BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Bachiaria ruziziensis (RUMPUT RUZI) SEBAGAI HIJAUAN PAKAN KAMBING

dokumen-dokumen yang mirip
TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

Petunjuk Teknis PENGELOLAAN PAKAN DALAM USAHA TERNAK KAMBING

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

PENDAHULUAN. bahan pakan hijauan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Ekologi Padang Alang-alang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Petunjuk Teknis TEKNOLOGI PEMANFAATAN PAKAN BERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURA UNTUK TERNAK KAMBING

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

ISBN... Petunjuk Teknis TEKNIK BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Stenotaphrum secundatum UNTUK TERNAK KAMBING DAN RUMINANSIA LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. memenuhi kebutuhan pokok ternak, pertumbuhan dan perkembangan,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengeringan Pengeringan Matahari (Sun Drying)

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

Nutrisi dan Pakan Kambing dalam Sistem Integrasi dengan Tanaman

Di susun oleh : Wahyu. Aji Siswanto S1-TI- Transferr AMIKOM

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

III. BAHAN DAN METODE

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

MengenaL Lebih jauh setiap spesies HMT

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lazcano et al., (2008) dikatakan bahwa kotoran ternak. karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fabaceae, yang biasa disebut kembang telang (Zussiva et al., 2012). Tanaman

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

Transkripsi:

ISBN: 978-602-8475-03-7 Petunjuk Teknis BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Bachiaria ruziziensis (RUMPUT RUZI) SEBAGAI HIJAUAN PAKAN KAMBING Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009

Petunjuk Teknis BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Bachiaria ruziziensis (RUMPUT RUZI) SEBAGAI HIJAUAN PAKAN KAMBING Disusun oleh : Rijanto Hutasoit Juniar Sirait Simon P Ginting Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009 1

Petunjuk Teknis BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Bachiaria ruziziensis (RUMPUT RUZI) SEBAGAI HIJAUAN PAKAN KAMBING Diterbitkan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Hak Cipta @ 2008. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih Po. Box I Galang Deli Serdang Sumatera Utara 20585 Penyunting Pelaksana : Simon P Ginting Tata Letak dan Rancangan Sampul: Supriatna Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya Petunjuk Teknis Budidaya Dan Pemanfaatan Bachiaria Ruziziensis (Rumput Ruzi) Pakan Ternak Kambing. Penulis : Rijanto Hutasoit, Juniar Sirait, Simon P Ginting Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih : vi + 20 halaman ISBN : 978-602-8475-03-7 ii

KATA PENGANTAR Salah satu tujuan penulisan ini adalah untuk menyediakan buku pegangan bagi petani, petugas lapangan dan pengusaha yang bergerak dibidang peternakan. Buku petunjuk teknis ini memberikan informasi tentang Braciaria ruziziensis sebagai pakan ternak kambing, dan juga menjelaskan hijauan pakan ternak Braciaria ruziziensis sebagai pakan kambing. Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan yang berati bagi penerapan hijauan pakan ternak di Indonesia saat ini dan saat mendatang, terutama bagi peningkatan kesejahteraan petani peternak pada umumnya. Bogor, April 2009 Kepala Pusat, Dr. Abdullah M. Bamualim iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Halaman Daftar Tabel... vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. SEKILAS RUMPUT RUZI... 3 Asal Usul dan Distribusi Geografis... 3 Kesesuaian Iklim dan Lahan. 3 Karakteristik Morfologis. 5 Agronomi.. 5 BAB III. PRODUKSI DAN KUALITAS NUTRISI.. 6 Produksi.. 6 Kualitas Nutrisi 7 BAB IV. TEKNIS BUDIDAYA RUMPUT RUZI... 10 Persiapan Lahan 10 Pengolahan Tanah. 10 Penyiapan Bibit.. 11 Penanaman 13 Penyiangan dan Penyisipan. 13 Pemupukan 14 Panen... 14 BAB V. PEMANFAATAN RUMPUT RUZI SEBAGAI PAKAN KAMBING... 16 DAFTAR PUSTAKA... 20 ii iii iv iv

DAFTAR GAMBAR Halaman Rumput Ruzi berdaun lebat, berbulu pendek dan bertekstur lembut sangat disukai ternak ruminansia.. 4 Pols atau sobekan merupakan materi tanam rumput ruzi yang mudah dikembangkan dengan daya tumbuh yang tinggi... 12 Rumput Ruzi dapat dipanen pertama kali 2-3 bulansetelah ditanaman dan selanjutnya dipanen setiap 4-6 minggu.. 15 Rumput Ruzi dapat dimanfaatkan dengan cara pengembalaan karena relatif tahan injakan... 18 Rumput ruzi dapat diberikan dengan cara potong-angkut untuk ternak kambing yang sepenuhnya dipelihara didalam kandang 19 v

DAFTAR TABEL Kandungan beberapa zat nutrisi penting pada rumput ruzi Tingkat kecernaan beberapa zat nutrisi pada rumput ruzi yang diberikan kepada ternak kambing... Halaman 8 9 vi

BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan penggolongan Hoffman yang dilakukan atas dasar morfofisiologis dan perilaku makannya, maka ternak kambing termasuk kedalam kelompok intermediate yaitu antara kelompok perumput (grazer) dan peramban murni (concentrate selectors). Sebagai kelompok intermediate ternak kambing mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis hijauan pakan baik jenis rumput, legum rambat, pakis maupun legum perdu/pohon. Berbagai jenis hijauan pakan ternak yang tergolong eksotik/introduksi dan memiliki produktifitas tinggi dapat dikembangkan untuk berbagai jenis ternak ruminansia. Namun, kesesuaian tanaman pakan tersebut tidak selamanya berlaku untuk setiap jenis ruminansia, baik disebabkan oleh karena perbedaan struktur anatomi maupun ukuran organ cerna diantar jenis ternak ruminansia. Oleh karena itu, rekomendasi terhadap berbagai jenis tanaman pakan ternak yang paling sesuai untuk jenis ternak ruminansia tertentu sebaiknya dilakukan agar pemanfaatan hijauan pakan tersebut dapat maksimal. Salah satu jenis hijauan pakan dari kelompok graminae yang cocok untuk produksi ternak kambing adalah Brachiaria ruziziensis. Tekstur tanaman yang relatif lembut dengan ukuran batang dan daun yang tidak terlalu besar

secara fisik sesuai dengan ukuran dan kapasitas organ cerna ternak kambing yang realtif kecil. Umumnya petani peternak di pedesaan masih bertumpu pada caracara tradisional dengan mengandalkan rumput lapang sebagai sumber utama pakan ternak dengan jumlah yang terbatas. Keterbatasan pakan dapat menjadi penyebab utama populasi ternak disuatu daerah menurun,karena kemampuan peternak dalam penyediaan pakan akan menentukan jumlah ternak yang dipelihara. Untuk mengantisipasi kekurangan hijauan pakan, maka lahan kosong/lahan tidur dapat ditanami tanaman hijauan pakan yang berfungsi untuk padang pengembalaan maupun potongan. Brachia ruziziensis merupakan salah satu spesies rumput yang memiliki fungsi ganda yang dapat dipakai sebagai rumput potongan maupun pengembalaan, dan sangat disukai oleh ternak (palatabilitas tinggi) serta pertumbuhannya cepat, sehingga mampu bersaing dengan tanaman lain seperti gulma/ tanaman liar disekelilingnya. Disamping itu, tanaman ini tahan terhadap kemarau yang sedang, sehingga menjadi salah satu pilihan potensial untuk mendukung produksi kambing. Dalam tulisan ini dipaparkan secara rinci berbagai aspek karakteristik, budidaya serta pemanfaatan B. ruziziensis sebagai hijauan pakan, khususnya bagi ternak kambing baik untuk pemeliharaan kambing secara tradisionalsambilan maupun untuk usaha produksi secara komersial. 2

BAB II SEKILAS RUMPUT RUZI Asal Usul dan Distribusi Geografis Rumput Brachiaria sering disebut rumput bede dan untuk kultivar ruziziensis disebut rumput ruzi. B. ruziziensis berasal dari benua Afrika, khususnya dilembah Ruzizi dibagian Timur Zaire dan Burgundi. Tanaman ini telah berkembang luas di benua Afrika, terutama Negara Uganda, Afrika Selatan, Kongo dan Kenya. Tanaman ini juga telah berkembang dikawasan tropik terutama di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik. Kesesuaian Iklim Dan Lahan Rumput ruzi paling cocock untuk daerah dengan iklim basah (1000 mm/t) tanpa musim kemarau atau dengan musim kemarau yang pendek yaitu 3-4 bulan. Rumput ini juga dapat direkomendasikan untuk dataran tinggi (2000 m dpl) dengan iklim yang sejuk. Ruzi tumbuh dengan baik pada tanah subur dengan ph netral sampai keasaman sedang, namun rumput ini masih mampu tumbuh dengan baik pada tanah dengan kesuburan yang sedang. Pada tanah yang tidak subur, berdrainase buruk dengan musim kemarau yang panjang 3

rumput ruzi kurang sesuai. Namun, rumput ruzi dapat beradaptasi pada lingkungan dengan tingkat naungan yang sedang, sehingga dapat diintegrasikan pada tanaman kelapa. Gambar 1. Rumput Ruzi berdaun lebat, berbulu pendek dan bertekstur lembut sangat disukai ternak ruminansia 4

Karakteristik Morfologi Rumput ruzi memiliki daun yang lebat, padat berbulu pendek dan bertekstur lembut dengan panjang 10-25 cm dan lebar 10-15 mm. Daun dapat tumbuh dari buku batang maupun rizoma. Tinggi tanaman dapat mencapai 0,5-1,5 m pada saat berbunga. Bunga berbentuk mayang bendera. Rumput ini memiliki stolon, sehingga mampu berkembang dengan cepat membentuk hamparan yang lebat untuk menutup tanah dan mencegah erosi. Batang agak kasar dan memiliki ruas yang relatif pendek dengan perakaran yang dalam. Tanaman ini secara fisik sangat sesuai untuk ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Agronomi Rumput ruzi dapat dikembangkan secara vegetatif menggunakan materi tanam berupa pols (bagian batang dengan akar). Rumput ruzi juga dapat dikembangkan dengan biji. Tingkat penggunaan biji antara 2,5-10 kg/ha tergantung kualitas biji dan kesuburan tanah. Biji sebaiknya tidak ditanam melebihi kedalaman 1,5-2,5 cm. Tingkat germinasi biji tergolng rendah. Karena kebutuhan akan kesuburan tanah yang tergolong tinggi dibutuhkan pemupukan N dan K untuk memaksimalkan produksi, terutama setelah pemotongan. 5

BAB III PRODUKSI DAN KUALITAS NUTRISI Produksi Rumput ruzi termasuk rumput berumur panjang (> 3 tahun). Peremajaan dapat dilakukan bahkan pada tahun ke enam setelah ditanaman dan dikelola dengan pemotongan atau pengembalaan secara teratur. Dengan pola tanam mengikuti teknis anjuran maka rumput ruzi dapat menghasilkan produk bahan segar rata-rata sebanyak 120 ton/ha per tahun dengan kisaran antara 80-150 ton/ha per tahun. Dengan kandungan Bahan Kering (BK) sebesar 20% produksi rumput ruzi mencapai rata-rata 24 ton bahan kering/ha/tahun. Pada interval pemotongan 40 hari, maka produksi bahan segar untuk setiap pemotongan mencapai 40/365 x 120 ton = 13,2 ton per ha. Untuk mendapatkan kebutuhan rumput setiap hari dengan umur tanaman 40 hari, maka lahan yang tersedia perlu dibagi menjadi 40 petakan. Produksi bahan segar per petakan per pemotongan mencapai 13,2/40 = 0,33 ton/petak/pemotongan setara dengan 330 kg/petak/pemotongan. Daya dukung lahan yang ditanami rumput ruzi untuk pemeliharaan ternak kambing selanjutnya dapat dihitung baik berdasarkan berat segar 6

tanaman maupun berat keringnya. Dalam perhitungan daya dukung tersebut digunakan asumsi bahwa kebutuhan konsumsi pakan (berat segar) seekor kambing adalah sebesar 15% bobot tubuh. Berdasarkan asumsi tingkat kebutuhan pakan tersebut maka daya tampung lahan yang ditanami rumput ruzi terhadap kambing dengan bobot tubuh rata-rata 25 kg adalah sebesar 330/(15/100 x 25) = 88 ekor kambing dewasa/ha per tahun. Kualitas Nutrisi Rumput ruzi sangat disenangi ternak kambing, sehingga tidak membutuhkan waktu adaptasi untuk mencapai konsumsi maksimalnya. Kandungan nutrisi pada tanaman sangat dipengaruhi oleh umur saat dipanen. Pada tanaman sangat muda (umur 2-3 minggu) kandungan air relatif tinggi sehingga kandungan zat nutrisi yang lain menjadi relatif rendah. Sebaliknya pada tanaman yang terlalu tua (>10 minggu) kandungan serat meningkat dan kandungan nutrisi lain relatif rendah. Oleh karena itu, umur potong yang optimal (4-6 minggu) disarankan untuk menghasilkan kandungan nutrisi yang optimal. Kandungan zat gizi rumput ruzi disajikan pada Tabel 1. Kandungan bahan kering dalam pakan sangat penting artinya karena bahan tersebutlah yang akan dapat digunakan oleh ternak sebagai sumber nutrisi. Kandungan protein rumput ruzi tergolong sedang, namun kandungan ini akan menurun bila dipotong pada umur tua. 7

Tabl 1. Kandungan beberapa zat nutrisi penting pada rumput ruzi (Brachiaria riziziensis) Zat nutrisi Kandungan (%) Bahan kering 18-20 Air 80-82 Bahan organik 89-90 Abu/mineral 9-10 Protein kasar 8-14 Serat deterjen (NDF) 50-61 Serat deterjen (ADF) 35-40 Energi 4064 kkal/kg BK Taraf kecernaan suatu bahan pakan merupakan tolok ukur yang penting dalam mengevaluasi kualitas nutrisinya. Taraf kecernaan menunjukan seberapa banyak dari pakan yang dikonsumsi dapat dicerna oleh ternak didalam saluran cerna tubuhnya. Semakin tinggi taraf kecernaan suatu bahan pakan semakin banyak zat nutrisi yang dapat digunakan ternak untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Sebagaimana halnya dengan tingkat kandungan zat nutrisi, maka tingkat kecernaan tanaman pakan ternak seperti rumput ruzi sangat dipengaruhi oleh umur tanaman saat dipanen. Tanaman muda memiliki tingkat kecernaan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tua. Penurunan tingkat kecernaan pada tanaman tua terutama disebabkan oleh peningkatan kandungan serat yang lebih sulit dicerna oleh ternak. Pada Tabel 2 ditampilkan taraf kecernaan beberapa zat nutrisi pada rumput Ruzi. 8

Tabel 2. Tingkat kecernaan beberapa zat nutrisi pada Brachiaria ruziziensis yang diberikan kepada ternak kambing Zat nutrisi Taraf kecernaan (%) Bahan kering 43-55 Bahan organik 46-58 Protein kasar 45-60 Serat deterjen (NDF) 43-50 Serat deterjen (ADF) 43-48 Kisaran taraf kecernaan tersebut disebabkan perbedaan umur potong. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat kecernaan rumput ruzi pada ternak kambing tergolong sedang. Oleh karena itu, umur potong disarankan pada umur 6-8 minggu. Dari kisaran tingkat kecernaan ini dapat disarankan bahwa penggunaan rumput ruzi sebagai sumber hijauan tungal akan membutuhkan pemberian pakan tambahan (konsentrat) untuk memacu pertumbuhan dan produksi yang tinggi pada ternak kambing. Pengurangan penggunaan konsentrat dapat dilakukan apabila rumput ruzi yang digunakan relatif muda sehingga mengandung nutrisi yang baik, misalnya kandungan protein cukup tinggi (14%). Rumput ruzi yjuga dapat diberuikan bersama jenis rumput lainnya terutama dari jenis leguminosa. 9

BAB IV TEKNIS BUDIDAYA Brachiaria ruziziensis Persiapan Lahan Persiapan yang diperlukan dalam menyiapkan lahan untuk penanaman rumput ruzi tergantung kepada kondisi lahan. Lahan perlu dibersihkan dari tanaman lain seperti rumput liar, semak belukar dan pepohonan. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim penghujan. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan dengan pembajakan secara mekanis (traktor). Pembajakan akan membersihkan segala sisa tanaman beserta perakarannya, sehingga menjamin lahan yang bersih dari segala tanaman yang tidak diinginkan. Sisa tanaman yang masih ada kemudian dikumpul dan dibuang agar lahan menjadi bersih dari segala jenis tanaman yang tidak diinginkan. Pembajakan sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali 10

dengan selang antara 3-4 minggu setelah pembajakan pertama. Proses ini akan menggemburkan tanah dan membunuh tanaman liar lain yang masih tumbuh. Agar pengolahan tanah semakin sempurna dapat dilakukan penghalusan tanah menggunakan rotari yaitu 2-3 minggu setelah pembajakan kedua. Hal ini akan memudahkan proses penanaman maupun pembentukan petakan sesuai dengan kebutuhan. Pengolahan tanah yang sempurna akan mengurangi biaya untuk penyiangan maupun penyisipan tanaman yang tidak tumbuh. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Penyiapan Bibit Materi tanam rumput ruzi adalah pols (sobekan tanaman) walaupun dapat pula dikembangkan dengan biji. Pada tahap persiapan bibit perlu dihitung jumlah kebutuhan bibit untuk luasan lahan yang akan ditanam, sehingga kebutuhan bibit dapat tercukupi atau tidak sampai berlebihan. Kebutuhan bibit sesuai jumlah yang dibutuhkan sebaiknya terpenuhi dalam 3-5 hari masa pengambilan, sehingga memiliki daya tumbuh yang tinggi. Bibit yang ditanaman terlalu lama setelah diambil dari tanaman induk akan lebih sulit tumbuh, sehingga meningkatkan persentase tanaman mati dan meningkatkan biaya penyisipan. Bibit diperoleh dengan membongkar tanaman yang sudah cukup tua lalu dilakukan pemisahan/penyobekan menjadi 2-3 pols per tanaman. Untuk perjalanan yang cukup jauh, maka bibit kemudian di masukkan ke dalam karung lalu disiram dengan air secukupnya agar bibit tidak kering dan menjamin daya tumbuh yang tinggi. 11

Gambar 2. Pols atau sobekan tanaman merupakan materi tanam rumput ruzi yang mudah dilakukandengan daya tumbuh yang tinggi. 12

Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pada musim hujan. Pada musim kemarau penanaman masih dapat dilakukan selama penyiraman memungkinkan dilakukan. Penyiraman dilakukan 1 x/minggu sampai tanaman tumbuh atau sampai musim hujan tiba. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam (30-50) x (30-50) cm antar baris dan didalam baris. Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan tali agar kelihatan lurus dan rapi sehingga mempermudah dalam penyiangan dan perawatan. Dibutuhkan bibit tanaman sebanyak 2-3 pols dalam satu lobang. Penyiangan dan Penyisipan Satu bulan setelah ditanam diperlukan penyiangan untuk membersihkan tanaman dari gulma atau rumput liar dan tanaman lain yang ada disekitar tanaman rumput. Penyiangan merupakan kegiatan yang penting untuk menjamin pertumbuhan rumput secara baik. Keterlambatan dalam penyiangan dapat menyebabkan pertumbuhan rumput yang lambat dan lahan akan didominasi oleh tanaman liar, sehingga menyulitkan penyisipan. Penyisipan untuk mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru dilakukan setelah penyiangan. Biasanya diperlukan penyiangan ulang pada saat tanaman berumur dua bulan atau tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman liar. 13

Pemupukan Pada tanah yang tidak subur dan masam dengan ph tanah rendah (ph<5) diperlukan pupuk dolomit untuk menjamin pertumbuhan rumput yang baik. Pemberian dolomit dilakukan setelah pembajakan tanah yang pertama dengan dosis antara 5-10 ton/ha, tergantung kemasaman tanah. Penggunaan pupuk kandang sangat diperlukan untuk menambah kesuburan dan memperbaiki tekstur tanah. Pada tanah yang tidak subur diperlukan pupuk kandang sebanyak 10-40 ton /ha dan diberikan setelah pembajakan tanah yang pertama. Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaam dengan pemberian dolomit. Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu diberikan pupuk kimia (urea) yaitu pada saat tanaman berumur satu bulan yaitu setelah penyiangan pertama dilakukan. Pemberian ulang dapat dilakukan setelah pemotongan (panen). Dosis penggunaan urea berkisar antara 100-150 kg/ha. Panen Panen pertama dilakukan pada 2-3 bulan setelah tanam, atau pada saat tanaman mulai/menjelang berbunga. Selanjutnya interval pemotongan dilakukan setiap 30-40 hari pada musim hujan atau 50-60 hari pada musim kemarau. Tinggi pemotongan pada saat panen 5-10 cm dari permukaan tanah. Khusus untuk lahan pengembalaan panen dilakukan dengan mengembalakan ternak keareal tanaman rumput, dan sebaiknya dilakukan pemagaran dengan membagi-bagi areal menjadi beberapa petak agar ternak dengan mudah dapat digiring untuk rotasi pengembalaan. 14

Gambar 3. Rumput Ruzi dapat dipanen pertama kali 2-3 bulan setelah ditanaman dan selanjutnya dipanen setiap 4-6 minggu 15

BAB V PEMANFAATAN RUMPUT RUZI SEBAGAI PAKAN KAMBING Rumput ruzi merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang sangat disukai ternak kambing, sehingga tidak membutuhkan masa adaptasi untuk mencapai tingkat konsumsi pakan maksimal. Rumput ruzi tergolong kepada jenis rumput yang relatif toleran terhadap injakan, dan tanaman ini relatif tinggi serta membentuk stolon maka dapat dimanfaatkan baik sebagai rumput potongan, maupun untuk pengembalaan. Dilaporkan bahwa ternak kambing, domba dan anak sapi lebih sentisitif terhadap fotosensitisasi bila diberikan rumput Brachiaria dari berbagai kultivar, termasuk kultivar ruziziensis. Fotosensitisasi adalah gangguan pada kulit ternak akibat sangat sensitif terhadap sinar matahari yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh pada rumput Brachiaria. Akan tetapi, pengalaman di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, dimana rumput ruzi telah menjadi salah satu sumber hijauan yang utama baik dengan cara potong-angkut ataupun pengembalaan tidak pernah mengalami adanya kasus fotosensitisasi pada ternak kambing yang dipelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan karena hijauan yang diberikan merupakan campuran dari beberapa jenis rumput. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan rumput ruzi, sebaiknya tanaman ini tidak diberikan sebagai pakan tunggal dalam waktu lama, tetapi sebaiknya diberikan bersama jenis hijauan pakan lain. Apabila 16

ternak tidak digembalakan dan hanya dikandangkan, maka pemberian rumput ruzi sebagai pakan tunggal dapat dilakukan, karena kemungkinan timbulnya kasus fotosensitisasi menjadi sangat kecil. Rumput ruzi dapat gunakan dengan cara potong-angkut, dan diberikan sebanyak 15-20% dari bobot tubuh kambing sebagai pakan dasar. Berdasarkan kandungan proteinnya, rumput ruzi mampu memenuhi kebutuhan minimal untuk produksi protein mikroba didalam rumen yang merupakan sumber utama protein bagi ternak kambing. Oleh karena itu, pertumbuhan maupun produksi susu pada tingkat sedang masih mungkin diharapkan dengan pemberian rumput ini. Untuk mencapai tingkat produktivitas sesuai kemampuan genetik ternak kambing disarankan memberikan pakan konsentrat sebanyak 1,0% bobot tubuh. Pemanfaatan rumput ruzi sebagai rumput padang pengembalaan sebaiknya dilakukan secara rotasi dengan membagi areal tpengembalaan menjadi beberapa petakan ataupun paddock dengan menggunakan pagar pemisah. Pemagaran bertujuan untuk memberikan waktu istirahat (zero grazing) untuk setiap paddock agar rumput memiliki kesempatan cukup untuk tumbuh secara optimal. Lama/waktu pengembalaan dalam satu petakan paling optimal adalah 7 (tujuh) hari untuk setiap petak, sehingga rumput yang dimakan lebih dahulu tumbuh masih sangat muda. Namun dengan lama pengembalaan 7 hari dalam setiap petakan akan dibutuhkan lebih banyak petakan dan biaya pemagaran menjadi mahal. Adapun keuntungan dengan cara pemetakan ini adalah produksi dan kualitas hijauan pastura dapat dikendalikan optimal, infestasi/kontaminasi cacing parasit menjadi lebih rendah karena ada periode istirahat dan produksi ternak akan lebih baik, sedangakan kelemahannya adalah biaya pagar lebih tinggi. 17

Gambar 4. Rumput Ruzi dapat juga dimanfaatkan dengan cara pengembalaan karena relatif tahan terhadap injakan. Sebagai padang pengembalaan Brachiaria ruziziensis termaksud salah satu rumput yang tahan renggutan dan injakan dengan perakaran yang kuat. Tumbuhnya juga menjalar, sehingga rumput ini dapat dengan cepat tumbuh merapat dan menutup tanah. Oleh karena itu, jenis rumput ini juga cocok digunakan untuk menahan erosi dan dapat ditanam pada lereng-lereng gunung, pinggiran aliran sungai dan tanah miring lainnya yang rawan longsor. Pemanfaatan rumput ruzi dapat pula dilakukan dengan cara potongangkut untuk sistem pemeliharaan ternak sepenuhnya didalam kandang. Pemeliharaan ternak sepenuhnya didalam kandang memudahkan perawatan 18

dan pengawasan. Pemanfaatan dengan cara potong-angkut membutuhkan biaya operasional seperti minyak (bahan bakar) untuk pemotongan rumput dan pengangkutannya seta tenaga upahan untuk memotong rumput, melangsir dan bongkar muat. Gambar 5. Rumput ruzi dapat diberikan dengan cara potong-angkut untuk ternak kambing yang sepenuhnya dipelihara didalam kandang 19

DAFTAR PUSTAKA Horne, P.M., dan W.W. Stur. 1999. Mengembangkan teknologi hijauan makanan ternak (HMT) bersama petani kecil. Monograf ACIAR No. 65. t Manenetje, L., and R.M. Jones. 1992. Prosea. Plant Resources of South- East Asia. No. 4. Forages. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N.D. Purwantari, I. Herdiawan. 2006. Hijauan Pakan Ternak di Indinesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Tarigan, A. 2009. Produktivitas dan pemanfaatan Indigofera sp sebagai pakan ternak kambing pada ingterval dan intensitas pemotongan berbeda. Master Thesis. Institut Pertanian Bogor. 20