PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
ARAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kawasan Agropolitan Ngawasondat Kabupaten Kediri

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kediri Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau (Studi Kasus : Pulau Bawean)

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

IDENTIFIKASI DAN POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DAN POTENSIAL DI KABUPATEN WONOSOBO.

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

METODE PENELITIAN. Penjelasan dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: paling besar di setiap Kecamatan. wilayah Kabupaten Pringsewu.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Abstrak Tingginya produksi jagung di Kabupaten Kediri seharusnya bisa memaksimalkan kegiatan pengolahan jagung. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan Kabupaten Kediri menyebutkan bahwa jumlah industri kecil menengah pengolahan jagung sampai Bulan Desember 2012 mencapai 25 industri. Namun, sistem pengolahan yang dilakukan kurang maksimal dikarenakan pengembangan yang dilakukan tidak sesuai dengan potensi bahan baku jagung di wilayah. Sehingga dilakukan tahapan analisis untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitu menentukan wilayah potensial jagung dengan melihat jumlah produksi jagung. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode kuantitatif dengan pendekatan rasionalistik. Jenis data kuantitatif yang digunakan berupa jumlah produksi jagung dan produksi tanaman pangan sebagai input analisis LQ. Sedangkan dalam analisis shift share data yang digunakan hampir sama, yaitu jumlah produksi jagung dan tanaman pangan Kabupaten Kediri dari tahun 2009-2011. Hasil dari analisis didapatkan bahwa kecamatan yang menjadi wilayah potensial penyedia jagung adalah Ringinrejo, Plosoklaten, Gurah, Pagu,, dan. Kata Kunci-Analisis LQ; SS; Wilayah Potensial B PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI Puji Rahayu 1, Ardy Maulidy Navastara 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ardy.navastara@urplan.its.ac.id I. PENDAHULUAN erdasarkan nilai ekonomi tanaman pangan Indonesia, jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/beras. Namun, dengan berkembang pesatnya industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan Renstra Dirjen Tanaman Pangan tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa produksi jagung meningkat dari 12,52 juta ton pipilan kering tahun 2005 menjadi 17,63 juta ton pipilan kering tahun 2009. Peningkatan produksi jagung ini juga terjadi karena meningkatnya luas tanam jagung yang mencapai 3,74 persen dan produktivitas jagung sebesar 5,11 persen rata-rata setiap tahunnya. Peningkatan luas panen jagung tahun 2005 seluas 3,63 juta hektar meningkat menjadi 4,16 juta hektar tahun 2009, dan produktivitas jagung tahun 2005 sebesar 34,54 ku/ha meningkat menjadi 42,37 persen tahun 2009. Pemanfaatan produksi jagung yang berada di Kabupaten Kediri saat ini salah satunya sebagai bahan baku industri, baik industri kecil maupun sentra. Namun, dalam eksistingnya kegiatan pengolah jagung tersebut mengalami ketidak maksimalan yang dipengaruhi beberapa hal, misalnya bahan baku. Keberadaan kegiatan pengolah jagung yang ada biasanya tidak mempunyai bahan baku yang melimpah, karena komoditas jagung tidak bukan merpakan sektor basis. Sehingga pengembangan yang dilakukan tidak sesuai dengan potensi wilayah. Kondisi yang tidak teratur ini membuat pengolahan hasil panen jagung terhambat. Untuk itu perlu diketahui kecamatan potensial penyedia bahan baku untuk mendukung kegiatan pengolah jagung di Kabupaten Kediri. II. METODE PENELITIAN Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan penelitian rasionalistik. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer berasal dari wawancara dan survey lapangan. Pengumpulan data primer wawancara yaitu menggunakan pihak diskoperindag, ahli ekonomi wilayah, akademisi, pihak Bappeda Kabupaten Kediri, pengolah jagung dan petani jagung sebagai responden. Sedangkan pengumpulan data sekunder bersumber dari dokumen yang dimiliki oleh instansi antara lain: Dinas Pertanian dan tanaman Pangan Kabupaten Kediri, BPS Kabupaten Kediri, Bappeda Kabupaten Kediri, Diskoperindag Kabupaten Kediri dan Disnakertrans Kabupaten Kediri Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan wilayah potensial penyedia jagung, dengan tahapan menggabungkan hasil dari analisis LQ dan SSA. Langkah langkah dalam analisisnya, dapat dijelaskan dibawah ini. A. LQ (Location Quotient) Analisis Location Quotient (LQ) dapat dinyatakan melalui persamaan matematis berikut : LQ = Ri / Rt Ni / Nt

JURNAL TEKNIK POMITS 2014 2 LQ = Keterangan : Ri = Produksi komoditas i pada tingkat kecamatan Rt = Produksi komoditas total pada tingkat kecamatan Ni = Produksi komoditas i pada tingkat kabupaten Nt = Produksi komoditas total pada tingkat kecamatan Sehingga, perhitungan untuk mendapatkan hasil Location Quotient (LQ) jagung di Kabupaten Kediri dapat dinyatakan melalui persamaan. Produksi jagung (kec)/ Produksi tanaman pangan (kec) Produksi jagung (kab)/ Produksi tanaman pangan (kab) Apabila nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan komoditas unggulan dan apabila LQ < 1, maka komoditas tersebut bukan komoditas. Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut: LQ > 1:Berarti tingkat produksi komoditas i di kecamatan tertentu adalah lebih besar bila kecamatan yang sama. Dengan demikian, komoditas i merupakan komoditas unggulan untuk dikembangkan lebih lanjut oleh kecamatan tersebut. LQ < 1:Berarti tingkat produksi komoditas i di kecamatan tertentu adalah lebih kecil bila kecamatan yang sama. Dengan demikian, komoditas i bukan komoditas unggulan di kecamatan tersebut. LQ = 1:Berarti tingkat produksi komoditas i di kecamatan tertentu adalah lebih sama bila kecamatan yang sama Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) adalah sebagai berikut : 1. Penduduk di wilayah bersangkutan memiliki pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. 2. Permintaan wilayah akan suatu barang akan terpenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain. B. Analisis Shift Share Analisis shift share juga membandingkan laju pertumbuhan berbagai komoditas di suatu wilayah terhadap wilayah nasional (atau yang lebih tinggi tingkatannya). Metode shift share dinilai lebih tajam dari analisis LQ karena memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Namun halnya hasil analisis shift share akan lebih akurat ketika didukung dengan hasil analisis LQ. Perhitungan SSA dapat dinyatakan melalui persamaan sistematis sebagai berikut Pertambahan lapangan kerja regional: Er = Er,t Er,t-n Pertambahan Lapangan Kerja Regional Sektor i: Er,i = Er,i,t Er,i,t-n Pertambahan Lapangan Kerja Regional Sektor i Tahun t: Er,i,t = (Nsi + Pr,i +Dr,i) Keterangan : = Pertambahan E = Unit lapangan kerja r = Region/ Wilayah Analisis i = Sektor yang diteliti t = Tahun t-n = Tahun Awal Ns = National Share P = Proportional Shift D = Differential Shift Analisis shift share untuk menentukan laju pertumbuhan Jagung di Kabupaten Kediri menggunakan data hasil produksi pertanian Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2011. Konsep analisis shift share adalah sebagai berikut: SSA > 1: Pertumbuhan komoditas jagung di tingkat kecamatan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jagung di tingkat kabupaten (positif) SSA =0 : Pertumbuhan komoditas jagung di tingkat kecamatan sama dengan pertumbuhan jagung di tingkat kabupaten (stagnan) SSA < 1: Pertumbuhan komoditas jagung di tingkat kecamatan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan jagung di tingkat kabupaten (negatif) C. Menentukan Wilayah Potensial Jagung Penentuan wilayah potensial diketahui dengan menggabungkan antara nilai LQ dengan SSA. Sehingga dapat diketahui bahwa wilayah potensial berada pada nilai LQ>1 dengan pertumbuhan positif yang dihasilkan dari SSA>1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menentukan wilayah potensial jagung di Kabupaten Kediri dilakukan dengan menganalisis LQ dan SSA. Perhitungan nilai LQ dilakukan pada komoditas jagung dan di masing-masing kecamatan yang menjadi wilayah penelitian. Data yang digunakan adalah data hasil pertanian jagung dan komoditas lain dalam sektor tanaman pangan Kabupaten Kediri tahun 2011. Sedangkan perhitungan analisis SSA hampir sama penggunaannya, yakni dengan menggunakan data hasil pertanian jagung dan sektor tanaman pangan Kabupaten Kediri selang waktu 3 tahun (2009-2011)

JURNAL TEKNIK POMITS 2014 3 A. Analisis LQ (Location Quotient) Perhitungan analisis LQ dengan menggunakan perbandingan produksi pertanian jagung dengan komoditas lain dalam sektor tanaman pangan di masingmasing kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri. Sehingga akan didapatkan hasil perhitungan yang menunjukkan kelompok kecamatan yang mempunyai produksi jagung berlebih atau sebagai komoditas unggulan. Hasil dari analisis dengan jumlah produksi jagung dan tanaman pangan, menghasilkan nilai LQ sebagai berikut: Tabel 1. LQ Jagung > 1 No Produksi Jagung Produksi Tanaman Pangan LQ Jagung 1 Ngadiluwih 33400 77226 1,061 2 Kras 39660 90512 1,075 3 Ringinrejo 49857 104862 1,166 4 Ngancar 33674 77455 1,066 5 Plosoklaten 189578 352242 1,320 6 Gurah 165219 310532 1,305 7 Puncu 109654 126092 2,133 8 Pare 116762 245037 1,169 9 Plemahan 241552 470820 1,258 10 Papar 286060 461494 1,520 11 Pagu 141276 192388 1,801 12 Keyenkidul 149389 279832 1,309 13 58537 138783 1,034 Jumlah 2840045 6964615 Output dari LQ menunjukkan bahwa ada 13 kecamatan yang merupakan wilayah dengan komoditas jagung sebagai komoditas unggulan/ sektor basis. penghasil jagung terendah berada di Ngadiluwih dengan produksi pada tahun 2011 sebesar 33400 Kw dengan nilai LQ 1,06. Sedangkan produksi tertinggi berada di Papar dengan produksi pada tahun 2011 sebesar 286060 Kw dengan nilai LQ 1,52. Tingginya produksi jagung di Papar disebabkan karena pada tahun 2010 permintaan akan jagung di beberapa desa di Papar mengalami penurunan, akibatnya harga jagung yang ditawarkan meningkat. Melihat peluang tersebut sebagian besar masyarakat Papar melakukan tanam jagung secara massal. Dalam penanaman massal pada tahun 2011 mencapai 0,3 Km 2 dan merupakan lahan panen jagung terluas di antara kecamatan lain di Kabupaten Kediri. Sedangkan untuk kecamatan mempunyai nilai LQ yang paling kecil di antara kecamatan lain yang merupakan wilayah unggulan komoditas jagung. hal ini dikarenakan luas panen yang relatif kecil. Namun halnya merupakan wilayah yang bisa stabil dalam penyediaan jagung, dilihat dari hasil panen pertahun dari tahun 2010 sampai tahun 2012. B. Analisis SSA (Shift Share Analysis) Perhitungan analisis shift share didapatkan dari data produksi jagung dibandingkan dengan produksi komoditas lain dalam sektor tanaman pangan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Dengan demikian, bisa dilihat pertumbuhan atau penurunan yang terjadi pada komoditas jagung. Sehingga hasil perhitungan yang menunjukkan sub sector atau komoditas yang akan mengalami pertumbuhan apabila nilai dari SSA>1. yang akan mengalami pertumbuhan produksi komoditas jagung adalah sebagai berikut: Tabel 2. SSA jagung > 1 Produksi Jagung 2009 2011 Nilai SSA Ringinrejo 38.595 49.857 15507,45 Kandat 44.520 49.859 10236,20 Plosoklaten 190.046 189.578 20437,06 Gurah 161.122 165.219 21820,42 Badas 90.588 103.399 22775,68 Pagu 111.470 141.276 42067,70 135.916 149.389 28423,76 0 58.537 58537,00 Grogol 106.329 104.868 9876,57 Tarokan 96.495 98.166 12285,45 Kabupaten 3.317.125 3.163.295 Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa kecamatan akan terus mengalami kenaikan produksi jagung paling cepat diantara kecamatan lainnya, yaitu dengan nilai SSA sebesar 58537,00. Proyeksi ini berdasarkan data series tahun 2009-2011. Pertumbuhan yang signifikan ini diakibatkan karena permintaan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan jagung sebagai bahan baku makanan ringan dan bahan baku industri yang ada di. Sedangkan pertumbuhan dengan SSA paling kecil adalah Grogol, yang akan mengalami pertumbuhan secara perlahan. Hal ini dikarenakan dalam RTRW Kabupaten Kediri yang sudah dilaksanakan, Grogol diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan regional, dan pusat pendidikan. Sehingga kegiatan pertanian bukan menjadi skala prioritas pengembangan. C. Menentukan Wilayah Potensial Melalui Over lay LQ dan SSA Intepretasi dari analisis yang dilakukan dengan LQ dan SSA, masing masing mempunyai hasil yang berbeda. Sehingga bisa dioverlaykan dengan hasil sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Overlay LQ dan SSA No Hasil LQ Hasil SSA Overlay 1 Ngadiluwih Ringinrejo Ringinrejo 2 Kras Kandat Plosoklaten 3 Gurah Ringinrejo Plosoklaten 4 Gurah Pagu

JURNAL TEKNIK POMITS 2014 4 No Hasil LQ Hasil SSA Overlay Ngancar 5 Plosoklaten Badas 6 Gurah Pagu 7 Puncu 8 Pare 9 Grogol Plemahan 10 Papar Tarokan 11 Pagu 12 13 Wilayah potensial didapat apabila nilai LQ > 1 dan nilai SSA adalah positif (> 1). Sehingga, berdasarkan tabel diatas disebutkan bahwa: 1. Ngadiluwih dengan nilai LQ 1,061 dan SSA negatif, yaitu sebesar -20558,92. Artinya Ngadiluwih bukan wilayah potensial 2. Kras dengan nilai LQ 1,075 dan SSA negatif, yaitu sebesar -19455,58. Artinya Kras bukan wilayah potensial karena pertumbuhan produksi jagungnya lambat. 3. Ringinrejo dengan nilai LQ 1,166 dan SSA positif, yaitu sebesar 15507,45. Artinya Ringinrejo adalah wilayah potensial 4. Ngancar dengan nilai LQ 1,06 dan SSA negatif, yaitu sebesar -12413,73. Artinya Ngancar bukan wilayah potensial 5. Plosoklaten dengan nilai LQ 1,32 dan SSA positif, yaitu 20437,06. Artinya Plosoklaten adalah wilayah potensial 6. Gurah dengan nilai LQ 1,305 dan SSA positif, yaitu sebesar 21820,42. Artinya Gurah adalah wilayah potensial. 7. Puncu dengan nilai LQ 2,133 dan SSA negatif, yaitu sebesar -48976,04. Artinya Puncu bukan wilayah potensial karena pertumbuhan produksi jagungnya lambat. 8. Pare dengan nilai LQ 1,169 dan SSA negatif, yaitu sebesar -2230,11. Artinya Pare bukan wilayah potensial karena pertumbuhan produksi jagungnya lambat. 9. Plemahan dengan nilai LQ 1,258 dan SSA negatif, yaitu sebesar -20525,41. Artinya Plemahan bukan wilayah potensial 10. Papar dengan nilai LQ 1,520 dan SSA negatif, yaitu sebesar -5156,50. Artinya Papar bukan wilayah potensial karena pertumbuhan produksi jagungnya lambat. 11. Pagu dengan nilai LQ 1,801 dan SSA positif, yaitu sebesar 42067,7. Artinya Pagu adalah wilayah potensial 12. dengan nilai LQ 1,309 dan SSA positif, yaitu sebesar 28422,76. Artinya adalah wilayah potensial. 13. dengan nilai LQ 1,309 dan SSA positif, yaitu sebesar 58537. Artinya adalah wilayah potensial 14. Kandat dengan LQ 0,934 dan SSA positif, yaitu sebesar 10236,2. Artinya Kandat bukan wilayah potensial karena komoditas 15. Badas dengan LQ 0,884 dan SSA positif, yaitu sebesar 22775, 68. Artinya Badas bukan wilayah potensial karena komoditas 16. Grogol dengan LQ 0,897 dan SSA positif, yaitu sebesar 9876, 37. Artinya Grogol bukan wilayah potensial karena komoditas 17. Tarokan dengan LQ 0,484 dan SSA positif, yaitu sebesar 12285, 45. Artinya Tarokan bukan wilayah potensial karena komoditas Hasil overlay didapatkan 6 kecamatan potensial penyedia komoditas unggulan jagung, yaitu Ringinrejo, Plosoklaten, Gurah, Pagu,, dan. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Peta Wilayah Potensial Jagung Wilayah potensial penghasil jagung Keberadaan wilayah potensial menjadi peluang untuk pengembangan pengolahan jagung lebih lanjut atau menjadi kecamatan distributor jagung. Dengan didukung 11 kecamatan lain yang bukan wilayah potensial tapi mempunyai pertumbuhan jagung yang kontinu atau jagung yang unggul, memberikan peran besar bagi Kabupaten Kediri sebagai kabupaten pengolah dan atau pengekspor jagung, dan berdampak pada peningkatan PDRB kabupaten.

JURNAL TEKNIK POMITS 2014 5 IV. KESIMPULAN Hasil dari analisis yang telah dilakukan dengan LQ dan SSA maka didapatkan wilayah potensial penghasil jagung adalah Ringinrejo, Plosoklaten, Gurah, Pagu,, dan. Dengan adanya wilayah potensial ini, dapat memberikan dampak positif untuk mengembangkan Kabupaten Kediri menjadi kabupaten pengolah dan atau pengekspor jagung, sehingga nilai PDRB kabupaten juga akan meningkat. DAFTAR PUSTAKA [1] Tambunan, Teddy.2003.Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia.Jakarta.Ghalia Indonesia. [2] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri. 2011. RTRW Kabupaten Kediri 2010-203. Kediri: BPS-BAPPEDA Kabupaten Kediri [3] Deptan.2010.Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010 2014.Jakarta.Deptan.kementrian Pertanian. [4] Rahman, M.S.2007.Sosio-economic Determinants Offfarm Activity Participation in Bangladesh.Rusian Journal [5] Diiro, Gracouos.2009.Impact of Off-farm Income on Agricultural Technology Adoption Intensity and Productivity.International food policy research institute