BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PEMBUATAN SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TEHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN PADA KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV DATA DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Analisa Proses Pengerasan Komponen Dies Proses Metalurgi Serbuk Untuk Pembuatan Sampel Uji Konduktivitas Thermal

Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hap/cs. (gram) (cm) A 10% B 20%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

Gambar Modulus elastisitas berdasarkan porositas terukur pada material komposit Al/SiC p tanpa terlapisi dan terlapisi ZnO

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi tekanan kompaksi. Untuk selanjutnya dilakukan pengujian dan pengambilan data sebagai berikut: 1. Pengamatan struktur mikro 2. Pengujian kekerasan Vickers Gambar 4.1 spesimen soft magnetic dan material laminated Gambar 4.1 menunjukkan ukuran geometri dari sample soft magnetic yang mempunyai dimensi p= 2 cm, l= 2 cm dan t= 0,3 cm. Serbuk besi soft magnetic terbuat dari current bekas transformator yang mempunyai bentuk laminated.

Densitas Aktual ( (gr / cm 3 ) 27 4.1. Hasil Pengujian Densitas Pengujian densitas dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara densitas aktual dengan densitas teoritik menurut perhitungan rule of mixture soft magnetic komposit. Densitas teoritik dengan perhitungan rule of mixture berfungsi sebagai prediksi densitas dari komposit yang menjadi acuan dari hasil densitas aktual. Grafik hubungan antara variasi tekanan kompaksi terhadap densitas aktual ditunjukkan pada gambar 4.2 6 5.8 5.6 5.4 5.2 5 4.8 4.6 5.087 5.369 5.541 4.4 4 5 6 Tekanan Kompaksi (Ton) Gambar 4.2 Grafik pengaruh tekanan kompaksi terhadap densitas aktual Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan densitas aktual semakin meningkat dari 5,08 gr/cm 3 menjadi 5,54 gr/cm 3 seiring dengan peningkatan variasi tekanan. Semakin tinggi tekanan kompaksi maka semakin tinggi pula densitas aktualnya (German, 1998). Pada proses kompaksi, terjadi deformasi elastis pada serbuk yang saling bersentuhan dan menyebabkan partikel serbuk saling bergeser satu dengan yang lain dan terjadi penyusunan partikel. Menurut Gita (2014) apabila tekanan kompaksi yang diberikan lebih tinggi lagi maka tidak terjadi lagi penyusunan partikel sehingga diperoleh bentuk yang lebih padat.

28 Dari pengujian densitas aktual material laminated diperoleh nilai densitas yang lebih besar yaitu 7,6 gr/cm 3. Hal ini disebabkan karena material laminated memiliki dimensi yang lebih padat dan mempunyai sedikit porositas. Sedangkan dari perhitungan densitas teoritik rule of mixture material laminated diperoleh nilai 7,77 gr/cm 3 dan untuk material soft magnetic diperoleh nilai 6,83 gr/cm 3 pada tekanan 4 ton. Sedangkan pada tekanan 5 ton didapatkan nilai 6,86 gr/cm 3 dan pada tekanan 6 ton sebesar 7,06 gr/cm 3. Nilai densitas teoritik soft magnetic tiap variasi tekanan kompaksi tidak berbeda jauh karena menggunakan bahan serbuk besi, pengikat epoxy dan komposisi paduan yang sama untuk setiap variasi tekanan. 4.2. Perhitungan Porositas Pembuatan komposit sangat erat kaitannya dengan keberadaan porositas. Porositas sendiri merupakan suatu cacat material yang berupa kekosongan celah/rongga yang diisi oleh gas atau lubricant. Hasil nilai densitas aktual dan densitas teoritik digunakan untuk menghitung porositas yang terjadi pada komposit. Berikut ini adalah contoh perhitungan porositas pada soft magnetic komposit dengan pengikat epoxy pada variasi tekanan kompaksi 6 ton. = 1-100% = 21,6 % Keterangan : P = Porositas (%) ρa = densitas aktual (gr/cm 3 ) ρt = densitas teoritik (gr/cm 3 ) Dari hasil perhitungan porositas soft magnetic serbuk dengan variasi tekanan kompaksi 4, 5 dan 6 ton, digunakan untuk membuat grafik hubungan pengaruh variasi tekanan kompaksi terhadap porositas yang ditunjukkan pada gambar 4.3.

Porositas (%) 29 29 27 25 25.6 23 21 19 17 15 4 5 6 22 Tekanan Kompaksi (Ton) 21.6 Gambar 4.3 Pengaruh tekanan kompaksi terhadap porositas pada soft magnetic komposit Gambar 4.3 menunjukkan bahwa porositas yang terbentuk semakin kecil seiring dengan tingginya tekanan kompaksi. Hal ini disebabkan karena pada saat tekanan kompaksi yang tinggi dapat menyebabkan interaksi antar gesekan antar serbuk lebih tinggi sehingga mengurangi jumlah dari porositas. Gambar 4.3 juga memperlihatkan pada tekanan kompaksi 6 ton mempunyai nilai porositas yang terkecil yaitu 21,6%, dibandingkan pada tekanan 4 dan 5 ton sebesar 25,6% dan 22%. Sedangkan pada material laminated memiliki porositas yang lebih kecil yaitu 3%. 4.3. Hasil Pengamatan Struktur Mikro 4.3.1. Pengamatan Permukaan (Foto Makro) Hasil pengujian perbandingan foto makro soft magnetik dapat dilihat pada gambar 4.4

30 (a) (b) (c) Gambar 4.4. Perbandingan foto makro soft magnetik dengan tekanan kompaksi (a) 4 ton (b) 5 ton dan (c) 6 ton pada perbesaran 4x lensa optik Gambar 4.4 menunjukkan perbandingan foto makro dari spesimen soft magnetik yang terbuat dari serbuk besi dengan pengikat resin epoxy dan variasi tekanan kompaksi. Dari hasil pengamatan foto makro terlihat bahwa spesimen soft magnetik ini memiliki kepadatan yang cukup baik, meskipun di beberapa bagian terdapat pori-pori yang sering disebut void atau porositas yang ditunjukkan dalam lingkaran merah. Dari permukaan spesimen bisa terlihat bahwa pori-pori lebih banyak muncul pada spesimen soft magnetik dengan tekanan kompaksi 4 ton. Void semakin berkurang seiring penambahan tekanan kompaksi.

31 4.3.2. Pengamatan Struktur Mikro Untuk mengetahui morfologi/struktur mikro dari suatu zat padat, pada penelitian ini menggunakan pengamatan SEM (Scanning Electron Microscopy). Hasil pengujian struktur mikro menggunakan foto SEM dari soft magnetik dapat dilihat pada gambar 4.5 sampai 4.7. Tanda panah merah menunjukkan adanya porositas pada soft magnetic. (a) (b) Gambar 4.5 Pengamatan porositas menggunakan SEM pada soft magnetik komposit dengan tekanan 4 ton pada perbesaran (a) 1000x dan (b) 100x

32 (a) (b) Gambar 4.6 Pengamatan porositas menggunakan SEM pada soft magnetik komposit dengan tekanan 5 ton pada perbesaran (a) 100x dan (b) 1000x (a) (b) Gambar 4.7 Pengamatan porositas menggunakan SEM pada soft magnetik komposit dengan tekanan 6 ton pada perbesaran (a) 1000x dan (b) 100x

33 Berdasarkan hasil pengamatan SEM (gambar 4.5 sampai gambar 4.7) terlihat serbuk besi mempunyai bentuk yang irregular dan tidak sama. Hal ini akan berpengaruh pada distribusi serbuk dan friksi antar serbuk saat proses kompaksi. Selain itu, dari gambar 4.5 sampai 4.7 juga menunjukkan adanya porositas pada permukaan soft magnetik. Porositas mengindikasikan adanya celah/rongga yang diisi oleh gas atau lubricant. Hasil pembuatan soft magnetik komposit dari serbuk besi dan epoxy berdasarkan pengamatan SEM menunjukkan bahwa porositas pada tekanan 6 ton lebih sedikit bila dibandingkan dengan tekanan 4 ton maupun tekanan 5 ton. Semakin tinggi tekanan kompaksi maka porositas yang terbentuk semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena tekanan kompaksi yang tinggi menyebabkan interaksi antar gesekan lebih tinggi sehingga mengurangi jumlah dari porositas. Porositas berpengaruh terhadap sifat mekanik, adanya porositas dapat menurunkan sifat mekanik karena porositas dapat mengakibatkan konsentrasi tegangan sehingga mudah untuk terdeformasi plastis (German, 1984). Saat penekanan pada proses kompaksi, serbuk akan saling mengunci atau sering disebut fase interlocking. Semakin tinggi gaya tekan yang diberikan maka kontak antar permukaan partikel serbuk semakin luas. Dari hasil SEM juga terlihat bahwa serbuk besi belum tercampur secara merata (homogen) pada resin epoxy, hal ini diperlihatkan oleh daerah hitam yang nampak pada struktur mikronya. Ketidakhomogenan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya proses pencampuran manual (yang menggunakan adukan mortar tangan) antara serbuk besi dan resin epoxy. Selain itu, pengikat resin epoxy yang berwujud semi solid dapat menyebabkan paduan serbuk besi menggumpal dan sulit tercampur secara homogen.

34 4.3.3. Analisa Antar Muka Soft Magnetik Komposit Bahan komposit merupakan bahan gabungan suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda dalam bentuk dan atau komposisi material yang tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984). Perbedaan dan penggabungan dari unsur-unsur yang berbeda menyebabkan daerah-daerah batasan yang sering disebut interface. Gambar 4.8 Pengamatan SEM bagian interface soft magnetik komposit pada tekanan 6 ton dengan perbesaran 1500x Pada gambar 4.8 menunjukkan ikatan antar muka pada soft magnetik komposit. Ikatan antar muka terlihat bahwa permukaan antar serbuk dan epoxy sudah cukup rapat dan baik, hal ini dikarenakan kehadiran fasa liquid berperan pada saat proses pencampuran basah yang akan membentuk ikatan pendular yang dapat meningkatkan kekuatan interface (German, 1984). Ikatan pendular merupakan mekanisme pembentukan ikatan pada partikel, dimana ruang antar partikel diisi sebagian oleh zat

35 pengikat dan membentuk jembatan cair antar partikel. Pada gambar 4.8 juga terlihat adanya rongga pada interface yang disebut porositas. Selain itu juga nampak adanya interface antara matrik dan serbuk maupun interface antar serbuk itu sendiri. Gambar 4.9 Hasil SEM EDS Soft Magnetik dengan tekanan (a) 4 ton (b) 5 ton (c) 6 ton (d) laminated Dari hasil SEM EDS pada Gambar 4.9 dapat dilihat adanya unsur karbon (C) yang dominan dalam material soft magnetik. Adanya penambahan unsur karbon disebabkan karena pembuatan soft magnetik menggunakan pengikat resin epoxy yang mempunyai unsur utama carbon dan hydrogen (CH). Selain itu juga terdapat unsur oksigen (O) yang mengindikasikan adanya udara yang terjebak pada saat proses kompaksi. Adanya unsur O juga menunjukkan adanya porositas yang mengindikasikan adanya kekosongan yang diisi oleh gas/udara. Dari gambar SEM

36 EDS terlihat unsur O semakin berkurang seiring meningkatnya tekanan kompaksi, menurut Asyer (2007) hal ini menunjukkan bahwa tekanan kompaksi yang tinggi menyebabkan ikatan butir serbuk menjadi lebih kuat dan rapat sehingga unsur O semakin berkurang. Gambar 4.10 Diagram fasa Fe-C (Sumber: Fundamentals of Materials Science and Engineering 5th ed) Gambar 4.10 menunjukkan diagram fasa Fe-C yang digunakan untuk mengetahui fasa yang terjadi pada Fe-C jika diberi perlakuan panas. Serbuk soft magnetik terbuat dari bahan current laminated transformator yang mempunyai unsur dominan Fe dan karbon (C). Dalam proses pembuatan soft magnetic, serbuk besi terlebih dahulu diberi perlakuan panas pada suhu 600 ο C selama 1 jam dan di dinginkan secara perlahan di dalam furnace yang dimaksudkan untuk meningkatkan

37 sifat kemagnetannya (Edi, 2009). Saat diberi perlakuan panas maka unsur Fe akan berikatan dengan unsur O dan membentuk unsur Fe 2 O 3. Serbuk besi laminated mempunyai kadar karbon sebesar 1% dan jika dipanaskan pada suhu 600 ο C dengan proses pendinginan lambat maka akan terbentuk fasa perlit yang merupakan campuran fasa ferrit dan sementit yang mempunyai sifat kuat, relatif lunak dan ulet. 4.4. Hasil Pengujian Kekerasan Vickers Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengukur nilai kekerasan suatu material. Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras, maka dalam pengujiannya dilakukan penekanan kepada benda uji untuk menghitung nilai kekerasannya. Berikut ini ditunjukkan contoh perhitungan kekerasan Vickers pada soft magnetik komposit dengan variasi tekanan kompaksi 6 ton di titik 1: HVN = = = 43,3 kg/mm 2 Keterangan : P = Beban yang diberikan (Kg) D = Rata-rata diagonal bekas penekanan (mm 2 ) Hasil perhitungan kekerasan Vickers (VHN) untuk semua variasi tekanan kompaksi digunakan untuk membuat grafik hubungan pengaruh variasi tekanan kompaksi terhadap kekerasan pada soft magnetik komposit yang ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Nilai Kekerasan Vickers (VHN) 38 45 40 41.22 35 35.1 30 25 27.62 20 15 10 4 5 6 Tekanan Kompaksi (Ton) Gambar 4.11 Grafik pengaruh variasi tekanan kompaksi terhadap nilai kekerasan Vickers pada soft magnetik komposit Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa peningkatan tekanan kompaksi akan mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan dari soft magnetik komposit. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi gaya tekan atau kompaksi yang diberikan pada serbuk akan mengakibatkan ikatan butir antar serbuk menjadi semakin kuat dan jarak antar partikel serbuk menjadi semakin rapat. Menurut Asyer (2007) dengan butiran partikel yang semakin rapat maka densitas bahan hasil kompaksi juga semakin besar. Berdasarkan gambar 4.11 nilai kekerasan soft magnetik optimal terjadi pada saat variasi tekanan kompaksi 6 ton. Tetapi nilai kekerasan spesimen soft magnetik masih dibawah spesimen laminated, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan soft magnetik, serbuk besi menggunakan pengikat epoxy yang memiliki sifat kekerasan yang rendah jika dibandingkan dengan kekerasan serbuk besi. Selain itu, dengan adanya proses kalsinasi pada serbuk besi akan menghasilkan struktur mikro berupa pearlit kasar yang relatif lunak dan ulet. Perlakuan annealing pada serbuk besi dimaksudkan untuk meningkatkan sifat kemagnetannya (Edi, 2009). Nilai kekerasan vickers paling tinggi pada spesimen laminated sebesar 79,4 VHN selanjutnya pada spesimen soft magnetik dengan variasi tekanan kompaksi 6 ton yang mempunyai kekerasan sebesar 41,22 VHN dan pada variasi tekanan kompaksi 5 ton sebesar 35,1 VHN. Sedangkan kekerasan paling

39 rendah pada variasi tekanan kompaksi 4 ton yang mempunyai nilai kekerasan 27,62 VHN.