KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. desentralistik. Dari sisi desentralistik, Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA DI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Kakao Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERANAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN CIANJUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

55 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Sebagai badan, suatu peran tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya partisipasi masyarakat. Selain sebagai institusi ekonomi, peran juga merupakan institusi sosial. Dengan demikian diharapkan peran dapat maju dan berkembang secara harmonis bersama masyarakat sekitar peran. Untuk itu diperlukan tanggung jawab sosial peran dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang akan dapat menjembatani dan atau mengurangi kesenjangan sosial serta menghindari konflik sosial dengan masyarakat sekitar. Pelaksanaan CSR oleh peran dalam rangka mengembangkan masyarakat dan membangun wilayah sekitar peran diwujudkan dalam berbagai bentuk program. Program-program tersebut merupakan penerapan dari pemahaman atau persepsi pihak manajemen peran terhadap konsep CSR. Pelaksanaan CSR di suatu wilayah diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan wilayah dalam berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, sarana prasarana umum, dan perekonomian masyarakat. Paradigma pembangunan saat ini telah diwarnai konsep pemberdayaan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat, sehingga ketiga pihak memiliki tanggungjawab yang seimbang dalam mencapai tujuan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di bidang ekonomi. Dengan demikian, peranan swasta dalam pembangunan yang memberdayakan masyarakat merupakan suatu langkah yang tepat. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar peran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan agar seseorang mampu melakukan ekonomi produktif. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan, serta berbagai bentuk bantuan modal maupun bantuan sarana prasarana kepada sasaran. Dengan kata lain program CSR diarahkan agar masyarakat sasaran menjadi lebih berdaya, sehingga mereka membutuhkan langkah pemberdayaan dalam segala aspek. Kegiatan pemberdayaan tersebut akan berjalan lebih optimal apabila masyarakat sekitar peran memiliki persepsi atau pemahaman yang benar terhadap konsep CSR.

56 Pemberdayaan (empowerment) adalah upaya kapasitasi atau peningkatan kemampuan masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi dengan menggunakan potensi sumberdaya yang dimiliki secara lokal; menempatkan orang yang diberdayakan sebagai subyek atau fokus kegiatan sehingga masyarakat memiliki kekuatan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pemberdayaan merupakan upaya peningkatan kekuatan (daya) yang dimiliki masyarakat agar masyarakat tersebut mempunyai kekuatan untuk maju dan berkembang, memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, dan mampu mengakses berbagai layanan publik. Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan terprogram dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pelaku. Langkah pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh peran agroindustri di Provinsi Lampung lebih terfokus pada upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam mengembangkan termasuk kegiatan agribisnis berbasis komoditas lokal tertentu. Progam yang dilaksanakan oleh peran berupa penyuluhan, pendampingan, pelatihan, dan bimbingan kepada anggota masyarakat sasaran. Dengan program tersebut diharapkan anggota dapat meningkat pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya sehingga mampu meningkatkan aktivitas produksi dan pendapatan nya. Di lain pihak, pemerintah atau pemerintah daerah juga melaksanakan kegiatan pembangunan melalui kegiatan sejenis, meskipun jangkauan kegiatannya belum menyentuh seluruh lapisan dan masyarakat sekitar peran. Dengan demikian, kegiatan CSR dapat bersifat komplementer (saling melengkapi) atau bahkan terjadi tumpang tindih dengan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah / pemerintah daerah. Keberhasilan program pemberdayaan tersebut diharapkan mampu meningkatkan keberdayaan ekonomi masyarakat yang salah satunya dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan rumah tangga, yang sekaligus juga mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat. Seberapa besar kontribusi program CSR dalam pemberdayaan masyarakat khususnya, dan dalam pembangunan daerah pada umumnya menarik untuk dikaji. Secara skematis, kerangka beripikir penelitian disajikan pada Gambar 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui implementasi tanggungjawab sosial peran diarahkan pada pengembangan ekonomi rumah tangga dengan memperhatikan potensi sumberdaya lokal serta potensi pasar komoditas yang dikan. Perilaku masyarakat dalam memberdayakan

57 ekonomi diri dan keluarga merupakan indikator sejauhmana program pemberdayaan ekonomi masyarakat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian perilaku masyarakat (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) terhadap pengembangan ekonomi produktif menjadi peubah tak bebas. Implementasi CSR - Bantuan material - Program pemberdayaan (penyuluhan, pelatihan, pendampingan) Perubahan Perilaku Anggota / Pelaku Usaha Pengetahuan (Knowledge) Keterampilan (Skill) Memberdayakan Ekonomi Rumahtangga Program Pemberdayaan oleh Dinas/Instansi/ Lembaga lain Sikap (Attitude) Keberdayaan Ekonomi Rumahtangga Indikator Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian Perilaku masyarakat dalam ber sebagai peubah terikat (Y 1 ) sangat ditentukan oleh berbagai peubah bebas seperti karakteristik individu anggota (X 1 ), kualitas program pemberdayaan CSR (X 2 ), kompetensi fasilitator (X 3 ), kualitas dan kuantitas pendukung kegiatan (X 4 ), dan dinamika masyarakat (X 5 ). Perilaku masyarakat dalam ber yang diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan ekonomi rumah tangga (Y 2 ) ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan keluarga, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Secara skematis hubungan antar peubah dalam merancang model pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam pengembangan ekonomi rumah tangga melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial peran agroindustri di Provinsi Lampung, dapat dilihat pada Gambar 4.

58 X 2 Kualitas program CSR X 2.1 Perencanaan X 2.2 Proses / pelaksanaan X 2.3 Kompatibilitas X 2.4 Keberlanjutan X 1 Karakteristik individu X 1.1 Pendidikan formal X 1.2 Jumlah tanggungan keluarga X 1.3 Pengalaman ber X 1.4 Persepsi terhadap CSR X 1.5 Pemilikan lahan X 3 Kompetensi fasilitator X 3.1 kemampuan berkomunikasi X 3.2 kemampuan mengajar X 3.3 kemampuan memotivasi X 5 Dinamika masyarakat X 5.1 Tujuan X 5.2 Struktur X 5.3 Fungsi Tugas X 5.4 Pembinaan & Pengembangan X 5.5 Kekompakan X 5.6 Ketegangan X 5.7 Suasana X 5.8 Efektiitas X 5.9 Kepuasan X 4 Y 1 Perilaku masyarakat dalam ber ekonomi produktif Pengetahuan Keterampilan Sikap Faktor pendukung kegiatan X 4.1 Ketersediaan sarana prasarana X 4.2 Keterjangkauan harga saprodi oleh masyarakat X 4.3 Kepemilikan modal X 4.4 Ketersediaan pasar hasil produksi X 4.5 Penyuluhan dinas terkait X 4.6 Iklim Y 2 Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga Pengambillan keputusan Kemapanan Pendapatan Tingkat pemenuhan kebutuhan dasar pangan non pangan Tingkat Gambar 4. Hubungan antar Peubah yang Diteliti

59 Hipotesis Hipotesis yang diuji, dirumuskan sebagai berikut: (1) Karakteristik individu, kualitas program pemberdayaan CSR, kompetensi fasilitator, faktor pendukung kegiatan, dan dinamika masyarakat berhubungan nyata dengan perilaku masyarakat dalam ber. (2) Karakteristik individu, kualitas program pemberdayaan, kompetensi fasilitator, faktor pendukung kegiatan, dan dinamika masyarakat berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam ber. (3) Perubahan perilaku masyarakat dalam ber berpengaruh nyata terhadap peningkatan keberdayaan ekonomi rumah tangga