WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (1). Ayat (2) dan ayat (3) Permenkes Nomor 9 tentang Klinik bahwa izin mendirikan diberikan oleh Pemerintah Daerah dan Izin Operasional klinik diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Tata Cara Izin Mendirikan dan Izin Operasional Klinik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam lingkungan Dearah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1956 Nomor19) jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 Tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh. 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lemb aran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pengantian Undang- undang Nomor 2 Tahun
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977); 5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014 Tentang Klinik 6. Peraturan Daerah Kota Solok Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Urusan Perintahan Yang Menjadi kewenangan pemerintahan kota solok 7. Peraturan daerah kota solok nomor 9 tahun 2008 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah 8. Peraturan daerah kota solok nomor 16 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah kota solok sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah kota solok nomor 4 tahun 2011 9. Peraturan daerah kota solok nomor 2 tahun 2012 tentang retribusi jasa umum sebagaimana telah diubah dengan peratuaran daerah kota solok nomor 1 tahun 2003 MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA SOLOK TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Solok. 2. Pemerintah Daerah Adalah walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah 3. Walikota adalah Walikota Solok. 4. Dinas kesehatan adalah dinas kesehatan Kota Solok 5. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok 6. Kantor Pelayanan dan Perizinan adalah Kantor Pelayanan Perizinan Kota
8. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /atau spesialistik 9. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenagan untuk melakukan upaya kesehatan 10. Instansi farmasi adalah bagian dari klinik yang bertugas menyelenggarakan, menggordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di klinik 11. Klinik prtama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus 12. Klink utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik 13. Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingungan hidup atas dampak lingkungan. 14. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. BAB II PERSYARATAN Bagian Kesatu Lokasi Pasal 2 (1) Pemerintah Daerah mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk; (2) Lokasi klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(4) Ketentuan mengenai persebaran klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk klinik perusahaan atau klinik instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan, warga binaan atau pegawai instansi tersebut. Bagian Kedua Bangunan Pasal 3 (1) Bangunan klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunannya dengan tempat tinggal perorangan; (2) Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis; (3) Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keelamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang lanjut usia. Pasal 4 (1) Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas : a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu; b. Ruang konsultasi; c. Ruang administrasi d. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan farmasi; e. Ruang tindakan; f. Ruang/Pojok asi g. Kamar mandi/wc; dan h. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan (2) Selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) klinik rawat inap harus memiliki : a. Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan; b. Ruang farmasi; c. Ruang laboratorium; dan d. Ruang dapur; (3) Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
Prasarana Pasal 5 (1) Prasarana klinik meliputi; a. Instalasi sanitasi; b. Instalasi listrik; c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran; d. Ambulan, khusus untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; e. Sistem gas medis; f. Sistem tata udara; g. Sistem pencahayaan;dan h. Prasarana lainnya sesuai kebutuhan. (2) Sarana dan prasarana klinik seperti yang dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik. Bagian Keempat Ketenagaan Pasal 6 (1) Penanggung jawab teknis harus seorang tenaga medis; (2) Penanggung jawab teknis klinik harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di klinik tersebut, dan dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan Pasal 7 (1) Tenaga medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu) klinik; (2) Berkas surat pernyataan menjadi dokter penanggungjawab pada 1 (satu) klinik sebagaimana tercantum dalam lampiran II dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan walikota ini. Pasal 8 (1) Ketenagaan rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan; (2) Ketenagaan klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan; (3) Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non kesehatan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disesuaikan
Pasal 9 (1) Tenaga medis pada klinik pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/ dokter gigi sebagai pemberi pelayanan; (2) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan pelayan Kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan; (3) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan. Pasal 10 (1) Setiap tenaga medis yang berpraktek di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Prakt ik (SIP) sesua i ketentuan peraturan perundang-undangan (2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan perundang-undangan; Pasal 11 Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormat hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien Pasal 12 Pendayagunaan tenaga kesehatan warga Negara asing di klinik dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 13 Klinik yang menyelenggarakan pelayan kesehatan 24 (dua pulu empat ) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan pelayanan dan setiap saat berada di tempat. Pasal 14 (1) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan;
(3) Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 15 (1) Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang; (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undagan. Pasal 16 Peralatan medis yang menggunakan sinar pengion harus mendapatkan izin sesuai ketentuan perundang-undangan. Pasal 17 Penggunaan peralatan medis di klinik harus dilakukan berdasarkan indikasi medis. Bagian Keenam Kefarmasian Pasal 18 (1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi; (2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggungjawab atau pendamping; (3) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan apoteker ; (4) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani resep dari dokter klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan maupun klinik lain; (5) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis pecandu narkotika, psikotoprika, dan zat adiktif lainnya wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker. Bagian Ketujuh Laboratorium
(2) Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan laboratorium klinik; (3) Laboratorium klinik pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik umum pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) Klinik utama dapat menyelenggaran palayanan laboratorium klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya; (5) Perizinan laboratorium terintegrasi dengan perizinan klinik; (6) Dalam hal klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang memiliki sarana, prasarana, ketenagaan, dan kemampuan palayanan melebihi kriteria dan persyaratan klinik, maka laboratorium klinik tersebut hrus memiliki izin tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB II PERIZINAN Pasal 20 (1) Setiap penyelenggaraan klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin operasional; (2) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di berikan oleh Kepala Daerah; (3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Kepala Dinas Kesehatan Pasal 21 Izin Mendirikan (1) Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara klinik harus melengkapi persyaratan: a. Identitas lengkap pemohon; b. Salinan/ fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali untuk kepemilikan perorangan; c. Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang disahkan oleh notaries, atau bukti surat kontrak minimal untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; d. Dokumen SPPL untuk klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL untuk klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; e. MoU pengolahan limbah padat;
h. Persyaratan lainnya sesuai dengan Peraturan daerah Kota Solok yaitu Surat izin Gangguan (HO) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Izin Mendirikan Bangunan (IMB). (2) Pengajuan permohonan izin mendirikan klinik dan izin operasional klinik berikut penyerahan berkas kelengkapannya, dan pengambilan keputusan izin yang telah diterbitkan dilakukan melalui Kantor palayanan Perizinan Kota Solok; (3) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang paling lam 6 (enam) bulan apabila belum dapat memenuhi persyaratan; (4) Apabila batas waktu habis dan pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, maka pemohon harus mengajukan permohonan izin mendirikan yang baru; (5) Surat permohonan izin mendirikan klinik sebagaimana diamksud ayat (1) dan ayat (2) klinik tercantum dalam lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. (6) Format ceklis berita acara pemeriksaan klinik pratama dan utama sebagaimana tercantum dalam lampiran IV dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini Pasal 22 Izin Operasional (1) Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara klinik harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi; (2) Persayaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan laboratorium sebagaimana dimaksud pada Pasal 19; (3) Persyaratan administrasi melipui izin mendirikan dan rekomendasi dari Dinas Kesehatan; (4) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapa t diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan (5) Kepala Dinas Kesehatan harus mengeluarkan keputusan atas permohonan izin operasional, paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima permohonan izin; (6) Keputusan dapat berupa penerbitan izin, penolakan izin atau pemberitahuan untuk kelengkapan berkas; (7) Apabila dalam permohonan izin operasional, pemohon dinyatakan masih harus melengkapi persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kota Solok atau
(9) Apabila dalam jangka waktu sebagamana dimaksud pada ayat (13) pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan mengeluarkan surat penolakan atas permohonan izin operasional dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari. (10) Format permohonan izin operasional klinik sebagaimana tercantum dalam lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Pasal 23 (1) Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) harus diajukan pemohon paling lama 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlaku izin operasional; (2) Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan perpanjangan izin sebagaima dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala Dinas Kesehatan harus memberi keputusan berupa izin atau penolakan izin; (3) Dalam hal permohonan perpanjangan izin ditolak, Kepala Dinas Kesehatan wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis. Pasal 24 (1) Perubahan izin operasional klinik harus dilakukan apabila terjadi: a. Perubahan nama; b. Perubahan jenis badan usaha; dan/atau c. Perubahan alamat dan tempat (2) Perubahan izin operasional klinik dilakukan dengan mengajukan permohonan izin operasional serta harus melampirkan: a. Surat pernyataan penggantian nama dan/ atau jenis badan usaha klinik yang ditandatangani oleh pemilik; b. Perubahan akta notaris; dan c. Izin operasional klini yang asli, sebelum perubahan (3) Perubahan izin operasional klinik dilakukan dengan mengajukan permohonan izin mendirikan, izin operasional, serta harus melampirkan: a. Surat pernyataan penggantian alamat dan tempat klinik yang ditandatangani oleh pemilik; dan b. Izin operasional klinik yang asli sebelum perubahan kepemilikan dan/ atau penanggungawab teknis klinik harus dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan. BAB IV
(1) Dinas Kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kesehatan, tenaga kesehatan komplementer alternatif, fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang terkait dengan kesehatan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melidungi masyarakat terhadap resiko yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan atau merugikan masyarakat. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervise, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta kegiatan pemberdayaan lain secara insidentil maupun secara periodik. (4) Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Kesehatan bekerjasama dengan organisasi profesi dan asosiasi yang terkait BAB V SANKSI ADMINISTRASI Pasal 26 (1) Sanksi administrasi dapat diberikan kepada penyelenggarakan klinik yang; a. Tidak memenuhi standar atau ketentuan yang ditetapkan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peratuan perundang-undangan di bidang penyelenggaraan klinik dan; c. Dikarekan sebab-sebab lain sebagaimana peraturan perundangundangan. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ber upa pencabutan izin klinik dan atau izin operasionl kilink. Pasal 27 Pencabutan izin sebagaimana dalam Pasal 26 ayat (2) dilakukan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang didahului dengan pemberian surat peringatan kepada pemilik izin sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut yang masing-masing surat peringatan berjangka waktu 7 (tujuh) hari kerja. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN
dengan ketentuan setelah masa berlaku izin tersebut berakhir permohonan perpanjangan izin diproses sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan walikota ini. (2) Klinik yang telah berdiri dan/atau izin operasional yang belum keluar sebelum berlakunya peraturan walikota ini harus mempedomani ketentuan yang diatur dalam peraturan walikota ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Peraturan walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Solok Ditetapkan di Solok pada tanggal 24 Maret 2015 WALIKOTA SOLOK, Dto Diundangkan di Solok pada tanggal 24 Maret 2015 IRZAL ILYAS SEKRETARIS DAERAH KOTA SOLOK, Dto SURYADI NURDAL BERITA DAERAH KOTA SOLOK TAHUN 2015 NOMOR 10