ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA Nur Kusumawati, Kusnandar, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta Telp./ Fax. (0271) k_suma08@yahoo.com Telp : Abstract: This research aimed to identify the position of agricultural sector, other economic sector and agricultural subsector becoming the basis and non basis in Jepara Regency, to identify the agricultural sector, other economic sector and agricultural subsector with rapid growth and competitiveness viewed from the growth component value in Jepara Regency. The basic method employed in this research was descriptive one. The research location was selected purposively, Jepara Regency. The method of analyzing data used was Location Quotient and Shift Share Analysis. The data employed was secondary one. The result of research showed that there were four basic sectors in agricultural and other economic sectors and three basic agricultural subsector in Jepara Regency. Considering the Shift Share Analysis, there were six agricultural and other economic sectors with rapid growth in while there were agricultural subsectors in Jepara Regency with rapid growth. Agricultural and other economic sectors with competitiveness included mining and exploration; electricity, gas and clean water; building and service sectors, while the agricultural subsectors with competitiveness included food material plant, forestry and fishery. Key words: Jepara Regency, Location Quotient, Shift Share Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara, untuk mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan cepat dan memiliki daya saing yang dilihat dari nilai komponen pertumbuhan di Kabupaten Jepara. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Daerah penelitian diambil secara sengaja yaitu Kabupaten Jepara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Location Quotient dan Shift Share. Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat sektor basis dalam sektor pertanian dan perekonomian lainnya serta tiga sub sektor pertanian basis di Kabupaten Jepara. Berdasarkan analisis Shift Share terdapat enam sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya yang memiliki pertumbuhan yang cepat pada tahun sedangkan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara terdapat dua sub sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat. Sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya terdapat 4 sektor yang memiliki daya saing yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan dan sektor jasajasa sedangkan sub sektor pertanian yang memiliki daya saing yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Kata kunci: Kabupaten Jepara, Location Quotient, Shift Share

2 PENDAHULUAN Pembangunan merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamya adalah struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awalnya, yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan tenaga kerja. Semua itu diberlakukan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang (Widodo, 2006). Oleh karena itu pembangunan dalam suatu daerah membutuhkan perencanaan yang matang dan melibatkan segenap elemen masyarakat di setiap proses pelaksanaannya. Maka dari itu diharapkan pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik di segala sektor maupun sub sektor dan pada gilirannya pembangunan dapat berhasil dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Dalam kerangka pembangunan ekonomi daerah, desentralisasi ekonomi bukan sekedar pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, tetapi paling tidak harus diterjemahkan dalam tiga aspek perubahan penting yaitu pendaerahan pengelolaan pembangunan ekonomi, swastanisasi perencanaan pelaksanaan pembangunan ekonomi dan organisasi serta kelembagaan pembangunan ekonomi juga harus mengalami perubahan yang lebih baik lagi (Syahrani, 2001). Pembangunan daerah merupakan upaya daerah untuk dapat lebih jauh menekankan pelaksanaan suatu kebijakan-kebijakan pembangunan yang bertumpu pada kekhasan daerah yang menggunakan potensi sumber daya manusia yang ada dan potensi alam yang menjadi kekhasan daerah (Arsyad, 2004). Pembangunan daerah di era otonomi daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi daerah. Kabupaten Jepara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah dimana pemerintah daerah harus menerapkan kebijakan-kebijakan yang strategis dalam pembangunan daerahnya. Pembangunan daerah di Kabupaten Jepara dapat dilakukan dengan baik apabila pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten Jepara tinggi sehingga akan dapat mendorong pembangunan yang lebih baik lagi di Kabupaten Jepara. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diketahui dari pertumbuhan Produk Regional Bruto (PDRB). Dimana indikator tersebut pada dasarnya menghitung total nilai tambah faktor produksi suatu daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Peranan sektoral dalam pembentukan PDRB Kabupaten Jepara cukup bervariasi, sektor yang memiliki peran terbesar adalah sektor industri pengolahan dengan kontibusi sebesar 27,94%, sektor perdagangan sebesar hotel dan restoran sebesar 21,45 % serta sektor pertanian sebesar 20,66 % (BPS, 2011). Penentuan dalam suatu kebijakan pembangunan terutama di bidang ekonomi ialah dengan cara pemerintah Kabupaten Jepara harus berpedoman pada kondisi sektor ekonomi yang ada. Untuk itu dalam pembangunan

3 pertanian wilayah Kabupaten Jepara memerlukan analisis penentuan posisi sektor dan sub sektor pertanian serta komponen pertumbuhan wilayah. Analisis ekonomi basis digunakan untuk menentukan sektor dan sub sektor basis, sedangkan komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya apakah bertumbuh lambat atau cepat dan apakah mempunyai daya saing yang baik atu belum memiliki daya saing yang baik. Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi (SDP) lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada, terutama dalam era otonomi daerah dan era per-dagangan bebas (Tambunan, 2001). Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti lain sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan bagi wilayah yang pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah lazim digunakan analisis Shift Share (Budiharsono, 2005). Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis suatu dampak pertubuhan regional khususnya pertumbuhan lapangan kerja. Selain itu analisis ini diterapkan untuk menggambarkan trend pertumbuhan historis, memperkirakan pertumbuhan regional dan menganalisis efek dari inisiatif kebijakan serta mengembangkan perencanaan strategis untuk suatu kominitas tertentu ( Rice and Horton, 2010: 1-12). Penelitian ini bertujuan untuk1) mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara, 2) mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan cepat dan mempunyai daya saing dilihat dari nilai komponen pertumbuhan di Kabupaten Jepara. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki serta memusatkan diri pada

4 pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Nazir, 2003). Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu berdasarkan kesesuaian dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti, sesuai dengan tujuan penelitian (Mardikanto, 2010). Daerah yang diambil dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara. Data sekunder yang digunakan berupa data PDRB Kabupaten Jepara tahun Atas Harga Konstan 2000, Jepara Dalam Angka 2011, dan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Metode Analisis Data Analisis untuk mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara adalah analisis Location Quotient Arsyad (2004). Besarnya nilai LQ diperoleh dari persamaan berikut: vi vt LQ Vi Vt...(1) Dimana LQ adalah Indeks Location Quotient sektor i di Kabupaten Jepara, v adalah PDRB sektor i Kabupaten Jepara, vt adalah PDRB total sektor pertanian dan perekonomian lainnya di Kabupaten Jepara, Vi adalah PDRB sektor i di Provinsi Jawa Tengah, Vt adalah PDRB total sektor di Provinsi Jawa Tengah Apabila nilai LQ suatu sektor > 1, maka sektor tersebut merupakan sector basis. Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor < 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor non basis. Analisis yang digunakan untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara digunakan metode analisis Shift Share yang terbagi dalam tiga komponen analisis yaitu ; National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Berikut ini merupakan beberapa rumus dalam analisis Shift Share : (Tarigan, 2007) Yr = Yr,t Yr,t n Yr,I = Yr,i,t Y r,i,t-n Yr,i,t = (Nsi + Pr,i + Dr,i) Yr = (Ns + Pr + Dr) Ns,i,t =Yr,i,t-n (YN,t/YN,t-n) Yr,i,t-n Pr,i,t =(YN,i,t/YN,i,t-n) (YN,t/YN, t n) x Yr,i,t-n Dr,i,t =Y r,i,t(yn,i,t /YN,i,t-n)Y r,i,t-n Dimana adalah Pertambahan, angka lahir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun tn), N adalah Nasional atau wilayah nasional atau wilayah yang lebih tinggi, R adalah Region atau wilayah analisis, Y adalah PDRB, i adalah sektor pertanian, perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian, t adalah tahun, t-n adalah tahun awal, Ns adalah Nasional Share,...(2)

5 P adalah Proportional shift, D adalah Analsis Location Quotient (LQ) Differential Shift digunakan untuk mengetahui posisi suatu sektor dalam suatu HASIL DAN PEMBAHASAN perekonomian suatu sektor atau sub Identifikasi Sektor Pertanian Dan sektor tersebut apakah basis atau tidak. Sektor Perekonomian Lainnya Yang Hasil analisis Location Quotient (LQ) Menjadi Basis Dan Tidak Basis Di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Kabupaten Jepara Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Jepara Tahun A. Pertanian B. Non Pertanian Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian 2. Industri Pengolahan 3. Listrik, Gas, & Air Bersih 4. Bangunan 5. Perdag., Hotel & Restoran 6. Pengangkutan & Komunikasi 7. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 8. Jasa-Jasa Sumber : Analisis Data Sekunder Sektor pertanian di Kabupaten Jepara merupakan sektor basis hal ini karena sekor pertanian di Kabupaten Jepara didukung dengan luas lahan yang cukup tinggi, mencapai 26,47% luas penggunaan lahan di Kabupaten Jepara digunakan sebagai lahan persawahan. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis karena Tingginya mobilitas penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Jepara, dimana sebagian besar penduduknya banyak yang bekerja wilayah Jepara, maka hal ini 1,1575 1,1496 1,1606 1,1076 1,1573 0,4943 0,5140 0,5222 0,5294 0,5472 0,8684 0,8460 0,8508 0,8588 0,8464 0,8338 0,8522 0,8741 0,8750 0,9304 0,8958 0,9213 0,9416 0,9827 0,9987 1,0182 1,0263 0,9993 1,0109 0,9853 1,0764 1,0700 4,1055 1,0715 1,0438 1,7163 1,7130 1,6855 1,7434 1,7630 0,9015 0,9712 0,9848 0,9955 1,0027 mendorong munculnya jasa angkutan dan komunikasi di Kabupaten tersebut. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor basis didukung oleh adanya peningkatan pendapatan asli daerah dan pajak, retribusi dan laba perusahaan milik daerah seperti koperasi dan pegadaian. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Jepara menjadi basis dikarenakan fasilitas kesehatan di Kabupaten Jepara ini cukup memadai diantaranya dibangun rumah sakit umum maupun swasta dan adanya puskesmas.

6 Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis di Kabupaten Jepara pada tahun Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ sebesar 0,5472. Sektor industri pengolahan merupakan sektor non basis di Kabupaten Jepara pada tahun Nilai LQ sektor industri pengolahan mengalami naik turun dari tahun , pada tahun 2007 mempunyai nilai LQ sebesar 0,8684 terus mengalami penurunan menjadi 0,8464 pada tahun Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten Jepara merupakan sector non basis dari tahun Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ sektor ini selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sektor bangunan di Kabupaten Jepara ini belum mampu menjadi basis karena wilayah Jepara walaupun sebagian besar bukan wilayah pertanian tetapi di Kecamatan Keling sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Jepara merupakan sektor non basis. Hal ini mempunyai arti bahwa hasil produksi barang dan jasa di sektor tersebut hanya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Jepara bahkan apabila terjadi kekurangan harus mengimpor dari luar daerah. Identifikasi Sub Sektor Pertanian Yang Menjadi Basis Dan Tidak Basis Di Kabupaten Jepara Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang terdiri atas lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hasil dari analisis Location Quotient untuk sektor pertanian Kabupaten jepara dapat disaksikan dalam Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Jepara Tahun Sub sektor Tanaman bahan makanan 0,87 0,87 0,90 0,89 0,93 2. Tanaman perkebunan 2,77 2,87 2,54 2,58 2,24 3. Peternakan 0,39 0,38 0,38 0,40 0,38 4. Kehutanan 1,14 1,29 1,48 1,82 1,97 5. Perikanan 0,92 0,85 0,90 1,04 1,02 Sumber: Analisis Data Sekunder Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sektor basis di Kabupaten Jepara hal ini disebabkan sub sektor ini didukung dengan wilayah pertanian yang luas dan iklim yang sesuai untuk tanaman perkebunan yang di butuhkan masyarakat. Sub sektor kehutanan merupakan sektor basis hal ini dikarenakan pengembangan potensi kehutanan di Kabupaten Jepara diarahkan pada potensi kehutanan yang telah ada, yaitu berupa hutan

7 negara. Sub sektor perikanan pada tahun 2011 menjadi basis karena Kabupaten Jepara mempunyai garis pantai sepanjang 82 km yang melintasi 32 desa pada 7 wilayah kecamatan dengan 12 Tempat Pelelangan Ikan (TPI), khusus kecamatan Karimunjawa mempunyai jalur penangkapan sepanjang 1500 km. Sub sektor tanaman bahan makanan meupakan sub sektor non basis hal ini dikarenakan sub sektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan, dikarenakan produksi beberapa tanaman pokok berpati seperti ubi jalar, kedelai dan kacang hijau dan tanaman buah-buahan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut terjadi kemarau yang berkepanjangan. Sub sektor peternakan merupakan sektor non basis hal yang menyebabkan sektor ini menjadi tidak basis adalah karena belum optimalnya pembinaan kepada petani peternak beserta dukungan dana intensif dalam mengembangkan usaha peternakannya, dan penanggulangan penyakit ternak dan masih rendahnya produksi hasil ternak. Identifikasi Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Menurut Herath dkk (2011 : ) metode Shift Share menganalisis pertumbuhan regional berasal dari tahun 1940-an: metode tersebut umumnya digunakan untuk menggambarkan tren pertumbuhan kebijakan atau mengembangkan perencanaan strategis yang menggambarkan pertumbuhan regional dan industri serta memeriksa daya saing pertumbuhan daerah dan industri dalam periode waktu tertentu. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen National share, komponen Proporsional Shift dan komponen Differential Shift. dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

8 Tabel 3. Perhitungan Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Kabupaten Jepara tahun LAPANGAN USAHA National Share Proportional Shift Differential Shift A. Pertanian , , ,1194 B. Non Pertanian 1. Pertambangan & Penggalian 5.074,36-320, ,56 2. Industri Pengolahan , , ,66 3. Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.438,15 787, ,72 4. Bangunan , , ,69 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,74 6. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,13 7. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,11-891,05 8. Jasa - jasa , , ,49 JUMLAH , , ,22 Sumber: Analisis Data Sekunder Analisis Shift Share sektor pertanian menunjukkan nilai National Share sebesar ,70 juta. Nilai komponen Proportional Shift sebesar ,04 sektor ini termasuk kedalam sektor yang memiliki Pertumbuhan yang lambat. Sedangkan komponen Differential Shift sebesar ,11, sektor ini tidak mempunyai daya saing. Analisis Shift Share sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai National Share sebesar 5.074,36 juta. Nilai Proportional Shift positif yaitu sebesar Rp. -320,58 juta. Sektor ini berarti pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp ,56 juta, yang berarti sektor ini mempunyai daya saing wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama di regional Provinsi Jawa Tengah. Analisis Shift Share sektor industri pengolahan menunjukkan nilai National Share sebesar ,38 juta, Nilai Proportional Share di Kabupaten Jepara yaitu sebesar ,73 juta sehingga pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Nilai Differential Shift sektor di Kabupaten Jepara yaitu sebesar Rp ,66 juta.

9 Analisis Shift Share sektor listrik, gas dan air bersih menunjukkan nilai National Share sebesar 6.438,15 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 787,19 juta. Nilai Proportional Shift ini berarti bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan Differential Shift sebesar Rp ,72 juta, berarti sektor ini mempunyai daya saing wilayah yang baik. Analisis Shift Share sektor bangunan menunjukkan nilai National Share sebesar ,62 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,68 juta. Sektor bangunan berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp ,69 juta, berarti sektor mempunyai daya saing wilayah yang baik Analisis Shift Share sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai National Share sebesar ,95 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,16 juta. Sektor ini berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp ,74 juta, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang baik. Analisis Shift Share sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan nilai National Share sebesar ,75 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,06 juta. Hal ini berarti bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp ,13 juta. Hal ini berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Analisis Shift Share sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai National Share sebesar ,79 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,11 juta. Nilai Proportional Shift tersebut menunjukkan bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. -891,0540 juta, berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Analisis Shift Share sektor jasajasa menunjukkan nilai National Share sebesar ,50 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,85 juta. Nilai Proportional Shift ini berarti bahwa sektor jasa-jasa di Kabupaten Jepara pertumbuhannya lambat. Sedangkan Differential Shift sebesar Rp ,49 juta, berarti sektor jasa-jasa mempunyai daya saing wilayah yang baik. Identifikasi Komponen Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Jepara Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen National share, komponen Proporsional Shift dan komponen Differential Shift. Dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini:

10 Tabel 4. Perhitungan Nilai Komponen Pertumbuhan Wlayah Sub Sektor Pertanian Kabupaten Jepara tahun NO. Sub Sektor Pertanian National Share Proportional Shift Differential Shift 1 Tanaman Bahan Makanan , , , Tanaman Perkebunan , , , Peternakan 4.760, , , Kehutanan 1.987, , , Perikanan 5.198, , ,9175 JUMLAH , , ,9622 Sumber: Analisis Data Sekunder Analisis Shift Share sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan nilai National Share sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp ,07 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,91 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp ,95 juta, berarti bahwa sub sektor ini mempunyai daya saing. Analisis Shift Share sub sektor tanaman perkebunan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp ,11 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,70 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. Rp ,36 juta, berarti sub sektor ini tidak mempunyai daya saing. Analisis Shift Share sub sektor peternakan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp ,11 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp ,55 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. Rp ,98 juta, berarti bahwa sub sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Analisis Shift Share sub sektor kehutanan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National share sebesar Rp ,1185 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 183, juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential shift sebesar Rp. Rp ,50 juta, berarti bahwa sub sektor ini mempunyai daya saing. Analisis Shift Share sub sektor perikanan menunjukkan nilai National Share Sub sektor perikanan mempunyai nilai National share sebesar Rp ,22 juta. Sub sektor ini pertumbuhannnya lambat. Sub sektor perikanan memiliki nilai Proportional Shift sebesar Rp ,86 juta. Sub sektor perikanan memiliki nilai Differential shift sebesar Rp 3292,91 juta, berarti sub sektor ini mempunyai daya saing.

11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sektor pertanian di Kabupaten Jepara merupakan sektor basis. Selain sektor pertanian terdapat empat sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Jepara. Sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Jepara adalah sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Komponen National Share sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara memiliki nilai pertumbuhan yang cepat. Komponen Proportional shift Kabupaten jepara menunjukkan sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor jasa-jasa tergolong sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat Sedangkan sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; dan sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tergolong sektor yang pertumbuhannya cepat. Sub sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan cepat yaitu sektor peternakan dan kehutanan Komponen Different shift Kabupaten Jepara yang memiliki daya saing yang yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa. Sub sektor pertanian yang memiliki daya saing terdapat tiga sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Saran Sektor pertanian di Kabupaten Jepara perlu ditingkatkan lagi mengenai potensi-potensi yang unggul dan berpotensi yaitu salah satu upaya yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan dibentuknya Gapoktan ( gabungan kelompok tani) dengan adanya kelompok tani tersenut diharapkan menjadi tempat para petani dalam memecahkan setiap persoalan yang dihadapi oleh para petani sehingga dalam mencapai tujuan meningkatkan hasil pertanian dapat tercapai dan diharapkan agar jepara mampu swasembada pangan dari hasil pertanian di Jepara. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta. Budiharsono, S Teknik Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Herath, Gebremedhin, amd Mambe A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Journal of Rural amd Community Development (2011). 6(2) Mardikanto, T Metode Penelitian dan Evaluasi Agribisnis. Jurusan /Program Agribisnis Fakultas Pertanian UNS-Solo. Surakarta. Nazir Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

12 Rice and Horton Analysis of Recent Changes in Arkansas Personal Income : : A Shift Share Approach. Journal of Businesss Administration online, 9 (2) Syahrani, H. A. H., 2001, Penerapan Agropolitan dan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Daerah, Jurnal Frontir XXXI, Dinas Pertanian, Bandung Tambunan. 2001, Transformasi Ekonomi di Indonesia Teori dan Penemuan Empiris, Salemba Empat, Jakarta. Tambunan. 2001, Transformasi Ekonomi di Indonesia Teori dan Penemuan Empiris, Salemba Empat, Jakarta. Tarigan, R Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta Widodo, T Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Kiky Fitriyanti Rezeki, Wiwit Rahayu, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim ABSTRACK The purpose of this research are to identify

Lebih terperinci

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN PATI Indah Kusuma Wardani, Minar Ferichani, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami

Lebih terperinci

Pembangunan Di Kabupaten Rembang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 18 No. 02 Juli 2008 Hal 153. ISSN; Budiharsono, S

Pembangunan Di Kabupaten Rembang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 18 No. 02 Juli 2008 Hal 153. ISSN; Budiharsono, S Pembangunan Di Kabupaten Rembang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 18 No. 02 Juli 2008 Hal 153. ISSN; 0854-1442. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta:

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN 1 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN Program Studi Agribisnis Oleh : Ratih Ratna Puri H 0808192 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal.71-83 ISSN 2302-1713 IDENTIFIKASI POSISI DAN KOMPONEN-KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SUB SEKTOR AGRIBISNIS DI KABUPATEN BOYOLALI Dedi Supriyadi, Agustono,

Lebih terperinci

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA Wiwit Rahayu, Nuning Setyowati 1) 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret email: wiwit_uns@yahoo.com

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI EKA DEWI NURJAYANTI Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang ABSTRACT Pati Regency is a regency that relies on

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 2. Perhitungan Tipologi Klasen Pendekatan Sektoral Kabupaten Karo Tahun 2006 ADHK 2000 No Lapangan Usaha / Sektor Laju Pertumbuhan S 2006 2007

Lebih terperinci

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol Analisis Sektor Unggulan dan Supomo Kawulusan (Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract The purpose this reseach the economy sector growth

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Rahmanisyak Program Studi Manajemen / S1 Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219-228 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE Christina Hani Putri 1 Surya Dewi Rustariyuni Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO The Analysis of Location Quotient on Sector and Subsector of Agriculture among the Sub Districts in Purworejo

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN 2010-2014 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR Oleh: Riska Novitasari 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani 3 1,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (STUDI KASUS BPS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2006-2010) SKRIPSI Disusun oleh : ROSITA WAHYUNINGTYAS J2E 008 051 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Daya Saing Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Jember

Analisis Perkembangan Daya Saing Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Jember 1 Analisis Perkembangan Daya Saing Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Jember (Trend Analysis Of the Competitiveness Of Plantation Sector Sub in District Jember) Mulyono Efendik,Rafael P.Somaji,Fajar Wahyu

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB) Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB) Zuhairan Yunmi Yunan 1 1 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR Tri Azrul Disyamto 1, Syaiful Hadi 2,Fajar Restuhadi 2 Jurusan Agribisnis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR

PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR INFLUENCE OF PLANTATION SUBSECTOR TO GROWTH OF ECONOMICS IN SUB-PROVINCE KAMPAR Hira Masesy Yolanda 1, Suardi Tarumun 2, Eliza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI) ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI) Rany Lolowang, Antonius Luntungan, dan Richard Tumilaar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE 0 NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Abstrak Tingginya produksi jagung di Kabupaten Kediri seharusnya bisa memaksimalkan kegiatan pengolahan jagung. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan Kabupaten Kediri menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Berlakang Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta bagian integral (seluruhnya) dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS BASIS EKONOMI SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN KEHUTANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Economic Base Analysis of the industry Subsector of Product Processing of Agriculture and Forestry

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung

Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung JEKT Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung Ni Luh Aprilia Kesuma *) I Made Suyana Utama Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Putri Isabel Lumbantobing, Eny Lestari, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALYSIS OF IDENTIFICATION IN THE LEADING SECTORS AND THE ECONOMY STRUCTURE AT KEPULAUAN MERANTI REGENCY Res Tarida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT (Determination of the Main Commodity Crops Based of Production in the Kotawaringin Barat Regency)

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO T E S I S Oleh PANTAS SAMOSIR 107003065/PWD SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ANALISIS STRUKTUR

Lebih terperinci

JEFRI TIPKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah Jl. R. A. Kartini No. 15 Kelurahan Namaelo, Masohi

JEFRI TIPKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah Jl. R. A. Kartini No. 15 Kelurahan Namaelo, Masohi Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 1 Hal. 17 24 (2014) ANALISIS LQ DAN ANALISIS SHIFT- SHARE DALAM PEMANFAATAN EKONOMI SEKTORAL KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2008 2010 LQ and Shift-Share Analysis in Sectoral Economic

Lebih terperinci

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency) 1 Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency) Daddy Hendra Suryawan, Anifatul Hanim, Lilis Yuliati Jurusan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Mahrita, Sri Mintarti, Fitriadi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman, Indonesia ABSTRACT An area is said to have featured

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS i SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE 2006-2010 KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 ii SKRIPSI ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract. ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2009-2012 (ANALYSIS OF CHANGE IN THE ECONOMIC STRUCTURE AND THE DETERMINING OF THE LEADING SECTORS

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN ANALYSIS OF THE SECTOR S FLAGSHIP SOUTH MINAHASA REGENCY 1 Ekaristi Jekna Mangilaleng, 2 Debby Rotinsulu, dan 3 Wensy Rompas 1,2,3 Jurusan Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA Dian Hadian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi kang_dian78@yahoo.com Unang 2) Fakultas

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA Arif Muttaqin 105009016 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi arifmuttaqin39@yahoo.com Suyudi, M.P Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten (Analysis of Regional Development SubDistricts as The Economic Growth and of Service Center in ) Vika

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkankemampuansuatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2007-2011 Skripsi Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Pada Program

Lebih terperinci