KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

PENAMPIL AN NIL A GESIT

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PT. SAY GROW INDONESIA

PT. SAY GROW INDONESIA

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK TEKNOLOGI SUPER INTENSIF DI KABUPATEN TAKALAR BERDASARKAN CRITICAL PATH METHOD

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Jumlah ikan awal (ekor) , , , , ,6 ANOVA. Sum of Squares df Mean Square F Sig.

RESPONS YUWANA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TINGKAT SALINITAS YANG BERBEDA

PORTOFOLIO PEMBIAYAAN OPERASIONAL PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 11 ROI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU

II. BAHAN DAN METODE

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SUPERINTENSIF SKALA KECIL

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT HARIAN PADA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon), RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.), DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

II. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

II. BAHAN DAN METODE

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

PT. SAY GROW INDONESIA

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

APLIKASI PROBIOTIK RICA DAN KOMERSIAL PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA INTENSIF

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017

ANALISA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA

Analisis Finansial Beberapa Metoda Budidaya Bandeng dan Udang Secara Mono dan Poli Kultur... (A. Athirah et al.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

II. METODE PENELITIAN

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT.

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSENTRASI NITROGEN TERLARUT DAN FOSFAT DALAM TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM SUPER INTENSIF

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSIAPAN TAMBAK UNTUK BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BUSMETIK BAPPL STP SERANG, BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI UDANG WINDU DAN UDANG VANNAMEI SECARA INTENSIVE DI DESA BEURAWANG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

II. BAHAN DAN METODE

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF DENGAN KEPADATAN BERBEDA

AKLIMATISASI BENIH NILA MERAH (O. niloticus) TOLERAN SALINITAS TINGGI SIAP TEBAR MENGGUNAKAN WADAH YANG BERBEDA DENGAN KEPADATAN TINGGI

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

Kata kunci: budidaya udang vaname, aspek non-finansial, kelayakan agribisnis

M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin 1

Transkripsi:

23 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 ABSTRAK KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA Suwardi Tahe, Markus Mangampa, dan Makmur Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta_05@yahoo.co.id Budidaya udang vaname pola super intensif merupakan usaha budidaya yang padat modal dan memiliki resiko yang tinggi. Analisis usaha memberikan gambaran usaha yang dilakukan layak atau tidak. Percobaan ini bertujuan untuk melihat kinerja budidaya udang vaname super intensif dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Percobaan menggunakan dua petak tambak beton ukuran masing-masing 1.000 m 2. Persiapan tambak meliputi pemasangan kincir dan blower sebagai sumber utama oksigen, kemudian sterilisasi. tambak menggunakan klorin 30 ppm, selanjutnya tambak diisi air setinggi 1 m. Penumbuhan pakan alami dengan mengaplikasikan fito Gro TM dosis 15 kg/ha, dan Min Gro TM dosis 20 kg/ha. Perlakuan dicobakan adalah padat tebar yang berbeda yaitu A = 500 ekor/m 2 dan B = 600 ekor/m 2 tanpa ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benur vaname PL 8, dengan berat awal rata-rata 0,001 g/ekor. Selama pemeliharaan udang diberi pakan komersil dosis 200-2% dari bobot biomassa. Lama pemeliharaan 105 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa bobot rata-rata akhir perlakuan B adalah 15,15 g/ekor dan A 14,89 g/ekor sintasan, masing-masing B = 92,4 % dan A = 85,6%, sedangkan produksi dan ratio konversi pakan (RKP) masing-masing yaitu B = 8.407 kg/petak dan A = 6.376 kg/petak serta RKP yaitu B = 1,38 dan A = 1,5. KATA KUNCI: udang vaname, super intesif, tambak PENDAHULUAN Salah satu produk perikanan yang sedang berkembang saat ini adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang jenis ini telah ditetapkan pemerintah sebagai komoditas unggulan sektor perikanan budidaya di Indonesia sejak tahun 2001. Penerapan skala teknologi sederhana, semi intensif, intensif bahkan super intensif dalam produksi udang vaname di wilayah tropis telah menunjukkan bahwa jenis udang ini memiliki beberapa kelebihan dibanding beberapa jenis udang lain. Udang vaname memiliki pertumbuhan yang cepat, dapat mengisi semua kolom air sehingga dapat dibudidayakan dalam kondisi yang berjejal, hemat pakan, bersifat euryhalin serta tahan terhadap serangan virus dan penyakit. Berbagai keunggulan tersebut menyebabkan banyak pengusaha beralih ke udang vaname dari usaha budidaya udang windu (Anonim, 2003; Poernomo, 2002; Haliman & Adijaya, 2005). Sejalan dengan semangat dan terobosan pemerintah Indonesia yang saat ini sedang menggiatkan produksi budidaya udang yang berkelanjutan melalui program revitalisasi tambak udang di Indonesia, maka salah satu cara peningkatan produksi udang tentunya melalui inovasi teknologi dalam sistem budidaya. Sistem budidaya udang intensif sudah diperkenalkan, kini hadir sistem budidaya udang super intensif yang jauh lebih menjanjikan dalam menggenjot produksi udang di tambak. Pada dasarnya budidaya udang super intensif adalah konsep budidaya udang secara terintegrasi dari huluhilir yang mengintensifkan lima subsistem yaitu (1) penggunaan benih unggul; (2) pengendalian kesehatan lingkungan; (3) standardisasi sarana dan prasarana; (4) aplikasi teknologi yang tepat dan akurat serta (5) managemen usaha yang berkelanjutan (Atjo, 2013). Tujuan penelitian ini untuk melihat kinerja budidaya udang super intensif, dengan tingkat kepadatan yang berbeda sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan produksi udang secara nasional. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Instalasi tambak percobaan Takalar Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Percobaan ini menggunakan 2 petak tambak semen dengan ukuran luas

Kinerja budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) 24 masing-masing 1000 m 2. Konstruksi tambak dirancang dengan sistem pembuangan air tengah (sentral drain). Setiap petak dilengkapi dengan kincir dua daun agar mutu air tetap prima, yaitu petak A sebanyak 12 buah dan petak B sebanyak 14 buah yang sekaligus bertujuan untuk memutar air dalam petakan, sehingga kotoran udang dapat berkumpul sekirar sentral drain. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pengendapan kotoran sekitar sentral drain yakni dengan memasang aerasi pada dasar tambak dengan menggunakan ring blower yang didistribusikan lewat pipa 3/4 inchi secara melingkar dua kali dan diberi lubang setiap jarak 60 cm. Persiapan air di tandon yang digunakan sebagai air sumber terlebih dahulu dilakukan klorinasi dosis 30 ppm kemudian di kincir selama 24 jam, selanjutnya dilakukan pencucian agar klorin bersih dalam tambak. Pengisian air dalam tambak dilakukan secara bertahap hingga mencapai kedalaman 1 m. Penumbuhan pakan alami dengan mengaplikasikan fito Gro dosis 15 kg/ha, dan Min Gro dosis 20 kg/ha. Perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini adalah padat penebaran yang berbeda yaitu Petak A = 500 ekor/m 2 dan petak B= 600 ekor/m 2 tanpa ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benur vaname PL 8.dengan berat awal rata-rata 0,001 g/ekor, selama percobaan berlangsung udang diberi pakan buatan dosis 200-2% menurun sejalan dengan pertambahan bobot udang. Pergantian air secara intensif dilakukan setelah memasuki hari ke 60 sebanyak 5%. Pemantauan perkembangan hewan uji meliputi pertumbuhan dilakukan setiap 5 hari dengan menggunakan teknik sampling sebanyak 100 ekor udang yang kemudian ditimbang agar diperoleh berat rata-ratanya (Zonneveld, 1991). Produksi udang dihitung pada akhir percobaan menurut Effendi, (1978) sedangkan rasio konversi pakan dihitung menurut Watanabe (1988). Pergantian air secara sirkulasi sebanyak 3-5% dilakukan sesuai kondisi mutu dalam tambak percobaan. Berbagai perhitungan dilakukan dalam analisis usaha budidaya udang vaname super intensif seperti: pendapatan kotor, keuntungan operasional, keuntungan bersih, rasio penerimaan dan biaya dihitung dengan rumus Gittinger, (2008). di mana : R = pendapatan bersih TR = total pendapatan TC = total biaya R = TR - TC Perhitungan titik impas (break event point, BEP), berdasarkan output yang diperoleh dalam satu musim dengan berpedoman pada biaya total sama dengan biaya penerimaan total dengan rumus Harwight de Haem dalam Bechtold (1988) sbb: TC = TR FC + VC = Q.PQ PQ = FC + VC/Q di mana : TC = total biaya Q = hasil produksi selama 1 musim TR = total pendapatan FC = biaya tetap PQ = harga produksi VC = biaya variable Titik impas merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga biaya sama dengan pendapatan. Masa pengembalian modal adalah suatu analisis yang menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar modal yang dikeluarkan dapat seluruhnya diperoleh kembali. Analisis rasio pendapatan dan biaya digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama satu siklus pemeliharaan cukup menguntungkan dengan menggunakan rumus (Soekartawi, 1995; 2001) sbb: R/C rasio = TR/TC Kriteria usaha yang digunakan adalah, bila nilai R/C rasio sama dengan 1 berarti usaha dalam kondisi impas, bila nilai lebih besar 1 berarti sudah layak dan sebaliknya bila kurang dari 1 berarti tidak layak.

25 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei), sintasan, produksi serta rasio konversi pakan yang diperoleh pada akhir percobaan disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa pertumbuhan udang yang diperoleh lebih tinggi pada perlakuan kepadatan 600 ekor/petak (A) yaitu 15,15 g/ekor, dibanding dengan perlakuan kepadatan 500 ekor/petak (B) yaitu 14, 89 g/ekor. Tingginya. Bobot akhir rata-rata pada perlakuan B diduga disebabkan karena pada perlakuan B memiliki jumlah kincir yang berbeda dibanding dengan perlakuan A. Menurut Soeprapto (2005) bahwa apabila kadar oksigen dalam tambak rendah, maka dapat mengakibatkan nafsu makan udang menurun. Bobot akhir rata-rata yang diperoleh pada percobaan ini lebih tinggi bila dibanding dengan hasil yang diperoleh Atjo, (2013) pada budidya udang super intensif dengan kepadatan 1000 ekor/1000m 2 yaitu parsial I size 120 (8,33 g) parsial II size 80 (12,50) dan parsial Iii size 58 (17,24) bila diratakan, maka rata-rata bobot akhir yang diperoleh yaitu 12,69 g/ekor. Tabel 1. Pertumbuhan udang, sintasan, produksi dan rasio konvesi pakan selama 110 hari pemeliharaan Peubah Perlakuan A B Luas tambak (m 2 ) 1000 1000 Bobot awal rata-rata (g) 0,001 0,001 Padat penebaran (ekor/m 2 ) 500 600 Lama pemeliharaan (hari) 105 105 Bobot akhir rata-rata (g) 14,89 15,15 Sintasan (%) 85,6 92,4 Produksi (kg/1000 m 2 ) 6,376 8,407 Produktivitas (kg/m 2 /mt) 3,64 4,8 FCR 1,52 1,39 Sintasan udang yang diperoleh pada perlakuan B pada akhir percobaan termasuk tinggi yaitu 92,4% diperoleh pada perlakuan B dan 85,6% pada perlakuan A. Sintasan udang yang diperoleh pada penelitian ini masih tergolong tinggi. Produksi merupakan resultante antara sintasan udang dengan bobot akhir rata-rata (Stickney, 1979) produksi udang lebih tinggi pada perlakuan B yaitu 8.407 kg sedangkan pada perlakuan A hanya diperoleh 6.376 kg. Hal ini dapat dipahami karena pada perlakuan B selain sintasan udang yang tinggi juga bobot akhir rata-rata udang cukup besar dibanding perlakuan A. Dilain pihak pada kegiatan budidaya vaname teknologi intensif yang menggunakan benur vaname yang sama, pada lokasi dan air sumber yang sama, dan waktu pemeliharaan yang sama yaitu 110 hari, diperoleh sintasan dan produksi yang lebih rendah masing masing 57,25 % dan 3.750 kg/4000 m 2 walaupun dengan kepadatan yang lebih rendah yaitu 150 ekor/m 2 (Mansyur et al., 2013) Perbedaan hasil yang signifikan ini selain disebabkan oleh sistem pengelolaan air (pemantauan mutu serta pergantian air) dan kedalaman yang berbeda, juga sangat dipengaruhi oleh desain dan konstruksi tambak. Pada kegiatan yang serupa yaitu teknologi super intensif namun kepadatan yang lebih tinggi 1000 ekor/1000 m 2 diperoleh produksi yang lebih tinggi dengan perkiraan produksi 18.000 kg/1000 m 2 (Atjo, 2013). Namun demikian, pada kegiatan ini produksi udang vaname teknologi super intensif lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi budidaya udang vaname intensif menggunakan probiotik, yang dilaporkan oleh Poernomo (2004) yaitu 37.500 kg/ha dengan kepadatan 244 ekor/ m 2. Rasio konversi pakan (RKP) merupakan gambaran tingkat efektifitas pakan yang diberikan terhadap respon pertumbuhan udang yang diperoleh. Rasio konversi pakan udang yang diperoleh pada percobaan ini yaitu 1,39 (perlakuan B) dan 1,52 pada perlakuan A. Tingginya RKP yang diperoleh pada perlakuan A disebabkan kesalahan dalam mengestimasi populasi udang yang hidup, di mana

Kinerja budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) 26 pada perkiraan populasi udang masih tinggi sehingga akan diperoleh berat biomassa udang menjadi tinggi akibatnya jumlah pakan yang diberikan melebihi yang sebenarnya. Nilai konversi pakan yang diperoleh pada percobaan ini tergolong rendah, meskipun pada kajian yang lain dengan teknologi super intensif diperoleh RKP yang lebih rendah yaitu 1,18 (Atjo., 2013). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Mangampa dan Suwoyo (2010) pada budidaya udang vaname intensif kepadatan 50 ekor/m 2 dengan menggunakan benur tokolan vaname ukuran PL-27 (tokolan 15 hari dari PL-12) diperoleh RKP yang rendah yaitu 1,096+0,034, selama 80 hari pemeliharaan. Rendahnya RKP yang dihasilkan oleh Aco (2013), diduga disebabkan oleh kualitas benur vaname (ukuran) dan teknik pengelolaan pakan, sedangkan rendahnya RKP yang dihasilkan oleh Mangampa dan Suwoyo (2010) selain disebabkan oleh kepadatan yang rendah juga diduga disebabkan oleh ukuran benur yang ditebar yaitu dalam bentuk tokolan PL-27. Gunarto (2011) melaporkan aplikasi teknologi bioflok pada budidaya udang vaname intensif kepadatan 148 ekor/m 2 menghasilkan produksi 11.123,5 kg/0,3 ha dengan RKP 1,66-1,82 RKP ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan RKP yang diperoleh pada kegiatan ini, walaupun sasaran pemanfaatan teknologi bioflok adalah efisiensi pakan. Hal ini diduga disebabkan kondisi wadah budidaya yang digunakan yaitu petakan tanah. Dilain pihak teknologi bioflok membutuhkan suplai oksigen yang lebih banyak sehingga penambahan kincir yang lebih banyak merupakan kendala dalam budidaya udang vaname super intensif. Analisa Usaha Suatu teknologi dapat dikatakan berhasil apabila teknologi tersebut secara biologis dapat diatasi, secara teknis dapat memungkinkan untuk dilaksanakan, dan secara ekonomis dapat menguntungkan. Secara ekonomis, analisis usaha yang merupakan penghitungan keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui modal atau investasi yang diperlukan untuk operasional suatu usaha serta mengetahui kelayakan usaha yang akan dilakukan atau mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha itu berlangsung. Produksi Udang Vaname Analisis ekonomi budidaya udang vaname super intensif dengan kepadatan 500 /m 2 dengan produksi yang optimal. Usaha membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 71.633.333 (Tabel 2). Biaya tetap dan biaya operasional tidak tetap 1 siklus masing-masing dibutuhkan Rp 164.233.333 (Tabel 2.II.A.) dan Rp 229.824.341 (Tabel 2.II.B.).sehingga total biaya operasional yang dibutuhkan adalah Rp 394.057.675. Sedangkan analisa ekonomi budidaya udang vaname super intensif dengan kepadatan 600/m 2 dengan produksi yang optimal. Usaha membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 71.633.333 (Tabel 3) Untuk biaya tetap dan biaya operasional tidak tetap 2 siklus masing-masing dibutuhkan Rp 174.233.333 (Tabel 3.II.A.) dan 369.659.396 (Tabel 3.II.B.).sehingga total biaya operasional yang dibutuhkan budidaya udang vaname super intensif dengan dengan kepadatan 600 ekor/m2 adalah Rp 543.892.729 Tabel 2. Analisis usaha tambak super intensif (1 kali penebaran) padat tebar 500 ekor/m 2 No. Uraian Jumlah I Total Biaya Investasi Tambak beton 1000 Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Umur m 2 kedalaman 3 m Tanah (m 2 ) 2000 50 100.000.000 - Kincir Air 2 HP 6 9.500.000 57.000.000 3 19.000.000 (th) Penyesuaian per thn 1 275.000.000 275.000.000 6 45.833.333 Root belower 5 HP 0,5 20.000.000 10.000.000 10 1.000.000 Pompa DAB 10 0,5 20.000.000 10.000.000 5 2.000.000 Pompa DAB 8 0,5 18.000.000 9.000.000 5 1.800.000 Jala 2 1.000.000 2.000.000 1 2.000.000 492.000.000 71.633.333

27 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 Lanjutan Tabel 2. Biaya Oprasional/Th II A Biaya Tetap 1. Biaya Perawatan 5% 0,05 463.000.000 24.600.000 2. Penyusutan /thn 1 71.133.333 71.633.333 3. Bunga modal 15% 0,15 463.000.000 69.450.000 Jumlah II.A 164.233.333 B Biaya Tidak Tetap 1. Benur 500 45 22.500.000 2. Pakan (kg) 9,667 15,37 148.581.790 3. Listrik (Kwh) 17,955 1,38 24.777.900 4. Bhn additive lainnya (paket) 1 3.200.000 3.200.000 5. Tenaga kerja (OB) 4 3.000.000 12.000.000 6. Biaya lain-lain 2.5%x 0,05 375.293.000 18.764.651 Jumlah II B Total II A + II B 229.824.341 394.057.675 III IV Penerimaan per Tahun Produksi (kg) 6,376 70,975 451.388.920 Total III Analisa Biaya Manfaat 451.388.920 1.Penerimaan kotor (III-II)) 221.564.579 2.Pajak 10% dari penerimaan kotor 3.Perputaran uang sebelum dipotong pajak (IV.1+II.A.2) 4.Laba oprasional (III-II.B) 5.Pendapatan bersih (IV.3-IV.2) 22.156.458 293.197.912 221.564.579 271.041.454 6.Jangka waktu pengembalian (I+II.B/III (tahun) 7.Imbangan Penerimaan Biaya (R/C rasio) (III/II) 0,667 1,455 8. Cash Flow (IV.5+II. A.2) 342.674.788 9.Rentabilitas Ekonomi [(IV.4)/(Total jumlah II.B)X(100%)] 0,32 10. BEP=Jumlah II.A/(1-(jumlah II.B/Total III) 334.589.163 Tabel 3. Analisis usaha tambak super intensif (1 kali penebaran) padat tebar 600 ekor/m 2 No. Uraian Jumlah 1 Biaya Investasi Tambak beton 1000 Harga Satuan (Rp) Umur m 2 kedalaman 3 m Tanah (m 2 ) 2000 50 100.000.000 - Kincir Air 2 HP 6 9.500.000 57.000.000 3 19.000.000 (th) 1 275.000.000 275.000.000 6 45.833.333 Root belower 5 HP 0,5 20.000.000 10.000.000 10 1.000.000 Pompa DAB 10 0,5 20.000.000 10.000.000 5 2.000.000 Pompa DAB 8 0,5 18.000.000 9.000.000 5 1.800.000 Jala 2 1.000.000 2.000.000 1 2.000.000 Total 492.000.000 71.633.333 Nilai (Rp) Penyesuaian per thn

Kinerja budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) 28 Lanjutan Tabel 3. II A Biaya Tetap B Biaya Oprasional/Th Jumlah II.A Jumlah II B Total II A + II B 1. Biaya Perawatan 5% 0,05 492.000.000 24.600.000 2. Penyusutan /thn 1 71.633.333 71.633.333 3. Bunga modal 15% 0,15 492.000.000 73.800.000 Biaya Tidak Tetap 174.233.333 1. Benur 600 45 27.000.000 2. Pakan (kg) 11,657 15,37 179.168.090 3. Listrik (Kwh) 19,925 1,38 27.496.500 4. Bhn additive lainnya (paket) 1 3.600.000 3.600.000 5. Tenaga kerja (OB) 4 3.000.000 12.000.000 6. Biaya lain-lain 2,5%x (IIA+B1+B2+B3) 0,05 407.897.923 20.394.896 III Produksi (kg) 8,407 70,795 595.173.565 IV Penerimaan per Tahun Total III 595.173.565 Analisa Biaya Manfaat 1.Penerimaan kotor (III-II)) 2.Pajak 10% dari penerimaan kotor 3.Perputaran uang sebelum dipotong pajak (IV,1+II.A.2) 4.Laba oprasional (III+II.B) 5.Pendapatan bersih (IV.3-IV.2) 6.Jangka waktu pengembalian (I+II.B/III (tahun) 7.Imbangan Penerimaan Biaya (R/C rasio) (III/II) 8. Cash Flow (IV.5+II. A.2) 9.Rentabilitas Ekonomi [(IV.4)/(Total jumlah II.B)X(100%)] 10. BEP=Jumlah II.A/(1-(jumlah II.B/Total III) 0,74 1,61 1,21 225.514.169 22.551.416 297.147.502 660.541.778 514.110.934 585.744.267 459.718.556 369.659.396 543.892.729 Profitabilitas Usaha Budidaya Udang Vaname Super Intensif Keuntungan bersih usaha budidaya udang vaname super intensif dengan kepadatan 500 ekor/m 2 dan 600 ekor/m 2 masing-masing mencapai Rp 271.041.454/musim (1 tahun = 2 musim) (Tabel 2.,IV) dan Rp 514.110.934/musim (1 tahun2 musim) (Tabel 3.IV). R/C ratio pada kepadatan 500 ekor/m 2 mencapai 1,145, sedangkan pada kepadatan 600 ekor/m 2 diperoleh 1,610 yang berarti usaha budidaya udang super intensif dengan baik pada kepadatan 500 ekor/m 2 maupun kepadatan 600 ekor/m 2 layak bahkan sangat layak untuk dilakukan. Di mana setiap pengeluaran biaya Rp 1,00 akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1.145 pada kepadatan 500 ekor/m 2 dan Rp 1,610. Pada kepadatan udang 600 ekor/m 2. BEP tercapai pada hasil penjualan sebesar Rp 334.589.163 pada kepadan 500 ekor/m 2, sedangkan pada kepadatan 600 ekor/m 2 diperoleh nilai BEP sebesar Rp 459.718.556 yang berarti pelaku usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Modal yang dikeluarkan dapat seluruhnya diperoleh kembali pada 2 siklus atau 1 tahun budidaya udang vaname super intensif (Tabel 3.IV.).

29 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 KESIMPULAN Padat penebaran yang diaplikasikan pada budidaya udang vaname secara super intensif belum mengganggu pertumbuhan udang yang dipelihara. Keuntungan yang diperoleh pada usaha budidaya udang vaname super intensif dengan kepadatan 500 ekor/m 2 adalah Rp 271.041.454,- dan kepadatan 600 ekor/m 2 Rp 514.110.934,- UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada sdr Safar kulle, Fahrul, Ilham Malewa dan Krisno bantuan teknis di Lapangan dalam pelaksanaan kegiatan selama budidaya. Demikian juga kepada sdr Rohani dalam melakukan analisa kualitas air dilaboratorium, semoga segala bantuannya bermanfaat. DAFTAR ACUAN Adiwijaya, D., P. R. Sapto, E. Sutikno, Sugeng, dan Subianto, 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29 hal Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya saat ini. PT. Central Proteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya. 16 pp Bechtold, K. H.,1988. Politik dan Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. hal 35-55 Effendi, M.I. 1978. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 87 hlm Haliman, R.W., dan Adijaya S. D. 2005. Udang vannamei, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Hasanuddin Aco., 2013. Bisnis udang Inovasi Baru Pemacu Produksi AGRINA. Inspirasi Agribisnis Indonesia. Tabloid mingguan Vol. 9. No 212,25 September- 8 Oktober 2013. 28 hal Mangampa, M dan H.S Suwoyo., 2010. Budidaya udang vaname intensif menggunakan benih tokolan. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 5(3) : 351-361. Mansyur, A.,.Safaat M. N. 2013. Pemantapan teknik pergiliran pakan yang efisien dan efektif pada budidaya pada budidaya udang vaname intensif Poernomo, A. 2002. Perkembangan udang putih vannamei (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002. 26 hal. Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak udang dan Lingkungan Budidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi Teknologi dalam Budidaya. Stickney, R. 1979. Principle of warm water aquaculture. New York, Chichester. Brisbane. Toronto Stickney, R. 1979. Principle of warm water aquaculture. New York, Chichester. Brisbane. Toronto Soekarwati, S. W. 2001. Agribisnis teori dan aplikasinya. Raja Gafindo Persada. Jakarta. 205 hal. Soekarwati. 1995. Analisis usaha tani. Universitas Indonesia Prsess. 110 hlm Soeprapto, 2005. Petunjuk teknis Budidaya udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). CV. Biotirta. Bandar Lampung 25 halama Gittinger,. 2008. Analisa Ekonomi Proyek Pertanian, Universitas Indonesia Press, Jakarta 597 hal. Gunarto, Usman, A. Mansyur Rangka, N. A., (2010) Petunjuk teknis Budidaya udang vaname intensif. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangann Perikanan Budidaya. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. 23 hal Zonneveld, N. E. A. Huisman dan J. H. Boom. 1991. Prinsip prinsip budidaya ikan. Pustaka utama. Gramedia, Jakarta 318 hal.

Kinerja budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) 30 DISKUSI Nama Penanya: Ani Widiyati Pertanyaan: Istilah dan ukuran agar lebih ilmiah. Misalnya menggenjot diganti meningkatkan. Per bujur sangkar dengan per m 3. Tanggapan: Saran akan diperhatikan.