misalnya berupa polusi udara atau bahan bakar yang tumpah. Hal ini akan mempengaruhi lingkungan umum termasuk konsumen di dalamnya. Untuk menangani masalah ini, regulasi pemerintah terhadap kendaraan yang dipakai untuk transportasi sangatlah penting. Pemerintah harus secara tegas menetapkan standar kendaraan yang digunakan dan faktor-faktor keselamatan dalam berkendara sehingga kegiatan transportasi tidak mempengaruhi lingkungan sekitar. Hubungan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan transportasi dapat dilihat pada gambar berikut :

18 Sumber : Bowersox, 2010, p195 Gambar 2.7 Hubungan antara Pihak-pihak yang Berkaitan dengan Transportasi 2.3 Vehicle Routing Problem (VRP) Penentuan rute kendaraan merupakan salah satu masalah dari transportasi. Untuk meminimalkan biaya, suatu transportasi harus dapat menempuh rute kendaraan dengan jarak yang minimum, waktu yang minimum, dan tetap memperhatikan utilisasi kendaraan yang digunakan untuk melakukan pengiriman barang. Salah satu karakteristik permasalahan di atas sering disebut dengan Vehicle Routing Problem (VRP).

19 Menurut Kallehauge dkk. (2001), permasalah m-tsp (multiple Travelling Salesman Problem) merupakan suatu variasi dari TSP dimana terdapat sejumlah salesman yang mengunjungi setiap kota dan setiap kota tersebut hanya dapat dikunjungi oleh satu salesman saja. Tiap salesman berawal dari suatu depot dan pada akhir perjalanannya, mereka harus kembali ke depot tersebut. Menurut Sutapa dkk. (2003), permasalahan m-tsp sering disebut juga sebagai Vehicle Routing Problem (VRP) dimana sebuah kota diibaratkan sebagai sebuah permintaan atau konsumen, dan tiap kendaraan yang dipakai untuk perjalanan dianggap memiliki kapasitas tertentu. Perbedaan VRP dengan m-tsp terletak pada siapa atau apa yang mengunjungi suatu daerah tertentu. Di dalam VRP, total jumlah permintaan dalam suatu rute, tidak boleh melebihi kapasitas dari kendaraan yang digunakan untuk melewati rute tersebut. Hal ini membuat VRP kadang disebut juga sebagai CVRP (Capacitated Vehicle Routing Problem), (Sutapa dkk., 2003). VRP memulai perjalanannya dari suatu distributor dan pada akhir perjalanannya kendaraan tersebut harus kembali lagi ke distributor. Prins (2001) menggambarkan permasalahan VRP sebagai suatu undirected network G = (V,E), dengan sebuah node set V = {0, 1, 2,..., n}, dan sebuah edge set E. Node 0 merupakan sebuah depot yang memiliki sejumlah kendaraan dengan kapasitas yang sama atau identik, Q. Setiap konsumen (node i > 0) memiliki suatu permintaan non negatif q i, dan tiap

20 edge [i,j] memiliki biaya non negatif c ij = c ji. Tujuan dari VRP adalah untuk menentukan suatu rute kendaraan dengan total biaya minimal dimana tiap rute berawal dan berakhir pada suatu depot, tiap konsumen dikunjungi tepat satu kali, total permintaan yang dibawa oleh kendaraan tidak melebihi kapasitas dari kendaraan itu sendiri Q, dan biaya dari rute tersebut tidak melebihi upper limit L yang telah ditentukan perusahaan. 2.4 Clarke and Wright Saving Heuristic Metode untuk memecahkan masalah Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yaitu dengan metode Clarke and Wright Saving Heuristic. Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana sehingga mudah diimplementasikan untuk menentukan rute kendaraan. Langkah-langkah dari metode Clarke and Wright Saving Heuristic (Chopra, 2010) adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi matriks jarak Matriks jarak mengidentifikasi jarak antara dua buah lokasi yang akan dikunjungi oleh kendaraan. Jarak yang diketahui akan merepresentasikan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan transportasi diantara 2 lokasi yang berbeda. Cara untuk menghitung jarak dari setiap lokasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya yaitu dengan mengetahui waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu kendaraan untuk menempuh dari

21 satu lokasi ke lokasi lainnya. Dengan adanya asumsi rata-rata kecepatan yang digunakan, maka jarak akan diketahui dengan rumus : D = v x t, dimana D = Jarak antara 2 lokasi yang berbeda (km) v = Kecepatan rata-rata kendaraan (km/jam) t = Waktu tempuh kendaraan (jam) 2. Mengidentifikasi saving matriks Saving matriks merepresentasikan penghematan apabila suatu kendaraan mengunjungi beberapa lokasi secara bersamaan dibandingkan dengan mengunjungi satu per satu lokasi. Saving matriks S(x,y) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : Pabrik Konsumen x Pabrik dan Pabrik Konsumen y Pabrik menjadi Pabrik Konsumen x Konsumen y Pabrik Dari gambaran umum di atas terlihat jelas bahwa rute yang baru akan menghemat waktu dan jarak tempuh dari kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan pesanan konsumen. Nilai dari saving matriks dapat dirumuskan sebagai berikut: S(x,y) = D(DC,x) + D(DC,y) - D(x,y) dimana, S(x,y) = Nilai saving matriks dari konsumen x ke konsumen y D(DC,x) = Jarak dari pabrik (distrbution center) ke konsumen x

22 D(DC,y) = Jarak dari pabrik (distribution cener) ke konsumen y D(x,y) = Jarak dari konsumen x ke konsumen y 3. Membagi konsumen dalam rute perjalanan kendaraan Pada tahapan ini, dilakukan pembagian konsumen ke dalam suatu rute perjalanan kendaraan dengan mempertimbangkan konsumen dan kapasitas kendaraan yang digunakan. Sebuah rute dikatakan feasible apabila jumlah dari permintaan total dari semua konsumen tidak melebihi kapasitas kendaraan. Prosedur yang digunakan untuk pengelompokkan konsumen yaitu berdasarkan nilai saving matriks terbesar. Jadi, pertama-pertama yaitu mengurutkan nilai saving matriks dari yang terbesar sampai terkecil. Kemudian kelompokkan konsumen mulai dari nilai saving matriks yang terbesar sampai kapasitas kendaraan yang digunakan dapat menampung semua permintaan. Apabila kapasitas kendaraan sudah maksimal, maka prosedur tersebut akan berulang sampai semua konsumen teralokasi dalam suatu rute perjalanan. 4. Mengurutkan konsumen di dalam rute perjalanan Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode Clarke and Wright Saving Heuristic. Tujuan dari tahap ini adalah mengurutkan kunjungan dari kendaraan ke setiap konsumen yang sudah dikelompokkan dalam suatu

23 rute perjalanan agar dapat diperoleh jarak yang minimal. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengurutan kunjungan adalah sebagai berikut : a. Farthest Insert Prosedur ini dilakukan dengan melakukan penambahan konsumen dalam sebuah rute perjalanan. Prosedur ini dimulai dari penentuan rute kendaraan ke konsumen yang memiliki jarak yang paling jauh. Kemudian prosedur ini akan terus berulang hingga semua konsumen masuk ke dalam rute perjalanan. b. Nearest Insert Prosedur ini merupakan kebalikan dari farthest insert dimana prosedur ini dimulai dari penentuan rute kendaraan ke konsumen yang memiliki jarak yang paling dekat. Kemudian prosedur ini akan terus berulang hingga semua konsumen masuk ke dalam rute perjalanan. c. Nearest Neighbour Prosedur ini memulai rute kendaraannya dari jarak yang paling dekat dengan depot. Kemudian rute selanjutnya yaitu konsumen yang paling dekat dengan konsumen pertama yang sudah dikunjungi. Prosedur ini akan terus berulang sampai semua konsumen masuk ke dalam rute perjalanan.

24 d. Sweep Pada metode ini, sebuah titik dalam grid dipilih (secara umum yaitu depot) dan ditarik sebuah garis yang menyapu dua titik tersebut searah jarum jam ataupun melawan arah jarum jam. Rute perjalanan disusun berdasarkan titik konsumen yang terlebih dahulu bertemu dengan garis tersebut. Rute perjalanan yang diperoleh merupakan tahapan kunjungan sebuah kendaraan yang berotasi sesuai dengan garis yang ditarik dari depot. Setelah seluruh konsumen diurutkan, maka konsumen tersebut diseleksi untuk memulai rute pertama. Rute yang akan dikunjungi setiap konsumen tergantung pada urutan sebelumnya sehingga pengiriman yang dilakukan pada rute tersebut tidak melebihi kapasitas kendaraan. 2.5 Optimalisasi Optimalisasi adalah proses atau cara untuk menjadikan paling baik, paling tinggi, dan paling menguntungkan (Pusat Bahasa). Hasil dari optimalisasi disebut hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, optimalisasi yang ingin dicapai adalah optimalisasi rute. Optimalisasi rute adalah proses mencari rute yang paling baik dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan dan jarak tempuh dari beberapa alternatif yang ada.